bernasnews – Pemerintah Kabupaten Sleman terus menggeber upaya percepatan penurunan angka stunting dengan langkah konkret dan terarah. Senin, 29 Juli 2025, Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa memimpin langsung kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Pencegahan Stunting di Kapanewon Depok.
Suasana pertemuan penuh semangat kolaboratif, dipadati kader kesehatan dari seluruh kalurahan, serta dihadiri tokoh penting dari unsur Forkopim Kapanewon dan Kepala DP3AP2KB Sleman, Novita Krisnaeni.
Dalam arahannya, Wakil Bupati Danang Maharsa menggugah kesadaran semua pihak. Ia menegaskan bahwa pemerintah tidak bisa bergerak sendiri dalam mengatasi stunting.
Ia meminta seluruh elemen masyarakat, mulai dari keluarga, kader kesehatan, hingga lembaga pendidikan, untuk ikut turun tangan. Danang juga mengajak para orang tua agar tak ragu membawa anak ke posyandu maupun fasilitas kesehatan secara rutin.
“Jangan malu untuk memeriksakan anak secara rutin. Kita tidak sedang bicara soal malu atau tidak, ini soal masa depan generasi kita!” tegas Danang.
“Kita semua bertanggung jawab mewujudkan generasi emas 2045. Anak-anak kita harus sehat, cerdas, dan tangguh,” lanjutnya dengan penuh keyakinan.
Danang menyampaikan bahwa salah satu indikator penting dalam penanganan stunting terletak pada optimalisasi Kartu Menuju Sehat (KMS). Ia mendorong semua kader dan tenaga kesehatan untuk memaksimalkan pemanfaatan KMS sebagai alat pemantau tumbuh kembang balita.
“Dengan KMS, kita bisa tahu sedini mungkin ada atau tidaknya gangguan pertumbuhan. Kalau kita tahu lebih awal, kita bisa bertindak lebih cepat,” tandasnya.
Kolaborasi Lintas Sektor Jadi Kunci
Kegiatan monitoring dan evaluasi ini digelar bukan sekadar seremonial. Pemerintah Kabupaten Sleman menjalankannya sebagai bentuk keseriusan dalam memerangi stunting secara sistematis dan berkelanjutan. Setiap kapanewon di Sleman dijadwalkan menjadi lokasi Monev, guna memastikan pelaksanaan program benar-benar berjalan dan berdampak di lapangan.
Wabup Danang langsung menginstruksikan petugas terkait untuk melakukan pendataan ulang terhadap balita yang berisiko stunting dan memperkuat koordinasi lintas kalurahan. Pemerintah Kabupaten Sleman menargetkan penurunan signifikan angka stunting dalam beberapa tahun ke depan.
Seluruh strategi digerakkan, dari intervensi gizi, penyuluhan kesehatan, hingga penguatan posyandu dan layanan primer. Wabup Danang mengingatkan bahwa jika generasi muda tumbuh dalam kondisi kekurangan gizi kronis, maka cita-cita Indonesia Emas 2045 akan tinggal mimpi.
“Kita tidak sedang mengejar angka, kita sedang memperjuangkan masa depan anak-anak kita. Jangan pernah anggap enteng stunting. Satu anak yang tumbuh tidak optimal hari ini, bisa menjadi kerugian besar bagi bangsa di masa depan,” ujar Danang.
Kepala DP3AP2KB Sleman, Novita Krisnaeni, menyampaikan fakta mencengangkan. Menurutnya, upaya mencegah stunting harus dimulai bahkan sebelum seorang anak dikandung.
“Calon pengantin juga harus kita dampingi. Edukasi pencegahan stunting harus dimulai sejak dini, bahkan sejak pasangan masih dalam tahap merencanakan pernikahan,” ujar Novita.
Ia menyebutkan bahwa intervensi pra-nikah, kehamilan sehat, pemberian ASI eksklusif, dan pemenuhan gizi seimbang selama masa tumbuh kembang anak menjadi kunci. Pasalnya, pencegahan stunting tidak cukup hanya dilakukan ketika anak sudah lahir.
“Kita harus melihat siklus hidup secara menyeluruh,” jelasnya.
Novita menambahkan, pihaknya terus mendorong kolaborasi lintas sektor. Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, tokoh masyarakat, hingga kelompok PKK semua harus bersatu padu.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap keluarga, terutama di wilayah rawan, mendapatkan informasi dan pendampingan yang layak,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, para kader kesehatan juga menyampaikan berbagai kendala di lapangan. Beberapa di antaranya menyangkut keterbatasan akses layanan kesehatan dan kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap pentingnya pencegahan stunting.