Pentas Raya ‘Titik Koma’, Merupakan Semicolon Pertunjukan Teater Kelompok Sekrup dari UKM Fakultas MIPA UNY

Sebuah adegan pentas teater oleh Kelompok Sekrup Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dengan judul 'Titik Koma'. (Foto: Istimewa)

bernasnews — Titik Koma adalah judul sebuah drama epik mengkisahkan sosok siswa SMA bernama Dharma, yang berjuang untuk mencari jatidiri lewat kesukaannya pada seni lukis. Meskipun sang ayah sering membandingkan dengan Kirana, adik semata wayangnya yang sering mendapat kejuaraan dalam bidang akademik namun Dharma tetap membuktikan bahwa dengan seni lukis juga masih bisa eksis.

Dharma yang sempat berputus asa dan ingin bunuh diri mengurungkan niatnya dengan tekad ‘Hiduplah Satu Hari Lagi’. Terbukti dengan diiringi usaha dan upaya yang dilakukan akhirnya Dharma berhasil meraih beasiswa untuk kuliah di Inggris, sesuai keinginannya saat masih di kota asal.

Demikian sinopsis drama yang dibawakan oleh Kelompok Teater Sekrup, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) saat pementasan di Concert Hall Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (4/12/2024).

Gelaran yang bertajuk ‘Antara Hancur atau Bangkit’, sebuah refleksi emosional tentang perjuangan, mimpi, dan dinamika kehidupan para pelaku. Merupakan pementasan dari bagian Pentas Raya, sebuah pertunjukan yang memadukan drama, seni visual, dan musik.

Pementasan ini melibatkan lebih dari 20 pemain dan kru, dengan latar panggung yang dirancang secara dinamis oleh tim artistic Kelompok Teater Sekrup. Musik pengiring yang diaransemen secara live oleh Fachri Ramdhan turut memberikan nuansa emosional pada setiap adegan.

Naskah ditulis oleh Rionaldho Etano Taruna Tama dengan gaya penulisan yang menyentuh dan sarat makna, dengan sutradara Lintang Oktavia Laurent.  Menurut Rionaldho Etano Taruna Tama, pengambilan judul ‘Titik Koma’ atau semicolon merupakan simbol keberanian, harapan, dan kelanjutan hidup.

“Semicolon digunakan dalam tulisan ketika penulis memilih untuk mengakhiri kalimat, tetapi memutuskan untuk melanjutkannya sehingga semicolon mewakili keputusan untuk melanjutkan hidup meskipun menghadapi kesulitan yang besar” ungkap dia.

“Simbol semicolon sering digunakan untuk menunjukkan dukungan bagi orang-orang yang berjuang dengan depresi, kecemasan, pikiran untuk bunuh diri, dan masalah kesehatan mental lainnya,” lanjut Rionaldho Etano Taruna Tama.

Kelompok Teater Sekrup, telah berdiri sejak 19 Oktober 1997, dan terus berkomitmen untuk mengangkat seni teater sebagai bagian penting dari budaya Indonesia. Dengan acara Pentas Raya ini, mereka berharap dapat semakin memperluas apresiasi masyarakat terhadap seni peran. (*/ted)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *