News  

Dampak Kekeringan Akibat El Nino di Gunungkidul Meluas, Warga : Tumbas Air Meneh

Warga keluhkan dampak Kekeringan di Gunungkidul yang semakin meluas. (Foto : Wulan/ bernasnews)

bernasnews – Kabupaten Gunungkidul menjadi salah satu wilayah yang cukup terdampak parah usai adanya fenomena El Nino yang menyebabkan kekeringan berkepanjangan.

Bahkan saat ini, banyak warga yang mengeluhkan hal tersebut lantaran sudah beberapa kali membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.

Salah satunya turut disampaikan oleh Ruminingsih (40), warga Dusun Temuireng 2, Kalurahan Girisuko, kecamatan Panggang. Ia menceritakan meskipun sudah ada dropping air di wilayahnya, namun tetap sulit mengakses air bersih lantaran harus berbagi dengan masyarakat lainnya.

Menurut dia, dropping air yang diberikan masih tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, sehingga terkadang ia rela menjual ayamnya untuk bisa membeli satu tangki air untuk bisa dipakai mandi, minum, dan mencuci pakaian.

“Kami cuman bisa mengharapkan bantuan atau tumbas air meneh (beli air lagi) kalau kepaksa. Kadang sampai jual ayam (untuk membeli air),” kata Ruminingsih, Selasa (26/9/2023).

Hal senada juga disampaikan oleh warga setempat, Jarwanto (42). Ia mengatakan selama ini tidak ada sumber air yang bisa diakses secara praktis. Kemudian ia menyinggung soal sumur BOR yang pernah dibuat namun gagal beroperasi di wilayahnya sehingga sejak saat itu tidak pernah ada lagi upaya untuk menghadirkan sumur BOR di kecamatan Panggang itu.

“Sumur bor tidak ada, pernah nyoba ngebor di RT 02 itu gagal beberapa tahun yang lalu. Kalau harapan warga itu dari pemerintah itu PAM itu (bisa masuk) ke sini, harapannya itu,” ujar Jarwanto.

Saat dikonfirmasi, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Gunungkidul, Sumadi mengatakan sudah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 358 tangki ke berbagai kapanewon yang terdampak kekeringan.

Ia juga tak menepis apabila dibandingkan dengan tahun 2022 lalu, pada puncak musim kemarau tahun ini, jumlah warga terdampak kekeringan bertambah banyak. Pemerintah Gunungkidul juga kini telah menetapkan status siaga darurat kekeringan hingga tanggal 30 September mendatang. Dan sudah mendroping air ke beberapa kapanewon mengajukan. Namun yang mengkhawatirkan, sumber air untuk pengisian tangki saat ini sudah mulai antre.

“Sampai tgl 23 september BPBD sudah menyalurkan bantuan air bersih sebanyak 358 tangki. Persediaan untuk musim kemarau tahun ini sebanyak 1.060 tangki,” kata Sumadi saat dikonfirmasi.

Persediaan air bersih yang dimiliki oleh BPBD itu menurutnya mmasih mencukupi dan pihaknya setiap hari masih rutin melakukan dropping air kepada wilayah yang mengajukan.

“Kita jadwalkan setiap hari untuk droping sesuai dengan usulan dari kapanewon,” jelasnya.

Terkait kondisi kekeringan yang dirasakan oleh 16 kapanewon di Gunungkidul itu, ia mengatakan rata-rata mengalami hal yang sama, terparah justru ada di wilayah Selatan Gunungkidul.

“Rata rata kondisi kekeringannya sama, terutama di wilayah selatan (Gunungkidul),” ungkap dia.

Wakil Ketua DPRD DIY, Huda Tri Yudiana ikut berkomentar terkait kekeringan yang dirasakan oleh masyarakat Gunungkidul itu. Bahkan saat meninjau langsung ke lokasi, Huda menyebut banyak sumur BOR buatan pemerintah yang tidak berfungsi dengan baik.

Sehingga kini, Huda meminta agar Pemda ataupun Pemerintah Kabupaten supaya menjadikan masalah kekeringan ini sebagai persoalan yang serius. Apalagi masalah kekeringan ini bukanlah masalah baru, melainkan masalah lama yang selalu terjadi setiap tahun.

“Semestinya wilayah kekeringan ini (mulai) dipetakan dengan baik sekaligus roadmap solusinya, jangan dibiarkan bertahun tahun seperti ini tanpa target jelas kapan penyelesaiannya,” pungkasnya. (lan)