bernasnews — Pemerintah Kota Yogyakarta terus menggenjot literasi digital masyarakat dengan pendekatan nyata. Salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah penyediaan lebih dari 1.300 titik WiFi gratis di setiap Rukun Warga (RW) se-Kota Yogyakarta.
Kebijakan ini menjadi bagian integral dari upaya percepatan transformasi digital, mulai dari tingkat kampung hingga pusat kota.
Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, menegaskan pentingnya adaptasi terhadap perkembangan teknologi sebagai tuntutan zaman. Ia menyampaikan bahwa seluruh elemen masyarakat, termasuk generasi muda dan aparatur sipil, harus bisa bergerak seirama dengan perubahan digital agar kerja pemerintahan berjalan lebih efisien dan produktif.
“Pemerintah Kota Yogyakarta mendorong generasi muda dan para pegawai agar mengikuti laju teknologi demi kerja yang lebih efisien dan produktif,” ujar Hasto dikutip dari kabarjawa.com pada 5 Agustus 2025.
Untuk mendukung transparansi dan partisipasi publik, Pemkot juga mengembangkan aplikasi Jogja Smart Service (JSS). Melalui aplikasi ini, warga dapat memantau kegiatan pimpinan daerah serta kinerja organisasi perangkat daerah (OPD), sekaligus menyampaikan aspirasi dan masukan secara langsung.
“Konsekuensi bekerja di era digital adalah keterbukaan. Pemerintah harus siap dikritik dan diawasi,” tegas Hasto.
Pilar Smart City dan Ekonomi Digital Lokal
Kota Yogyakarta tengah mengembangkan konsep smart city berbasis enam pilar utama, dengan fokus pada layanan publik yang berbasis data dan teknologi. Menurut Hasto, pelayanan publik yang efektif tak bisa lagi hanya mengandalkan pendekatan konvensional.
“Kita tidak bisa lagi hanya mengandalkan metode lama. Pelayanan harus berbasis kebutuhan masyarakat, bukan sekadar produk. Maka kami gabungkan konsep new public management dengan new marketing,” jelasnya.
Lebih jauh, ia juga menekankan pentingnya penguatan ekonomi lokal melalui sistem digital. Salah satunya melalui e-warung dan penguatan produk pangan lokal. Hasto berharap, uang yang beredar dari produk lokal bisa tetap berputar di Kota Yogyakarta dan tidak keluar ke daerah lain.
“Kita harus menua dalam kematangan, bukan hanya dalam usia. Jangan sampai kita menua tapi belum mandiri,” tambahnya.
Dalam hal pengembangan sumber daya manusia, Hasto menyoroti pentingnya soft skill dibandingkan hanya kemampuan teknis semata.
“Kuncinya bukan pada hard skill, tapi soft skill yang justru menentukan keberhasilan seseorang,” ungkapnya. Ia menyebutkan bahwa 80 persen kesuksesan dalam dunia kerja ditentukan oleh soft skill.
Literasi Digital Diperluas, WiFi Gratis Jadi Instrumen Utama
Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, dan Persandian Kota Yogyakarta, Trihastono, turut memperkuat pernyataan Wali Kota dengan memaparkan bahwa pemerataan literasi digital sudah bergerak ke tahap lebih konkret.
“Kita tidak lagi hanya sosialisasi, tapi kita sudah masuk era diseminasi cepat. Pemkot mempercepat pemerataan literasi digital dengan menyebar WiFi gratis di lebih dari 1.300 titik RW di seluruh kota,” tegas Trihastono.
Inisiatif WiFi gratis ini menjadi elemen penting dalam menciptakan pemerintahan yang cerdas dan responsif terhadap kebutuhan warganya.
Dengan koneksi internet yang merata, Pemkot Yogyakarta berharap warga dapat lebih aktif dalam memanfaatkan layanan digital, termasuk akses informasi, layanan publik, dan pengembangan potensi ekonomi lokal.
Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa transformasi digital tidak harus selalu dimulai dari atas. Justru, Kota Yogyakarta memilih untuk membangun pondasinya dari bawah, dari lingkungan RW hingga ke ruang-ruang kerja birokrasi.
Dengan strategi menyeluruh yang menggabungkan infrastruktur digital, pelayanan publik berbasis data, dan penguatan ekonomi lokal, Pemerintah Kota Yogyakarta terus melangkah sebagai salah satu pelopor transformasi digital berbasis rakyat di Indonesia. (Eln)