Gerak Tarian Dapat Dicipta Berdasar Inspirasi dari Gerak Tumbuhan dan Binatang

BERNASNEWS.COM — Banyak gerakan tarian yang dicipta berdasar inspirasi dari gerakan hewan dan tumbuh-tumbuhan tertentu. Seperti halnya tari Jaranan Sentherewe (huruf e dibaca seperti e kata elok) berasal dari dua nama jenis tumbuhan yang banyak ditemukan di wilayah Tulungagung, Jawa Timur. Senthe adalah sejenis talas apabila dimakan akan menimbulkan rasa gatal di sekujur badan. Adapun Rewe adalah jenis tumbuhan liar yang apabila daunnya mengenai kulit manusia akan menimbulkan rasa gatal.

Prosesi ritual sebelum pagelaran tari biasa dilakukan dalam seni tradisi kerayakyatan dalam bentuk doa permohonan keslmatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. (Foto: Istimewa)

“Sehingga penamaan bentuk tarian Jaranan Sentherewe merujuk pada sifat gerak tari yang cenderung lincah dan dinamis, sebab penari diibaratkan orang yang makan senthe dan terkena daun rawe,” ungkap Muhammad Habib Wicaksono, seniman tari juga Ketua Sanggar Tari Hokya Traditional Dance, kepada Bernasnews.com, Minggu (21/6/2020), di Sanggar Turangga Dewantara Mudha, Kadipaten, Kecamatan Kraton, Yogyakarta.

Tarian Jaranan Sentherewe dengan penata tari atau koreografer Gading Aringga Subastian, penata musik Gading Aringga Subastian dan Sahrul Kepek Yulianto, Tim Pemusik oleh “Prodi Sendrariya” dan enam penari terdiri, Muhammad Habib Wicaksono, Aurelia Vania Aradhani, Vahesa Satya Putra, Sri Anjani Dewi, Yasni Ramadhanti, serta Rangga Saka Satria Yudha.

Sebelum pagelaran para penari lakukan sesi foto beersama agar tata rias dan busana masih terlihat rapi. (Foto: Istimewa)

Tarian ini menggambarkan prajurit berkuda yang sedang berlatih perang menguji ketangkasan. Setelah mahir kemudian diuji kembali untuk melawan binatang. Beberapa wujud binatang dalam Jaranan Sentherewe meliputi, Prabu Celeng Srenggi dan Prabu Singa Barong.

“Tarian Jaranan Sentherawe bersama dua tarian lainnya yaitu, Tarian Reyog Kendhang dan Tarian Satria Dewantara sebelum pandemi sempat kami tampilkan dalam event “Specta Seni Budaya Prawirotaman”, tepatnya pada tanggal 14 Maret 2020 yang tidak lama kemudia ada Covid-19 yang membuat kegiatan seni pertunjukan, termasuk tari berhenti total,” jelas Habib.

Kelompok penari Tarian Reyog Kendhang. (Foto: Istimewa)

Sementara, Tarian Reyog Kendhang koreografer Bimo Wijayanto, menggambarkan prajurit utusan Lembusura, raksasa berkepala sapi untuk melamar Dewi Kilisuci, seorang putri dari Kerajaan Kahuripan yang konon meminta syarat sarana berupa tarian dengan kendang dodog dan gong. Tarian ini ditarikan oleh 7 penari, Wahyu Aji Pamungkas, Salvia Anggie Putri S, Venna Yunanda Agestya P, Nur Fitriyani, Wahyu Budi Susila, Putri Naya Febriyanti dan Estri Nur Karisma.

Kelompok penari Tarian Sentherewe. (Foto: Istimewa)

“Sebagai pembuka Tarian Reyog Kendhang yang rancak, kemudian Jaranan Sentherewe dan ditutup dengan pagelaran tari Satria Dewantara yang menggambarkan pasukan berkuda yang sedang latihan berperang. Koreografer tari Satria Dewantara saya sendiri, dibantu penata musik Sahrul Kepek Yulianto dan tim musik “Prodi Sendrariya”, penari juga tujuh orang,” tutup Muhammad Habib Wicaksono. (ted)