Ruwahan Kampung Gamelan, Gelaran Budaya yang Penuh Makna Filosofi Jawa

Suasana prosesi gelaran budaya "Ruwahan Kampung Gamelan", prajurit Bregada Puspa Kridhatama membawa Gunungan Apem, melintas di Jalan Raya Gamelan, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Yogyakarta. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

bernasnews — Bregada Puspa Kridhatama bekerja sama dengan PKK RW 04 Siliran dan didukung oleh  Jajaran Pengurus serta komunitas Kampung Gamelan menyelenggarakan gelaran budaya “Ruwahan Kampung Gamelan”, di sebuah rumah warga setempat, Jalan Siliran Lor, Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton, Kota Yogyakarta, tanggal 7-8 Februari 2024.

Ketua Kampung Gamelan Endang Mulatsih kepada bernasnews menjelaskan, bahwa gelaran budaya Ruwahan yang sangat lengkap ini merupakan kali pertamanya diselenggarakan. Menurut Endang, disebut gelaran budaya yang lengkap karena prosesinya terdiri Ngebluk, Apeman, Kirab Gunungan Apem dan Rayahan.

“Tujuan acara tersebut adalah untuk nguri-uri (melestarikan) budaya serta sebagai bentuk silaturahmi, saling memaafkan dan sekaligus bersedekah berbagi rejeki dengan membagikan makanan berupa apem, kolak dan ketan,” terang Endang, di sela-sela persiapan acara Kirab Gunungan Apem, Sabtu (8/2/2025).

Lanjut Endang menjelaskan, bahwa sebutan ngebluk merupakan membuat adonan apem dengan bahan utama dari tepung beras, yang dilakukan oleh ibu-ibu PKK RW 04 Siliran, pada Jumat malam, 7 Februari 2025.

“Bahkan kalau zaman dahulu untuk proses ngebluk juga disertai pembuatan tepung beras, dengan cara beras ditumbuk kemudian diayaki hingga halus. Untuk proses memasak atau pembuatan apemnya tadi pagi,” ungkap Endang Mulatsih, yang juga pengurus LPMK Kelurahan Panembahan.

Suasana saat Gunungan Apem akan diarak dengan dipandu oleh prajurit Bregada Puspa Kridhatama Kampung Gamelan. (Tedy Kartyadi/ bernasnews)

Ketua Bregada Puspa Kridhatama Tri Wahyono menambahkan, bahwa Ruwahan adalah sebuah tradisi yang dilakukan sebagai upacara penghormatan kepada arwah luluhur atau keluarga yang sudah berpulang (meninggal). Tradisi yang digelar pada bulan Ruwah menurut kalender Jawa atau bulan Syaban menurut kalender Hijriah.

“Dalam tradisi itu disajikanlah kue apem, kolak dan ketan yang penuh makna filosofis. Apem mengingatkan kita agar selalu minta ampun atau bertobat, konon kata apem adalah dari bahasa Arab afuwwun yang artinya ampunan. Kolak juga dari bahasa Arab, kata Khalaqa yang artinya menciptakan atau juga dari kata Khalik, berarti Sang Pencipta. Sementara ketan untuk mengingatkan hati yang bersih selalu lekat dengan sesama,” beber Tri Wahyono.

Acara Kirab Gunungan Apem yang dipandu oleh prajurit Bregada Puspa Kridhatama Kampung Gamelan ini, dengan rute Jalan Siliran Lor – Jalan Raya Gamelan – Jalan Gamelan Kidul untuk menuju acara Rayahan Gunungan Apem, bertempat di Halaman Grha Keris.

“Kirab 40 prajurit ini diringi dengan tetabuhan yang rancak gending ‘Watu Pajang’ dan sebagai penutup ketika sampai di tempat rayahan (Grha Keris) diiringi dengan gending ‘Kenanga’,” imbuhnya.

Sementara itu, Ketua LPMK Kelurahan Panembahan Hj. Sri Herawati memberikan apresiasinya atas penyelenggaraan gelaran budaya “Ruwahan Kampung Gamelan”. Pihaknya juga berharap ke depan lantas bermunculan gelaran serupa dari kampung-kampung lainnya yang ada di wilayah Panembahan.

“Terlebih wilayah kita merupakan bagian dari sirip Sumbu Filosofi Jogja, yang diharapkan dapat menumbuhkan budaya-budaya dan tradisi yang ada sehingga akan bermanfaat sebagai upaya pelestariannya. Dalam musrenbang tahun 2026 juga telah dianggarkan untuk event-event budaya semacam ini,” ujar Herawati. (ted)