bernasnews — Komunikasi politik merupakan setiap penyampaian pesan yang disusun secara sengaja untuk mendapatkan pengaruh atas penyebaran atau penggunaan power di dalam masyarakat yang di dalamnya mengandung 4 bentuk komunikasi yaitu elite communication, hegemonic communication, petitionary communication, associational communication.
Hal ini disampaikan oleh Prof. Dr. Lely Arrianie, M.Si., Guru Besar Komunikasi Politik LSPR Institute Communication and Business dalam acara Kuliah Umum Interaktif yang diselenggarakan di Ruang Auditorium Gedung Piwulangan Kampus Terpadu Universitas Widya Mataram (UWM) Banyuraden, Gamping, Sleman, DIY, Rabu (30/4/2025).
Acara dengan tema Perang Dagang Global dan Peran Komunikasi Politik yang diikuti lebih dari 100 mahasiswa UWM ini diawali dengan keynote speech dari Rektor UWM, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec. Acara ini turut dihadiri oleh para Wakil Rektor, Dekan, Wakil Dekan, dan Ketua Program Studi (Kaprodi).
Prof. Edy dalam pemaparan materinya mengungkapkan bahwa saat ini belum terjadi perang tarif global. “Misalnya intra ASEAN, terjadi saling meningkatkan tarif bea masuknya. Bahkan kerja sama yang ada cenderung untuk saling menurunkan dan menghapuskan tarif bea masuknya untuk produk ASEAN,” katanya
“Skim ASEAN Economic Community, justru mengarahkan bukan saja sekedar meminimalkan tarif bea masuk, namun mengarahkan mengintegrasikan ekonomi ASEAN ini,” imbuh Prof. Edy.
Menurut Rektor UWM, bahwa Pasar Indonesia untuk barang dan jasa cukup luas. Penduduk yang lebih 275 juta selalu dilirik oleh produsen luar negeri. Untuk itu, pemain-pemain lokal sebaiknya juga menggarap serius pasar lokal ini.
“Bagaimana misalnya tekstil dan juga produk-produk alas kaki, misalnya, kita memanfaatkan pasar lokal yang sangat besar,” tegas mantan Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor ini.
Selanjutnya Prof Lely pada kesempatan ini mengungkapkan, komunikasi politik memiliki beberapa prinsip antara lain bahwa setiap perilaku memiliki komunikasi, kemudian komunikasi memiliki dimensi isi dan hubungan, serta komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
“Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu, melibatkan prediksi peserta komunikasi, bersifat sistemik, dan semakin mirip latar belakang sosial budaya maka semakin efektif komunikasi,” tambahnya.
Lebih lanjut, Prof Lely menyebutkan bahwa komunikasi bersifat nonkonsekuensial, prosesual, dinamis, dan transaksional, serta bersifat irreversible. “Komunikasi politik bukan tentang bahasa politik saja, tetapi dilihat dari substansi informasi yang dihadirkan, setting dimana informasi yang disebarkan, dan fungsi yang dijalankan,” tutupnya.
Acara ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Antusiasme peserta tampak jelas terlihat dari tingginya partisipasi selama sesi tanya jawab dan diskusi interaktif, di mana berbagai pertanyaan kritis mengalir mengenai solusi dan strategi menghadapi perang dagang global. (*/ ted)