BERNASNEWS.COM – Pada dasarnya air merupakan kebutuhan dasar manusia untuk terus melangsungkan hidupnya. Air dalam pengertian dan konteks ini adalah pengadaan air bersih bagi kebutuhan konsumsi rumah tangga serta pemanfaatan-pemanfaatan lain untuk kepentingan umum. Pasal 33 UUD 1945 ayat 3 dengan tegas mengatakan, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Namun belum semua daerah di Tanah Air merasakan sila kelima dalam hal ketersediaan air, terutama air bersih. Musim kemarau berkepanjangan menjadi penyebab sulitnya akses air. Tidak jarang para warga rela menjual harta bendanya demi membeli setetes air yang menjadi barang langka. Kabupaten Gunungkidul di Provinsi DIY belum mampu lepas dari permasalahan tersebut setiap tahunnya.
“Sebenarnya Gunungkidul mempunyai potensi air yang lebih baik ketimbang daerah lain di DIY. Jika dibandingkan dengan Kota Yogyakarta, sungai di sini lebih banyak, terutama sungai bawah tanahnya. Artinya ada mata air yang dapat dimanfaatkan,” kata Antok Kusadrianto, Komandan Satgas Bantuan Air Bersih Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Gabungan se-Yogyakarta, Minggu (3/11/2019).
Dalam seremonial penyaluran air bersih kepada lima desa di Kecamatan Rongkop dan Girisubo di Gunungkidul itu, Antok berpendapat bahwa diperlukan ilmu khusus untuk mengambil air dari sumbernya agar dapat dimanfaatkan masyarakat secara luas. Rongkop dan Girisubo termasuk dua kecamatan yang terkena dampak kelangkaan air bersih akibat kemarau panjang tahun ini.
“Saya mengimbau kepada masyarakat yang menemukan atau menduga ada sumber mata air di titik tertentu untuk melaporkan kepada kami untuk dilakukan pengeboran. Kita meyakini ada sumber mata air di Kecamatan Rongkop. Tentu hal ini membutuhkan kerjasama dan koordinasi antara masyarakat, pihak kecamatan, desa, dusun, dan lain-lain,” ujar Camat Rongkop, Agung Danarto, dalam acara yang berlangsung di Balai Dusun Tirisan, Desa Pringombo, Rongkop itu.
Salah seorang warga Tirisan, Waridi, mengaku bersyukur atas bantuan air bersih dari berbagai pihak kepada masyarakat di sana. Namun ia yang mewakili suara warga-warga lain menyatakan untuk solusi jangka panjang, dibutuhkan bak penampungan untuk mengalirkan air ke rumah-rumah.
“Di wilayah sini sebetulnya juga ada saluran pipa yang terpendam di bawah tanah, tetapi belum berfungsi. Belum ada pipanisasi, padahal air sangatlah vital bagi kehidupan kami,” tutur Waridi.
Menanggapi tanggapan Waridi, Agung berpendapat bak penampungan akan lebih efektif jika ditempatkan di wilayah atas bukit agar lebih maksimal dalam pengaliran air ke setiap rumah tangga. Hal itu pula membutuhkan kajian secara komprehensif tentang lokasi terbaik untuk penempatan bak. Kajian itu juga penting untuk mengetahui kemampuan air diangkat dari dalam tanah.
Sementara itu Koramil 09/Rongkop turut berterimakasih bahwa masih ada perhatian dari pihak-pihak luar terkait masalah air di Gunungkidul ini. Plt Danramil 09/Rongkop, Setiyono, mengatakan selama ini pihaknya turut membantu pendistribusian air bersih kepada masyarakat.
“Tentunya untuk masyarakat yang mesti diberi dan benar-benar membutuhkan sehingga bantuan-bantuan itu dapat tepat sasaran,” kata Setiyono.
“Karena setetes air adalah nyawa bagi masyarakat, sama halnya dengan slogan PMI, setetes darah adalah nyawa,” ujar Antok Kusadrianto dalam sambutannya. (Dionysius)