bernasnews – Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali mencatat prestasi mengesankan dalam kinerja ekonominya. Pada triwulan II tahun 2025, pertumbuhan ekonomi DIY mencapai 5,49 persen (yoy), menjadikannya yang tertinggi di antara seluruh provinsi di Pulau Jawa.
Capaian ini bahkan melampaui pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya berada di angka 5,12 persen, serta pertumbuhan Pulau Jawa secara keseluruhan sebesar 5,24 persen.
Pertumbuhan Ekonomi DIY
Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo, mengungkapkan bahwa sektor konstruksi menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi DIY kali ini.
Proyek strategis seperti pembangunan tol Jogja–Solo dan tol Jogja–Bawen, serta gencarnya perbaikan infrastruktur di berbagai kabupaten, mulai dari Bantul, Gunungkidul, Kulon Progo, hingga Sleman, menjadi pemicu utama lonjakan aktivitas investasi di sektor ini.
Tak hanya konstruksi, sektor industri pengolahan juga menunjukkan performa yang signifikan. Berbagai produk unggulan DIY seperti minuman, pakaian jadi, kerajinan kulit, rajutan, kertas karton, hingga perabot rumah tangga menembus pasar ekspor ke berbagai negara.
“Ekspor yang terus meningkat ini menjadi energi baru bagi sektor manufaktur kita,” kata Sri Darmadi, mengutip dari kabarjawa.com.
Momentum libur panjang Idulfitri, Iduladha, hingga liburan sekolah turut menyumbang kenaikan tajam pada sektor pariwisata. Destinasi populer seperti Malioboro, pantai-pantai selatan, hingga kawasan heritage dipadati wisatawan dari dalam dan luar daerah.
Geliat ini secara langsung mendongkrak kinerja sektor penyediaan akomodasi dan makanan minuman. Hotel, homestay, restoran, hingga pedagang kecil ikut merasakan limpahan rezeki dari ramainya kunjungan wisatawan.
Beragam event seni, budaya, dan festival kuliner lokal juga memberi efek domino terhadap konsumsi masyarakat. Sektor jasa kembali membuktikan posisinya sebagai salah satu pilar utama ekonomi DIY berbasis budaya.
Pertanian Masih Terkoreksi
Di tengah lonjakan pada berbagai sektor, pertanian justru mengalami kontraksi sebesar 0,81 persen (yoy). Hal ini disebabkan oleh pergeseran pola tanam pasca fenomena El Nino 2024, di mana panen raya padi terjadi lebih awal pada triwulan I-2025.
Alhasil, produksi padi di triwulan II menurun bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga tetap tumbuh, meskipun mengalami perlambatan akibat momentum besar seperti Ramadan dan Idulfitri telah berlalu. Namun, cuti bersama dan libur sekolah tetap memberi dorongan konsumsi yang cukup kuat.
Sementara itu, komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) justru tumbuh lebih cepat. Investasi fisik melalui berbagai proyek strategis, termasuk SPAM Kamijoro Tahap 2, memperkuat struktur perekonomian DIY secara jangka panjang.
Belanja pemerintah tetap tumbuh dalam skala moderat karena adanya efisiensi anggaran dan normalisasi pasca pencairan THR ASN dan pensiunan. Meski begitu, kontribusi fiskal tetap vital dalam menopang laju ekonomi DIY.
Proyeksi Positif hingga Akhir 2025
Bank Indonesia memproyeksikan ekonomi DIY akan tumbuh dalam kisaran 4,8–5,6 persen (yoy) sepanjang tahun 2025. Sri Darmadi menyebut ada tiga alasan utama di balik optimisme tersebut:
Kenaikan UMP DIY sebesar 6,5 persen, yang meningkatkan daya beli masyarakat.
Keberlanjutan proyek-proyek strategis nasional, khususnya di sektor infrastruktur dan pariwisata.
Membaiknya sektor pertanian seiring kondisi cuaca yang kembali stabil pasca-El Nino.
Namun demikian, Sri mengingatkan pentingnya mewaspadai risiko eksternal seperti geopolitik global, fluktuasi harga komoditas, serta ketidakpastian ekonomi internasional yang dapat berdampak terhadap ekonomi lokal.
Untuk menjaga tren positif ini, Bank Indonesia mendorong sinergi lintas sektor antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan seluruh pemangku kepentingan. Tiga strategi utama yang diusulkan adalah sebagai berikut.
- Akselerasi konektivitas dan integrasi transportasi antarwilayah, sekaligus memperkuat promosi sektor pariwisata.
- Diversifikasi ekspor, khususnya pada produk kreatif dan pertanian organik yang bernilai tambah tinggi.
- Peningkatan iklim investasi, melalui pemberian insentif dan kepastian berusaha di wilayah DIY.
“Pertumbuhan yang inklusif hanya dapat terwujud jika seluruh pihak bergerak bersama. DIY sedang berada dalam momentum emas menuju ketangguhan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkas Sri Darmadi.***(Eln)