bernasnews – Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan Hamengku Buwono X, kembali menegaskan peran strategis Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam pembangunan.
Ia tak sekadar menyoroti fungsi BPD sebagai lembaga keuangan, tapi juga menantangnya untuk bertransformasi menjadi motor penggerak kemandirian masyarakat.
Dalam forum yang mempertemukan berbagai elemen pembangunan daerah itu, Sri Sultan menekankan bahwa BPD harus hadir lebih dekat dengan rakyat, menyentuh potensi lokal, dan menjadi bagian dari denyut kehidupan desa.
“Masyarakat jangan terus dijadikan objek pembangunan. Mereka harus jadi subjek, penggerak utama di wilayahnya sendiri,” tegas Sri Sultan, melansir dari tugujogja.id.
Peran Baru BPD
Menurut Sri Sultan, masih banyak lembaga yang memposisikan warga desa sebagai penerima manfaat pasif. Padahal, menurutnya, pembangunan sejati hanya mungkin tercipta ketika masyarakat mendapat ruang, kepercayaan, dan dukungan untuk menciptakan perubahan dari bawah.
Untuk itulah, BPD diminta lebih aktif menyentuh akar desa, menggali kekuatan lokal, dan mendorong transformasi sosial-ekonomi berbasis kearifan budaya.
“Desa tidak boleh terus terjebak dalam pola agraris subsisten. Kita harus dorong mereka masuk ke fase industri kreatif dan produktif. BPD harus mendampingi itu,” ujarnya.
Sri Sultan juga menekankan bahwa arah pembangunan DIY kini fokus pada penguatan desa mandiri dan berbudaya. Konsep ini, menurutnya, bukan sekadar slogan, tapi fondasi pembangunan inklusif yang benar-benar membumi.
Sri Sultan berharap BPD tak hanya bergerak di jalur konvensional seperti penyaluran kredit atau simpan pinjam, tapi juga masuk ke ranah pendampingan usaha rakyat, edukasi finansial, hingga penciptaan ekosistem ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
“BPD harus berani keluar dari zona nyaman. Masyarakat butuh lebih dari sekadar akses dana. Mereka butuh mitra, sahabat, dan pendukung perubahan,” kata Sri Sultan.
Komitmen BPD DIY
Menanggapi arahan tersebut, Direktur Utama Bank BPD DIY, Santoso Rohmad, menyatakan kesiapan institusinya untuk tampil lebih progresif dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat.
“BPD tidak sekadar lembaga keuangan. Kami adalah mitra strategis masyarakat dalam pembangunan. Komitmen kami adalah mendampingi, bukan hanya melayani,” ujar Santoso.
Santoso menyebut bahwa ke depan, BPD DIY akan lebih gencar menginisiasi program-program pemberdayaan, khususnya untuk UMKM dan komunitas ekonomi desa.
Ketua Umum Asosiasi Bank Pembangunan Daerah (Asbanda), Agus Haryoto Widodo, turut memberikan apresiasi tinggi atas peran aktif DIY dalam mendorong kebangkitan kolektif BPD se-Indonesia.
Ia menilai momentum ini bukan sekadar forum seremonial. Namu, ini juga simbol semangat baru untuk membumikan layanan perbankan hingga ke masyarakat akar rumput.
“Ini bukan soal acara formal atau undian saja, tetapi tentang bagaimana BPD hadir dan menyatu dengan denyut ekonomi rakyat, terutama UMKM yang jadi tulang punggung ekonomi lokal,” ujar Agus.***(Eln)