Serunya Berebut Udik-udik Miyos Gangsa di Kraton Yogyakarta

BERNASNEWS.COM — Meskipun ada yang berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya acara tradisi Miyos Gangsa (Keluarnya Gamelan) bagian perhelatan Sekaten yang digelar oleh Kraton Yogyakarta, Minggu (3/11/2019), di Bangsa Pancaniti, Kraton Yogyakarta animo masyarakat dalam menyaksikan dan ngalap berkah tetap tidaklah berkurang.

Berbeda dikarenakan pada tahun ini tidak disertainya adanya Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS), sehingga halaman Bangsal Pancaniti atau Keben pun juga tidak semeriah tahun-tahun sebelumnya dikarena berkurangnya para penjual nasi gurih, kinang (sirih lengkap dengan tembakau), dan endog abang (telur merah) bagian pernak-pernik ritual Miyos Gangsa.

Sebagaimana pengamatan Bernasnews.com, lapak penjual nasih gurih hanya berjejer di sisi kiri atau sebelah barat itupun jaraknya cukup renggang, tidak seperti tahun sebelumnya yang merambah sampai dengan sisi timur bahkan keluar dari halaman. ”Acara Miyos Gangsa malam ini terlihat berbeda suasananya, terutama yang jualan nasih gurih terlihat sedikit tidak seperti tahun lalu. Juga tidak ada PMPS,” terang Pratomo warga Desa Ndruwo, Sewon Bantul.

Pratomo menjelaskan, bahwa kedatangannya ke Kraton Yogyakarta bersama keluarga besarnya sebagai bentuk nguri-nguri (melestarikan) budaya. Juga sebagai bentuk laku ngalap berkah ikut berebut udik-udik, yaitu berupa uang logam lengkap dengan sesaji berupa nasi kuning, bunga, dan biji-bijian yang disebarkan oleh keraton atau Sultan yang bertahta.

Udik-udik adalah simbol dari rasa syukur, kencintaan dan sedekah raja pada rakyatnya. Siapa pun boleh ikut acara berebut udik-udik tua muda, laki perempuan, kaya miskin boleh ikut berebut udik-udik yang merupakan bagian dari seremoni keluarnya gamelan kraton,” ujarnya.

Malam itu yang bertugas sebagai penyebar udik-udik adalah utusan dalem (Sultan) yakni putra-putra putri dalem, Gusti Kanjeng Ratu (GKR). Mangkubumi, GKR. Hayu, dan GKR. Bendara. Mereka didampingi oleh para abdi dalem, tepat pukul 20:00 WIB keluar dari Regol Danapratapa menuju Bangsal Pancaniti, keliling sambil menyebar udik-udik yang ditujukan kepada masyarakat yang hadir.

Juga para abdi dalem, serta nayaga (penabuh gamelan) Kanjeng Kiai Gunturmadu di sisi kanan atau bagian timur dan penabuh gamelan Kanjeng Kiai Nagawilaga, di sisi barat. Khusus untuk acara berebut udik-udik tetap saja seru, ratusan warga tampak berjubel dan rela berdesak-desakan, bahkan sampai ada yang terinjak tangannya hanya untuk memperebutkan koin atau uang logam yang disebar oleh putri-putri Sultan HB X yang konon uang tersebut telah memiliki tuah tertentu. (ted)