News  

Upaya Kurangi Sampah, Mahasiswa KKN UNY Gagas ‘Budikdamber’ dari Galon Bekas Air Mineral

Penampakan Budikdamber karya Mahasiswa KKNM 18571 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang ditempatkan di Dusun Degolan, Bumirejo, Lendah, Kabupaten Kulon Progo, DIY. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Galon bekas air minum kemasan, selain dapat dimanfaatkan kembali sebagai pot tanaman, hiasan lampu, dan sebagainya. Ternyata juga dapat difungsikan sebagai pengganti ember untuk budi daya ikan air tawar semacam ikan lele dan sayuran. Salah satu cara dalam mengurangi sampah, berprinsip reuse.

Hal itu seperti yang dilakukan oleh Mahasiswa KKNM 18571 Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), yang ditempatkan di Dusun Degolan, Bumirejo, Lendah, Kabupaten Kulon Progo, DIY. Mereka adalah Ramadhan Nanto, Nadya Kusuma Wardani, Satiti Siti Haryanto, Rizki Ali Farhan, Fikri Al Aziz, Welfiadyatma Agatha, Risma Nur Ichsanti, Kuncoro Aji Tri Purnama dan Mahaneshvara Dhavinta Hafshahna.

Nadya Kusuma Wardani mengemukakan, bahwa upaya budidaya ikan dalam ember yang telah digantikan galon ini dinamai ‘Budikdamber’ yaitu akronim dari budidaya ikan dan sayuran, yang dilakukan secara terintegrasi dalam satu wadah.

Menurut Nadya, konsep utama Budikdamber adalah menggabungkan prinsip akuaponik yaitu symbiosis mutualisme antara ikan dan tanaman. Manfaatnya sebagai peluang usaha rumahan, juga meningkatkan ketahanan pangan.

“Pasalnya Budikdamber menyediakan sumber protein dan sayuran segar dengan mudah dan murah. Selain itu Budikdamber juga hemat biaya lantarantidak memerlukan lahan yang luas dan peralatan yang mahal,” kata Nadya, dalam rilis yang dikirim melalui Humas UNY, Jumat (16/8/2024).

Penanggungjawab Kelompok KKNM 18571 Ramadhan Nanto mengungkapkan, karena Budikdamber budidayanya adalah ikan lele maka pihaknya berinisiatif untuk mengolahnya sebagai krupuk, selain dikonsumsi sebagai lele goreng atau dijual pada pedagang pecel lele.

Mahasiswa KKNM 18571 UNY saat memberi pelatihan pembuatan ‘Budikdamber’. (Foto: Istimewa)

Menurut Ramadhan, jenis lele yang dibudidayakan adalah Lele Sangkuriang yang memiliki warna tubuh coklat kehitaman dengan bintik-bintik putih kecil di seluruh tubuhnya.

“Selain itu atas masukan warga Degolan yang punya limbah galon air mineral yang tidak dimanfaatkan, maka media ember digantikan dengan galon tersebut,” ujar dia.

Sementara itu, Satiti Siti Haryanto menjelaskan bahan yang diperlukan untuk pembuatan krupuk lele yaitu daging lele fillet, tepung tapioka, bawang putih, garam dan sedikit penyedap. “Cara membuatnya pertama kali lele dikukus lalu diambil dagingnya,” terang Satiti.

Kemudian daging lele, tepung dan penyedap dijadikan satu lalu diblender. Setelah itu letakkan dalam wadah kotak lantas dikukus. “Jika telah matang dan dingin, lantas dipotong-potong dan dijemur hingga kering. Setelah itu baru digoreng untuk disajikan,” ujarnya. (*/ ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *