News  

Batikjolawe Kenalkan Metode Efisienkan Perwarnaan Batik Pewarna Alami

Pendiri Batikjolawe Dedi H Purwadi dan motif-motif batik rancangannya. (Foto : Kiriman Batikjolawe)

bernasnews – Produksi batik ramah lingkungan (eco-friendly) tidak cukup hanya menggunakan pewarna alami, tapi prosesnya harus efisien dalam menggunakan air, bahan bakar, meminimalkan gangguan kesehatan pekerja dan meminimalkan air limbah. Selama ini proses tersebut jauh dari efisien. Metode 4-Hemat Batikjolawe untuk Pewarnaan Alami Batik atau Batikjolawe 4-Saving Method for Natural Dyeing Batik menjadi salah satu alternatif solusi mengefisienkan proses tersebut dengan hasil lebih efektif.

Inovasi Metode 4-Hemat Batikjolawe ini, dipresentasikan oleh Pendiri dan Pembatik Pewarna Alami Batikjolawe, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Dedi H Purwadi pada Regional Conference on Natural Dyes 2025: Indigenous Knowledge and Innovation in Natural Dyes di Hotel Grand Keisha, Sleman, Yogyakarta, Senin (4/8/2025).

Konferensi yang diselenggarakan INDI UGM ini dihadiri sejumlah peneliti dari berbagai universitas di Indonesia dan luar negeri (Malaysia, Philipina dan Thailand) serta praktisi pewarna alami tekstil.

Menurut Dedi H Purwadi, berdasarkan pengalaman mengujicoba dan menerapkan metode ini di Batikjolawe sejak 2021 dengan menerapkan Metode 4-Hemat Batikjolawe proses pewarnaan batik pewarna alami dapat jauh lebih efisien sekaligus efektif hasilnya.

Efisiensi tersebut dicapai, katanya, karena dengan metode ini menghemat air secara signifikan, tidak menggunakan bahan bakar (gas maupun kayu), mengurangi air limbah bilasan, meminimalkan asap dari perebusan saat penyiapan kain dan ekstraksi bahan pewarna juga dapat menghemat tenaga dan waktu pekerja.

TANPA PEREBUSAN
“Dengan metode ini kita tidak perlu merebus kain untuk mordanting (penyiapan kain untuk diwarna alami – red.). Tidak perlu merebus bahan pewarna untuk ekstraksi. Sehingga tidak memerlukan bahan bakar. Cost bisa dihemat,” ungkap Dedi yang juga mantan wartawan ini.
“Waktu yang dibutuhkan untuk proses tersebut, juga dapat dipangkas. Proses mordanting kain yang dengan cara lama membutuhkan waktu lebih dari 12 jam, dengan metode ini cukup 2 menit perendaman. Proses ekstraksi hanya sekitar 1 jam, warna sudah pekat dan bisa digunakan tanpa perlu pendinginan berjam-jam,” ujar pendiri Batikjolawe yang juga pembatik itu.

Penghematan air, menurut dia, dapat mencapai 80 persen dibandingkan cara lama yang juga diterapkan di Batikjolawe selama 11 tahun sejak 2010. Hal ini, karena proses mordanting hanya memerlukan sekitar lima liter air mengandung mordan khusus bernama mordan EM3 Batikjolawe. Sebelumnya, dapat membutuhkan 30 liter air untuk perebusan.

Pekerja juga dapat terhindar dari terpapar asap selama proses mordanting dan ekstraksi bahan pewarna alami. Paparan asap ini dalam waktu panjang dan terus menerus berkemungkinan mengganggu mata dan sistem pernafasan akibat menghirup asap.

EFEKTIF DAN MEMBANTU PRODUSEN
Menurut Dedi H Puwadi, selain proses dapat lebih efisien, penerapan Metode 4-Hemat Batikjolawe juga efektif meningkatkan kekuatan warna terhadap proses nglorod dan meningkatkan daya serap kain terhadap pigmen warna.

“Jika dengan cara lama harus pencelupan tiga kali atau bahkan lebih, dengan metode ini cukup dua kali, bahkan bisa hanya sekali celup dengan hasil warna yang setara,” katanya seraya menunjukkan perbandingan hasil penyelupan cara lama dengan metode baru ini.

Dia menyampaikan bahwa Metode 4-Hemat Batikjolawe mulai dikenalkan melalui workshop-workshop pewarnaan alami batik di Batikjolawe kepada perorangan maupun kelompok mulai tahun 2022. Selain itu dikenalkan juga ke pembatik di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, ke pengusaha batik di Sulawesi Selatan dan Payakumbuh, Sumatera Barat, serta ke Kelompok Batik Nitik Kembangsore, Trimulyo, Bantul, DIY.

Menurut Dedi, mereka mengaku sangat terbantu dengan metode ini. Menurut mereka, metode ini sangat menghemat air, bahan bakar, tenaga, waktu. “Sangat efisien, sangat hemat air, waktu, tenaga. Satu orang bisa mengerjakan sepuluhan meter. Hasil warnanya juga melekat kuat,” ungkap Fitriani, dari Imperata Batik, Makassar, Sulawesi Selatan.

Paparan hasil eksplorasi Dedi di Batikjolawe yang dia dirikan bersama isteri Wineng E Winarni tahun 2010 tersebut mendapat respon positif dari peserta konferensi. Bahkan Prof Dr Catur Sugianto dari INDI UGM yang memoderatori sesi menilai presentasi dan metode ini excellent.

Demikian informasi yang disampaikan Dedi H Purwadi dari Batikjolawe (Membuat Batik Tulis Pewarna Alami dan Workshop Batik Pewarna Alami; Dusun Kalangan RT 05, Bangunjiwo, Kasihan, Bantul, Yogyakarta kepada bernasnews. (*/mar)