BERNASNEWS.COM – Pada pukul 01.15 WIB, Rabu (1/4/2020), saya dapat WA dari group novel yang isinya mohon dukungan doa untuk kesembuhan Bapak Budi Sardjono yang sore tadi (Rabu, 1 April 2020) mendapat serangan jantung dan malam ini (Rabu malam) dipasang ring di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.
Sekitar pukul 23.24, Rabu malam, ada berita baik dari putrinya seperti yang dikatakan oleh Ibu Maria Widi, salah satu sahabat Sardjono, bahwa Budi Sardjono sudah berhasil melewati masa kritis, namun masih harus tinggal di ruang ICU.
Namun, karena RS Panti Rapi saat ini tidak menerima kunjungan pasien selain keluarga itu pun terbatas hanya 2 orang, maka teman-teman Sardjono pun dimohon dukungan doanya.
Budi Sardjono kelahiran 6 September 1953 di Yogyakarta adalah penulis di beberapa media dan telah menghasilkan banyak buku, termasuk buku-buku rohani yang diterbitkan oleh Penerbit Kanisius. Pada tahun 2012 ia mendapat penghargaan sastra dari Balai Bahasa Yogyakarta (BBY) dengan novelnya “Sang Nyai”.
Ia sudah menulis novel Sang Nyai 1, 2 dan 3. Novel tersebut menceritakan tentang misteri. Ia pernah menceritakan bahwa ada seorang pembaca yang larut dalam cerita dalam novel itu sehingga minta untuk dipertemukan dengan Nyai Roro Kidul. Novel yang lain di antaranya Ledhek dari Blora, Cundrik, Prau Layar di Kali Code dan masih banyak lagi.
Selain sebagai penulis, ia juga orang yang suka membagi-bagikan ilmu, dengan sering mengadakan pelatihan-pelatihan bersama rekan-rekannya dan kadang gratis. Kalau pun berbayar namjun hanya untuk kepentingan peserta itu sendiri.
Para peserta sering geeeer dengan leluconnya yang ceplas-ceplos namun segar. Saya sering juga mengikuti kegiatannya. Karena tanpa owel ia membagikan ilmunya. Peserta biasanya bukan hanya dari Kabupaten Sleman, tapi dari wilayah lain pun diterima.
Workshop yang diadakan tidak hanya diperuntukkan bagi para guru tapi juga untuk umum. Ia mengadakan workshop bersama teman-temannya di antaranya R Toto Sugiarto dan P Topo.
Banyak penulis bermunculan dari hasil berbagi ilmunya. Ia yang selalu melakukan perjalanan dalam rangka survey untuk mendapatkan data sebagai bahan tulisan dan senang menulis hal-hal yang mistis. Para peserta biasanya domblong mendengar cerita perjalanannya.
Dalam membuat tulisan fiksi sekalipun bukan sekadar khayal namun dengan melakukan survey. Dari ceritanya, dalam survey ia sering menemukan hal-hal yang tak masuk akal dan membuat merinding. Seperti cerita dia saat mau menulis buku Prau Layar di Kali Code.
Saat membaca buku-buku Budi Sarjono rasanya sepertinya ikut mengalami peritiwa yang diceritakan dalam bukti tersebut.
Saat ini rekan-rekan dan murid Budi Sardjono hanya dapat memohon doa untuk kesembuhannya. “Semangat, cepat sehat Pak Budsar, berangkat kelayapan lagi (istilah beliau tentang survey).” Mohon dukungan doa dari semua pihak agar ia cepat pulih dan sehat kembali. (Sri Rahayu S.IP, Bendahara Asosiasi Wartawan Profesional Indonesia DPC Sleman)