News  

Diselenggarakan Selama 4 Hari, Pelatihan International Masterclass Introduction to Main Street

Suasana International Masterclass Introduction to Main Street di Di Gedung Prof. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Smart & Green Learning Center (SGLC), Fakultas Teknik UGM. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Heritage Strategies International (HSI), Washington DC, USA; Bumi Pelestarian Pusaka Indonesia/BPPI), Jakarta; Grup Riset Pelestarian dan Pengelolaan Kota Pusaka, CoE Sustainable Environment Engineering Research & Innovation Center (ERIC), Fakultas Teknik UGM Yogyakarta menyelenggarakan kegiatan International Masterclass Introduction to Main Street.

Dalam pelatihan tersebut diterapkan pendekatan sistematis dengan menggunakan bangunan pusaka sebagai dasar revitalisasi kawasan niaga, di mana pembukaannya dilakukan di Ruang Seni Mustokoweni, MInggu (17/9/2023).

Pelatihan inetransional tersebut bekerjasama dengan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia (IPLBI), Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Komunitas Ekonomi Pusaka Inklusif dan Berkelanjutan (KePel). Disamping itu juga didukung oleh PUPUK INDONESIA Holding Company; Keluarga Alumni Teknik Universitas Gadjah Mada (KATGAMA), Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) DIY.

“Terdapat empat buah pendekatan Main Street yaitu Organisasi, Promosi, Desain dan Vitalitas Ekonomi harus dilakukan bersama-sama secara komprehensif dan tidak bisa sendiri-sendiri,” jelas Donovan Rypkena, Fasilitator  HIS dalam acara pembukaan itu. Pernyataan tersebut juga didukung oleh fasilitator HIS yang lain yaitu Rodney Swink dan Katlyn Rodney. Dalam acara pembukaan juga hadir Kepala BI DIY Ibrahim dan Ketua ISEI Cabang Yogyakarta Eko Suwardi.

Sementara Ketua Penyelenggara Laretna T. Adishakti mengemukakan, bahwa komposisi peserta yang berjumlah 40 orang dari Indonesia dan India menunjukkan latar belakang yang beragam mulai dari arsitek,  perancang kota, ekonomi dan bisnis, pemasaran, interior, ahli sipil, hukum, arkeologi, dan pariwisata baik dari dalam dan luar negeri. “Melalui Masterclass para peserta dipersiapkan untuk menjadi pelatih dan pelaksana Main Street dengan konteks Indonesia di lingkungan masing-masing,” ungkap dia.

Pada hari pertama , Donovan Rypkema memberikan dasar-dasar pendekatan Main Street, Senin (18/9/2023). Donovan menjelaskan prinsip-prinsip mengapa Main Street bisa terus sukses secara berkelanjutan selama 40 tahun.

 “Main Street dikembangkan di lebih dari 2000 kota di Amerika Serikat dan luar negeri,” kata Donovan. Hari yang sama dilakukan tinjauan lapangan yang dipimpin oleh  Laretna T. Adishakti, dan fasilitator lainnya.  

Pertama mengunjungi Museum Wahanarata Kraton Yogyakarta yang baru dibuka, sekaligus menikmati makan siang, kuliner pusaka Nasi Liwet Yogyakarta.

Peserta terbagi dalam 4 kelompok dengan masing-masing melakukan pengamatan lapangan di Kawasan Pusaka Niaga Jalan Margo Utama, Jalan Malioboro-Margo Mulyo, Pekapalan Alun-alun Utara, dan Jalan Ngasem-Tamansari.  Program hari pertama diakhiri dengan peserta bertemu kembali di Pusat Informasi ‘Cosmological Axis’, Ketandan.

Di bangunan ex rumah Tionghoa ini, peserta berdiskusi kelompok dan mengamati berbagai informasi tentang nominasi ke UNESCO ‘The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmark’. Dan pada malam harinya peserta di tempat masing-masing menyaksikan secara online nominasi tersebut dinyatakan sebagai World Heritage Site dalam Sidang World Heritage Committee di Riyadh, Saudi Arabia.

Masterclass hari ke 2, diawali oleh Rodney Swink memberikan materi tentang pendekatan pertama yaitu Organisasi, pada hari Selasa (19/9/2023). Pada organiisasi ini, semua aspek lainnya dibangun. “Main Street sendiri dikelola sebagai organisasi nirlaba (LSM) dan dijalankan oleh Dewan Direksi yang berbasis sukarela dan mengutus serta mengawasi Manajer Program yang bertanggung jawab untuk operasional sehari-hari,” jelas Swink. Sementara pembelajaran tentang organisasi dilanjutkan dalam konteks lokal Indonesia oleh Ketua Dewan Pimpinan BPPI Catrini P. Kubontubuh.

Pendekatan ke 2 Main Street adalah Promosi yang disampaikan oleh Katlyn Cotton. Pendekatan ini menitik beratkan pada upaya untuk menjual citra positif kawasan berdasarkan aset komunitas yang otentik, serta menjadi penggerak pemasaran dari organisasi Main Street. “Mengorganisir acara adalah fokusnya, serta promosi kawasan niaga, promosi ritel bisnis, dan acara-acara khusus lainnya,” beber Katlyn.

Selanjutnya Catrini selaku Ketua Dewan Pimpinan BPPI juga memberikan konteks lokal Indonesia tentang Pemasaran dan Branding. Disamping itu, Donovan Rypkema juga menambahkan pembelajaran tentang Historic Urban Landscape (HUL) yang direkomendasikan oleh UNESCO (2012), dilanjutkan oleh Punto Wijayanto tentang pelaksanakan HUL di Indonesia.

Pembukaan International Masterclass Introduction to Main Street di Ruang Seni Mustokoweni. (Foto: Istimewa)

Masterclass hari ke 3, pagi hari diisi dengan pembelajaran tentang Desain dan siang hari tentang Vitalitas Ekonomi, pada Rabu (20/9/2023).  Desain merupakan elemen yang paling dekat hubungannya dengan pelestarian. Anggota Komite Desain akan membantu pemilik properti membuat keputusan mengenai bangunan pusaka mereka, termasuk bantuan desain profesional.

Selain itu, Komite Desain dapat mendukung perbaikan ruang publik, memberi masukan mengenai permasalahan di trotoar, parkir, taman, penerangan, desain ulang jalan, dan proyek infrastruktur publik lainnya. Pendekatan ini diberikan oleh Rodney Swink dan Katlyn Cotton, dilanjutkan dengan konteks disain lokal oleh Laretna T. Adishakti.

Donovan Rypkema melatih komponen ‘pembangunan ekonomi’ dari Main Street. “Tanggung jawab komite tersebut mencakup retensi bisnis dan rekrutmen, identifikasi peluang pasar untuk bisnis baru dan ekspansi, mengatur insentif untuk pengembangan, dan melakukan survei pelanggan,” jelas Donovan. Kemudian dilanjutkan dengan konteks lokal oleh Amiluhur Soeroso, Dosen STIPRAM yang juga Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta. Pada setiap akhir pembelajaran Organisasi, Promosi, Desain, atau Ekonomi, peserta secara berkelompok diminta membahas pendekatan tersebut pada Kawasan Pusaka Niaga yang diteliti masing-masing.

Hari terakhir atau ke 4, pada pagi hari secara berkelompok menyelesaikan pembahasan pendekatan Main Street pada kawasan masing-masing, hari Kamis (21/9/2023). Adapun pada siang harinya setiap kelompok akan mempresentasikannya. Dalam presentasi berlangsung sangat dinamis, masing-masing kelompok menyajikan kasus dengan masalah dan solusinya.

Fasilitator, peserta dan pelaksana Masterclass ‘Introduction to Main Street’ yang baru pertama kali diselenggarakan di Indonesia menyepakati untuk membentuk dan mengembangkan program Main Street Indonesia dengan sebutan pendekatan Kawasan Pusaka Niaga Indonesia (KPNI). Main Street di Amerika Serikat bukan tentang teori melainkan tentang implementasi. “Untuk itu program pilot yang pertama perlu segera dilaksanakan dan diusulkan di Kawasan Buffer Zone World Heritage Site yang baru ‘The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmark’,” imbuh Y. Sri Susilo, Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta. (*/ ted)