bernasnews – PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) terus berkomitmen mengembangkan adanya ekosistem hijau di Daerah Istimewa Yogyakarta atau tepatnya di Kabupaten Gunung Kidul sebagai salah satu bagian dari program pengembangan biomassa berbasis keterlibatan masyarakat.
Jika sebelumnya sudah dilakukan penanaman yakni sebanyak 50.000 tanaman yang diproyeksikan sebagai pengganti batubara dan telah dilakukan prunning perdana beberapa bulan lalu, kali ini PLN EPI kembali memfasilitasi pelatihan pada masyarakat di dua Kalurahan Gunungkidul yakni Gombang dan Karangasem untuk melakukan pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik secara mandiri.
Sekretaris Perusahaan PLN Energi Primer Indonesia (EPI), Mamit Setiawan mengatakan program CSR itu merupakan satu rangkaian untuk menwujudkan sirkular ekonomi hijau bagi masyarakat di DIY.
“Ini bukan program pertama tapi insyaallah akan terus berkelanjutan 3 tahun kedepan, karena ini menjadi salah satu program yang kami diunggulkan di dua Kalurahan ini,” ujar Sekretaris Perusahaan PLN Energi Primer Indonesia (EPI), Mamit Setiawan di acara Pelatihan, Pendampingan, dan Pembuatan Pakan Ternak dan Pupuk Organik di Kalurahan Karangasem dan Kalurahan Gombang, Kamis (14/12/2023).
Vice President Pengembangan Bisnis, Pemasaran & Perencanaan Biomassa PT PLN EPI, Anita Puspita Sari menjelaskan untuk transisi ke pertumbuhan ekonomi hijau atau menuju Green Economy Village yang sedang dibangun di DIY ini memerlukan komitmen yang berkesinambungan.
Anita melihat ada potensi dan peluang yang besar yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan perekonomian, oleh karena itu masyarakat di dua Kalurahan ini diajak untuk belajar bagaimana memanfaatkan sumber daya ada disana untuk memenuhi kebutuhan pakan ternaknya.
“Gunungkidul ini punya potensi nya, punya lahan yang memang bisa ditanami, bisa dirawat bersama, lalu kemudian punya ilmunya tentu nanti bapak dari temen-temen BRIN dan UGM yang akan melatih bagaimana cara yang efektif yang yang benar-benar kemudian ini nanti akan ditularkan. Dan tentunya kerjasama yang dilakukan dengan PLN grup dengan bapak gubernur Sri Sultan bahwa untuk DIY sendiri ini adalah menjadi percontohan yang diharapkan nanti bisa duplikasi untuk daerah-daerah yang lain,” ucap Anita.
Wakil Pengageng Kawedanan Hageng Punakawan Datu Dana Suyasa GKR Mangkubumi, Raden Mas (RM) Gustilantika Marel Suryokusumo Pangrekso Loka menambahkan bahwa dua Kalurahan ini memang diharapkan mampu menjadi percontohan bagi daerah lainnya.
Menurut dia, tidak cukup jika hanya mengandalkan dari kerja sama PLN EPI dan Pemda DIY, pasalnya masyarakat lah yang menjadi tonggak untuk mensukseskan program tersebut.
“Program ini tentu bisa memberikan manfaat secara nasional juga memberikan manfaat juga secara secara lokal gitu. Kami harapkan nanti bapak-bapak ibu-ibu sekalian dari PLN, semoga program ini bisa berlanjut tapi program ini juga sangat tergantung dengan bapak dan ibu-ibu semua yang ada di sini karena memang esensi pondasi dari program ini adalah keterlibatan bapak-bapak Ibu sekalian, keterlibatan masyarakat di dalam mendorong program ini untuk tetap terus berjalan,” jelas Raden Mas Gustilantika Marel Suryokusumo Pangrekso Loka yang sekaligus mewakili pihak Keraton Yogyakarta.
Lebih lanjut, dia mengatakan pohon-pohon yang sebelumnya sudah ditanami itu akan memberikan manfaat ganda bagi masyarakat di Gunungkidul.
Selain bermanfaat untuk energi terbarukan, daunnya bisa untuk pakan ternak mengingat Kabupaten Gunungkidul di saat musim kemarau banyak mendatangkan pakan ternak dari luar kabupaten. Sehingga, Marel berharap langkah melalui pelatihan ini bisa meningkatkan nilai tambah bagi masyarakat sekitar.
“Saya juga ngobrol banyak sama Pak Robert ngobrol banyak dari teman-teman PLN EPI gimana caranya satu program ini punya turunan manfaat yang lain, enggak cuman ada di daunnya, enggak cuman ada di batang yang nanti akan di ambil oleh PLN, tapi gimana caranya satu kita punya bank bibit sendiri. Jadi pengembangan program ini kalau bapak Ibu sekalian enggak perlu nanti ngambil dari luar gitu, gimana caranya (bisa) produksi bubuk sendiri yang nanti juga akan di support dari PLN juga berupa vabahnya ya kalau enggak salah,” imbuhnya.
Salah satu narasumber yang memberikan pelatihan, Dr. Joko Nugroho WK., STP., M.Eng mengatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk membuat pupuk organik dari kotoran ternak secara mandiri salah satunya suhu panas.
“Suhunya harus tinggi, supaya bakterinya mati. Kalau (kotoran yang ditumpuk dibiarkan) satu hari enggak panas berarti ada yang salah. Ini (kotoran ternak yang sudah dicampur) kalau pagi warnanya kuning, harusnya malamnya sudah warna hitam, itu (salah satu indikator) berhasil,” pungkasnya. (lan)