bernasnews – Dengan dukungan Seeyou Fondation Netherland, Pusat Rehabilitasi Yakkum (PRYAKKUM) menyelenggarakan kegiatan “Ngabuburit Bareng Gantari” di Kantor Pusat Rehabilitasi Yakkum di Jalan Kaliurang km 13.5, Besi, Kalurahan Sukoharjo, Ngaglik, Sleman, Rabu (27/3/2024).
Momen tersebut juga digunakan untuk meluncurkan Kelompok Bermain (KB) Inklusif Gantari yang bakal menjadi layanan pendidikan anak usia dini berkebutuhan khusus dan nonberkebutuhan khusus tanpa membedakan latar belakang agama, sosial, budaya, ekonomi, dan kondisi anak.
Kepala HRD Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Isti Lanjari tak menepis peluncuran ini sekaligus sebagai upaya mengurangi anggapan masyarakat terhadap PR YAKKUM yang mengkhususkan memberikan pelayanan pendidikan bagi disabilitas saja. Adanya stigma masyarakat terhadap disabilitas yang menular itu menjadi tantangan tersendiri bagi PR-YAKKUM untuk menghadirkan program layanan pendidikan teranyarnya ini.
“Teman-teman dengan disabilitas ini adalah tidak menular. Sebenarnya sekolah inklusi di Yogya ini sudah terbuka, banyak sekali yang sudah melakukan kegiatan inklusi tapi di usia paud belum banyak, ” kata Kepala HRD Pusat Rehabilitasi YAKKUM, Isti Lanjari di Pusat Rehabilitasi Yakkum, Rabu, (27/3/2024).
KB Inklusif Gantari sendiri merupakan program baru PR Yakkum dan sudah dirintis sejak 2021. Saat ini, PR Yakkum telah memiliki siswa siswi kurang lebih berjumlah 20 anak dengan rincian 14 anak non berkebutuhan khusus, dan 6 anak berkebutuhan khusus.
Isti menjelaskan di dalam sekolah ini, terdapat kelas inklusi, kelas bermain outdoor dan indoor, serta kelas individual bagi anak berkebutuhan khusus yang bertujuan untuk memberikan stimulasi lebih pada motorik dan sensoriknya. Dengan adanya KB Inklusif, ia berharap dapat mengedukasi anak tentang pendidikan keberagaman sejak dini.
“Dengan begitu bisa menumbuhkan rasa empati sejak dini bagi anak-anak, baik anak-anak disabilitas maupun nondisabilitas,” ucap dia.
Sementara Ketua Departemen PLB Universitas Negeri Yogyakarta, Sukinah menambahkan, Sekolah inklusif mengacu pada kurikulum merdeka, dengan tetap menyesuaikan kemampuan masing-masing individu pada anak.
Fasad pendidikan inklusi sendiri meliputi semua lembaga, semua sekolah, semua komunitas menerima semua anak tanpa ada diskriminasi dimana memberikan kesempatan untuk siapa saja dapat berinteraksi, bersosialisasi, belajar dan memperoleh model dari teman sebayanya.
“Pendidikan inklusi itu menerima keberagaman, perbedaan, dan memberikan kesempatan yang sama bagi teman sebayanya untuk belajar, bermain dan berbahagia bersama teman sebaya,” ujarnya.
“Semua anak punya kekhasan yang berbeda. Keuntungannya dari sisi orang tua, kita harus selalu bersyukur karena setiap anak punya keunikan. Dengan kita mengamanahkan anak-anak belajar lebih dini tentang keberagaman. Anak tidak selalu menghadapi sesuatu yang seragam. Anak akan sangat banyak belajar tentang value dan karakter anak. Anak kita akan jadi role model anak yg lain ketika anak kita tidak ada masalah. Jadi tidak perlu takut untuk menyekolahkan anak di sekolah inklusi.” sambung dia.
Meski saat ini sekolah inklusif di Jogja sudah mulai banyak, Sukinah tak menepis sumber daya manusia yang dimiliki masih sangat kurang.
Oleh karenanya keterbatasan itu kemudian dilakukan dengan peningkatan kompetensi pada teman-teman yang nonpendidikan luar biasa diberikan kompetensi tambahan.
“Yaitu mengenal peserta didik dengan berkebutuhan khusus dalam hal implementasi pendidikan khusus salah satunya adalah penyandang disabilitas,” pungkasnya. (lan)