BERNASNEWS.COM — Mempelajari langit dan angkasa boleh jadi merupakan sebuah ilmu sains pertama manusia untuk dapat merasionalisasi fenomena alam yang mereka jumpai sehari-hari. Manusia mempelajari pergerakan benda angkasa (celestial object) untuk membantu mengukur waktu, memandu dalam kegiatan perburuan, navigasi dan waktu tanam, hingga menentukan prinsip-prinsip kepemimpinan serta menjelaskan peristiwa luar angkasa.
Oleh sebab itu pameran temporer yang diadakan pada tahun 2019 kali ini, Museum Sonobudoyo Yogyakarta, tanggal 10 Desember 2019 s.d 10 Februari 2020, menggelar pameran bertajuk “Angkasa Raya, Ruang, dan Waktu Membaca Langit Menebak Pertanda”, di Gedung Pameran Temporer (ex KONI), Jalan Pangurakan, Yogyakarta.
Kegiatan pameran yang dibiayai dengan dana keistimewaan ini berupa pameran barang-barang artefak maupun catatan-catatan peninggalan leluhur dan jejak pengamatan angkasa di Nusantara yang meliputi, pertanggalan, sengkalan, navigasi, astronomi riligi, waktu dan pranta mangsa, pawukon dan primbon, juga mitos dan astrologi.
“Pameran kali ini tajuknya sangat milenial, Angkasa Raya, Ruang, dan Waktu Membaca Langit Menebak Pertanda. Ini adalah suatu upaya dari museum untuk bisa lebih diterima oleh kalangan milineal. Momentum ini sangat tepat dengan tumbuhnya komunitas-komunitas. Tinggal bagaimana museum-museum dalam mengemas dan menyiapkan konten,” kata Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro dalam sambutannya, Selasa (10/12/2019).
Penghageng Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Kridha Mardawa Keraton Yogyakarta ini, menambahkan, bahwa peninggalan ini tidak eksklusif budaya Jawa saja, namun daerah lainnya juga ada termasuk oleh bangsa China dan Arab yang dikenal dengan ilmu falaknya. Berharap pameran ini bisa membuka mata kita dan bisa lebih mengaprisiasi karya budaya nenek moyang leluhur. Bisa memahami filosofi di berbagai berbintangan dan bermanfaat bagi generasi muda. “Saya sarankan kepada Museum Sonobudoyo untuk kedepan bisa selenggarakan pameran yang seksi-seksi semacam ini,” kata Notonegoro.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan DIY Aris Eko Nugroho, SP MSi, menerangkan, museum Sonobudoyo mempunyai lebih dari 65.000 koleksi dan baru satu persennya yang bisa disajikan ke masyarkat, salah satunya dengan cara mengadakan pameran museum temporer. “Seperti arahan Ngarsodalem (Gubernur DIY) selalu menganjurkan museum jangan diartikan hanya sebagai tempat menyimpan. Karena khawatir kalau disimpan terlalu lama koleksi bisa hilang atau rusak,” ungkapnya.
Lebih lanjut Aris Eko Nugroho, menjelaskan, hal ini menjadikan jawaban bahwa benda-benda koleksi museum layak untuk diketahui oleh masyarakat luas tidak hanya sekadar disimpan. Bahkan sebagai sarana media pendidikan dan bisa menjadi hiburan. Museum Sonobudoyo mengembangkan diri dengan display yang berbeda, ada yang statis dan dinamis yang arahnya ke masyarakat milenial.
“Pameran temporer telah menjadi agenda tahunan. Program kegiatan ini di bawah Dinas Kebudayaan DIY mengacu pada Perdais No. 3 tahun 2017. Ada tujuh obyek kebudayaan yaitu, nilai-nilai budaya, pengetahun dan teknologi, benda, bahasa, adat istiadat, serta seni. Untuk menampung semua itu Museum Sonobudoyo sedang membangun gedung baru berlantai empat. Tentang seni, pada acara Selasa Wagen kegiatan ini juga dimeriahkan oleh 100 perupa yang karya lukisannya bisa dinikmati oleh masyarakat,”pungkasnya. (ted)