bernasnews — Gelaran Pasar Malam Indonesia (PMI) menjadi bagian dari rangakaian Rapat Kerja Nasional (Rakernas)ke-11 Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI). Di mana ada banyak kelompok masyarakat yang terlibat untuk saling mendukung menghidupkan sektor ekonomi kreatif.
PMI menghadirkan ragam hiburan mulai dari pentas seni delegasi daerah anggota JKPI, pameran produk UMKM unggulan serta kuliner tradisional, hingga penampilan musisi lokal dan nasional, yang berlangsung di Taman Budaya Embung Giwangan. Umbulharjo, Yogyakarta, tanggal 5 hingga 9 Agustus 2025, Pukul 10:00 sampai 22:00 WIB.
Berbeda dengan pasar malam pada umumnya, PMI mengedepankan interaksi budaya dan apresiasi seni lokal Yogyakarta yang dikolaborasikan dengan berbagai daerah di Indonesia. Sekaligus menjadi ruang ketemu bagi pengunjung, masyarakat umum untuk berinteraksi.
Pengunjung atau wisatawan dapat menikmati aneka kuliner tradisional khas dari berbagai daerah, yang menambah dimensi pengalaman lintas budaya dalam suasana yang hangat di Kota Yogyakarta.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo mengatakan suatu kehormatan dan kebahagiaan bagi Kota Yogyakarta menjadi tuan rumah Rakernas JKPI. Salah satu rangkaiannya adalah melalui Pasar Malam Indonesia yang digelar di Taman Budaya Embung Giwangan.
“Sebuah tempat pertemuan dan pertunjukan untuk nguri-uri kebudayaan, serta membangun dan menghidupkan ekonomi mandiri yang berbudaya dan berkepribadian, bersama masyarakat, budayawan, pelaku ekonomi kreatif dan UMKM,” kata Hasto Wardoyo, dilansir dari Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta.
Wakil Menteri Kebudayaan RI Giring Ganesha Djumaryo pun turut mengapresiasi Pasar Malam Indonesia yang digelar dalam rangakaian Rakernas JKPI ke-11 di Kota Yogyakarta. Menurutnya, selama lima hari ke depan pengunjung akan menikmati produk unggulan dari berbagai daerah, kuliner tradisional, warisan budaya tak benda serta pentas seni yang menampilkan keragaman Nusantara.
“Tentu kegiatan seperti ini harus kita dukung agar bisa berkelanjutan, khususnya melalui kebijakan yang mendorong pertahanan dan pemajuan kebudayaan di daerah,” mantan voklais grup band Nidji, yang cukup melegenda di blantika musik Indonesia.
Kata Giring, ketika kebijakan berorientasi pada pemajuan kebudayaan akan membawa dampak, baik pada aspek pelestarian seni budaya tradisi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Yogyakarta menjadi daerah yang dari sisi kebijakan dan anggaran sangat mendukung pemajuan kebudayaan.
“Sebuah apresiasi yang luar biasa, dan ini bisa kita lihat dengan berkembangnya sektor ekonomi kreatif, sanggar dan galeri seni yang terus hidup, hingga beragam festival budaya yang digelar secara rutin dan konsisten,” tandas Giring. (ted)