News  

Bank Indonesia Intensifkan Komunikasi Publik dan Transparansi untuk Tangkal Hoaks

Bank Indonesia gelar Capacity Building bertajuk Penguatan Komunikasi Media di Era Digital Melalui Visualisasi Data untuk wartawan ekonomi DIY pada 27-29 Oktober 2023. (Foto : Wulan/ bernasnews)

bernasnews – Bank Indonesia (BI) Perwakilan DIY melihat informasi bohong masih marak beredar di kalangan masyarakat. Tak terkecuali terkait kebijakan BI yang kerap kali disalah artikan, bahkan berbagai hoaks juga bermunculan.

Untuk menangkal hoaks itu terutama yang mengarah kepada kebijakan BI, bank sentra satu ini menilai media memiliki peran penting untuk mendukung transparansi informasi terkait kebijakan BI kepada masyarakat luas.

Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker (DROM) Departemen Komunikasi BI, Syachman Perdymer menyampaikan penting adanya kolaborasi BI dan media. Jika dulu bank sentral selalu tertutup, namun seiring berjalannya waktu, ia mengatakan bank sentral berpandangan keterbukaan informasi menjadi hal yang penting yang harus dikedepankan.

“Memasuki era digital maka bank sentral dituntut komunikasi dengan semuanya baik market, ekspert, media, dan publik,” kata Kepala Divisi Relasi Media Massa dan Opinion Maker (DROM) Departemen Komunikasi BI, Syachman Perdymer dalam paparannya saat sesi Capacity Building bertajuk Penguatan Komunikasi Media di Era Digital Melalui Visualisasi Data untuk wartawan ekonomi DIY di The Anvaya Beach Resort Bali, Sabtu (28/10/2023), malam.

Melalui komunikasi yang apik, Syachman menyebut kebijakan dan sasaran yang ingin dicapai oleh BI akan jauh lebih efektif tersampaikan kepada masyarakat di semua kalangan usia.

Dia menjelaskan kondisi bank sentral Indonesia saat ini ada di tengah-tengah, meski bukan yang terbaik namun tidak terlalu buruk.

Sinergi dengan media massa, menurut Syachman, penting dilakukan untuk mencari formula agar berbagai informasi kebijakan yang selama ini sulit dipahami masyarakat luas, menjadi lebih mudah tersampaikan termasuk persoalan kondisi ekonomi domestik yang berkaitan dengan gross domestic product (GDP), nilai tukar, dan masih banyak lagi. 

“Tantangannya adalah gap literasi, ada yang sangat mengerti, mengerti, dan sedikit mengerti,” ujar dia.

Senada dengan hal itu, Kepala Tim Implementasi Kebijakan Ekonomi dan Keuangan Daerah (KEKDA) Bank Indonesia DIY Rifat Pasha menuturkan untuk menekan adanya ketimpangan literasi dan iklusi ekonomi pada masyarakat, perlu dilakukan edukasi, sosialisasi, dan komunikasi yang terus digencarkan melaui berbagai event.

“Literasi gap itu kan perbedaan pemahaman terkait contohnya mengenai inflasi, orang menganggap kenaikan harga tertentu bisa menyebabkan inflasi, padahal kan tidak hanya itu,” kata Rifat.

Rifat memastikan berbagai edukasi, sosialisasi, serta komunikasi selalu menjadi agenda rutin komunikasi BI di sepanjang tahun, termasuk kegiatan Capacity Building bertajuk Penguatan Komunikasi Media di Era Digital Melalui Visualisasi Data untuk wartawan ekonomi DIY pada 27-29 Oktober 2023 itu.

Sebelumnya pada hari pertama, Jumat (27/10/2023) disampaikan materi tentang visualisasi data oleh Chief Content Officer Katadata, Heri Susanto dan Corporate Creative Director Katadata, Lambok E. Hutabarat.

Menurutnya di era digital seperti saat ini, Heri menilai visualisasi data akan memudahkan dalam menyampaikan informasi yang lebih mudah dipahami. Selain itu, visualisasi data juga membantu di dalam pengambilan keputusan sebab menberikan gambaran yang jelas dengan pola informasi yang praktis.

“Tentunya infografis itu sebagai salah satu solusi di era digital dengan banyak kebermanfaatannya,” pungkasnya. (lan)