bernasnews — Dalam rangka memperingati 11 tahun Keistimewaan Yogyakarta, tepatnya tanggal 31 Agustus, yang bertajuk ‘Babad Siti Kemantren’. Kemantren Kraton Yogyakarta mempersembahkan giat budaya nJeron Beteng Living Museum, bertempat di nDalem Pakuningratan, Jalan Polowijan, Sompilan, Kraton Yogyakarta, tanggal 30-31 Agustus 2023.
Acara tersebut dihadiri yang sekaligus dibuka oleh Pj. Walikota Yogyakarta Singgih Raharja, SH.,MED, di dampingi Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Yetti Martanti, S.Sos.,MM dan Mantri Pamong Praja Kemantren Kraton Drs. Sumargandi, M.Si.
Juga hadir Pimpinan Forpimcam Kemantren Kraton, Lurah se-Kemantren Kraton, Mantri Pamomg Praja se-Kota Yogyakarta, Kepala Departemen Sejarah S1 UGM, Kepala Prodi Tatakelola Seni ISI Yogyakarta, Tim Tenaga Ahli Peringatan Keistimewaan Yogyakarta,serta Ketua Forpim Kemantren dan Paniradya Kaistimewaan.
Dalam pidato sambutannya, Yetti Martanti melaporkan, bahwa Yogyakarta yang memiliki keragaman budaya tersebar melalui topomini dengan keunikan yang dimiliki menjadi simbol keistimewaan. Namun keberadaannya belum tervisualisasikan dan terpublikasikan dengan baik sehingga belum familier di tengah masyarakat.
“Kegiatan ini sudah kami mulai sejak bulan Mei 2023, dengan FGD dan workshop-workshop yang diikuti oleh 14 Kemantren. Juga bekerja sama dengan UGM dan ISI melibatkan secara langsung mahasiswanya untuk membantu proses kegiatan Living Museum ini, serta menggandeng tenaga ahli,” terang Yetti, Kamis (31/08/2023).
Dikatakan, kegiatan ini dilaksanakan di 14 Kemantren, mulai tanggal 26 Agustus sampai dengan 2 September 2023. Tentu saja masing-masing kemantren menampilkan keunikan yang berbeda, dengan tema yang berbeda-beda. Selain itu, peringatan 11 tahun Keistimewaan Yogyakarta hari ini tepat jam 09:00 WIB ditandai dengan bunyi 6 gauk (sirine) dari berbagai penjuru Kota Yogyakarta.
“Semoga apa yang kita lakukan ini mampu menumbuhkan kesadaran masyarakat Kota Yogyakarta untuk menemukan nilai-bilai keistimewaan tersendiri yang dimulai dari adat tradisi kehidupan sehari-hari yang melingkupi masyarakat sebagai wong Jogja. Harapan kami budaya yang telah tergali dan tervisualisasi secara apik dapat menjadi monumental serta menjadi identitas sebuah kemantren,” papar Yetti.
Sementara itu, Pj. Walikota Yogyakarta Singgih Raharja dalam sambutannya mengawalinya dengan membacakan patun mangan sate nang pasar legi, ngombe wedang tape gula Jawa. Ayo kanca ngenguri budaya jawi, kanggo Jogja sing soyo istimewa. “Kenapa pantun juga kita budayakan? Karena menjadi warisan budaya yang telah diakui oleh UNESCO,” ungkapnya.
Singgih menyampaikan apresiasi atas acara yang terselenggara dalam rangka peringatan ulang tahun yang ke-11 Undang-undang Keistimewaan disyahkan. Menurutnya, ini adalah suatu bukti bahwa tidak hanya namanya Daerah Istimewa Yogyakarta tetapi juga didukung dengan undang-undangnya.
“Tentu disyahkan undang-undang ini merupakan bukti sangat kuat bahwa Kasultanan Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman menjadi anchor budaya Yogyakarta yang istimewa itu sendiri. Karena yang pasti bisa dilihat kebudayaan berakar dari dua kraton tersebut, yang sekarang masih lestari baik yang tangible maupun intangible,” ujar Singgih.
Perdais tentang pengembangan kebudayaan ada 4 P yang harus dilakukan dan menjadi kesatuan. P pertama adalah Pelestarian, kedua adalah Perlindungan agar tidak terjadi klaim dari mana pun, P ketiga Pengembangan, kebudayaan itu dinamis harus kita kembangkan. “Kita tidak harus berhenti dalam nostalgia kebudayaan masa lalu maka muncul kebudayaan baru yang muncul dari terinpirasi dari budaya yang telah dilestarikan itu,” terang dia.
Kemudia P yang keempat adalah Pemanfaatan, di sisi kebudayaan dari sisi pariwisata harus ada pemanfaatan secara nyata yang kemudian memunculkan kesejahteraan. Pelestarian merupakan cost oriented, maka harus disertai dengan pemanfaatan. “Sehingga aktifitas budaya ini dapat dimanfaatkan di sektor pariwisata. Sehingga 14 Kemantren ini bisa menjadi daya tarik wisata yang sangat hebat kalau kemudian dipromosikan menjadi event pariwisata yang berbasis budaya,” tandas Singgih.
Event nJeron Beteng Living Museum menampilkan perjalanan Benteng Baluwerti, Toponim Kampung, Ageman (Busana), Arsitektur Cagar Budaya, Kuliner Tradisional, Jamu Tradisional, Adat dan Tradisi, Permainan Rakyat, dan Pertunjukan Kesenian. Pj. Walikota Yogyakarta Singgih Raharja juga berkesempatan mencoba permainan gangsingan, permainan tempo dulu yang hanya ada (dijual) jika ada perayaan besar oleh kraton. (ted)