Pertumbuhan Ekonomi DIY: Ditopang THR dan Kenaikan Belanja Barang dan Jasa

Sri Darmadi Sudibyo (Kepala KPwBI DIY) bersama Ketua ISEI Cabang Yogyakarta (Didi Achjari)

bernasnews– Bank Indonesia (BI) Perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut perekonomian DIY pada triwulan I 2025 terus menunjukkan tren positif. Kepala Perwakilan BI DIY, Sri Darmadi Sudibyo, menyampaikan bahwa pertumbuhan ekonomi DIY mencapai 5,11 persen (yoy).

Ini menunjukkan peningkatan daripada triwulan sebelumnya yang tercatat 5,07 persen. Angka ini juga lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi Jawa (4,99 persen) dan nasional (4,87 persen).

Pendorong Pertumbuhan Ekonomi DIY

Sri Darmadi menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) secara penuh kepada ASN, TNI/Polri, dan swasta, serta kenaikan belanja barang dan jasa dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sebesar 11 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Momentum Ramadan dan Idul Fitri, pembayaran THR, serta peningkatan belanja pemerintah daerah menjadi pendorong utama konsumsi rumah tangga, yang memperkuat daya beli masyarakat,” ujar Sri Darmadi dalam keterangan tertulis, Senin (6/5).

Dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ditopang oleh sektor industri pengolahan, pertanian, serta penyediaan akomodasi dan makan minum.

Tingginya mobilitas masyarakat selama Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) seperti Idulfitri, Imlek, dan Nyepi juga memperkuat kinerja ekonomi DIY, terutama dalam sektor wisata dan kuliner.

Produksi tanaman pangan mencatat kenaikan signifikan, dengan produksi padi tumbuh 147 persen (yoy) dan jagung naik 220 persen. Sektor perikanan darat dan laut juga menunjukkan tren peningkatan.

Meski demikian, aktivitas sektor perhotelan sedikit tertekan akibat efisiensi anggaran pemerintah, yang berdampak pada menurunnya tingkat hunian kamar (TPK) hotel sebesar 2,7 poin (yoy).

Sisi Pengeluaran

Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh seiring dengan momen libur panjang di Januar. Peningkatan pengeluaran terjadi untuk makanan, transportasi, rekreasi, dan penginapan.

Di sisi lain, pembangunan infrastruktur strategis seperti tol Jogja-Solo, Jogja-Bawen, dan Jembatan Pandansimo turut mendongkrak investasi.

Sementara itu, inflasi DIY pada April 2025 tercatat 1,67 persen (mtm) dan 2,10 persen secara tahunan (yoy), lebih tinggi daripada Maret.

Inflasi terdorong oleh berakhirnya diskon tarif listrik dan kenaikan harga emas perhiasan. Namun, inflasi tertahan oleh stabilnya harga pangan, seperti daging ayam, telur, dan cabai rawit.

Melihat kondisi tersebut, BI DIY memprakirakan pertumbuhan ekonomi DIY sepanjang 2025 akan berada di kisaran 4,8–5,6 persen (yoy).

Beberapa faktor yang akan mendorong pertumbuhan selanjutnya meliputi kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) sebesar 6,5 persen, program Makan Bergizi Gratis (MBG), dan kondisi cuaca yang membaik usai El-Nino.

Untuk menjaga stabilitas harga, BI DIY bersama TPID terus memperkuat langkah 4K (Ketersediaan, Keterjangkauan, Kelancaran, Komunikasi) melalui GNPIP DIY 2025, termasuk memperluas kerja sama antar daerah dan penguatan pasar murah.

“Sinergi antar lembaga menjadi kunci menjaga pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di DIY,” tutup Sri Darmadi. (ef linangkung)