bernasnews – Industri jasa keuangan Indonesia menunjukkan ketangguhan luar biasa di tengah gejolak global. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan bahwa seluruh lini keuangan tetap solid dan resilien.
Kepala Departemen Literasi, Inklusi Keuangan, dan Komunikasi OJK, M. Ismail Riyadi menegaskan bahwa sektor keuangan nasional terus menopang pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sistemik.
OJK mencatat bahwa stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) tetap terjaga hingga Juli 2025. IMF bahkan menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk 2025 dan 2026, karena indikator makro seperti inflasi rendah dan uang beredar meningkat.
IHSG, Pasar Modal, dan Investasi Terus Menguat
OJK mencatat bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) meroket ke level 7.484,34 per akhir Juli 2025, menguat 5,71% secara year-to-date. Kapitalisasi pasar saham menembus rekor tertinggi selama tiga hari berturut-turut, puncaknya pada 29 Juli 2025 mencapai Rp13.701 triliun.
Sektor teknologi, infrastruktur, dan industri mencatat penguatan tertinggi. OJK juga mencatat peningkatan rata-rata nilai transaksi harian menjadi Rp13,42 triliun, melebihi rerata tahun 2024.
Investor asing kembali menanamkan modal di pasar obligasi. Net buy pada Juli 2025 tercatat Rp13,28 triliun, sementara nilai Asset Under Management (AUM) industri pengelolaan investasi mencapai Rp856,62 triliun, naik 2,3% secara ytd.
OJK juga menyambut lonjakan nilai NAB reksa dana menjadi Rp526,53 triliun, disertai net subscription positif Rp14,43 triliun dalam sebulan.
Perbankan, Fintech, dan Inklusi Digital Berkembang Pesat
Kredit perbankan tumbuh 7,77% yoy menjadi Rp8.059,79 triliun, terutama didorong oleh kredit investasi (tumbuh 12,53%) dan konsumsi (8,49%). Dana pihak ketiga juga meningkat 6,96% yoy menjadi Rp9.329 triliun.
Sementara itu, OJK mencatat pertumbuhan luar biasa dari sektor Buy Now Pay Later (BNPL). Baki debet kredit BNPL mencapai Rp22,99 triliun, naik 29,75% yoy, dengan total 26,96 juta rekening aktif.
Likuiditas perbankan tetap kuat. OJK mencatat rasio alat likuid terhadap DPK mencapai 27,05%, jauh di atas ambang batas minimal 10%. Rasio CAR juga tinggi di angka 25,81%.
OJK memastikan industri asuransi dan dana pensiun tetap dalam posisi aman. Total aset industri perasuransian mencapai Rp1.163,11 triliun, naik 3,27% yoy. Pendapatan premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh 2,04%, sementara asuransi jiwa mengalami sedikit kontraksi.
OJK mencatat Risk Based Capital (RBC) asuransi jiwa di angka mengesankan: 473,55%, jauh di atas threshold 120%.
Sementara itu, total aset industri dana pensiun menembus Rp1.578,47 triliun, naik 8,99% yoy. Pertumbuhan program pensiun wajib mencetak angka dua digit: 10,36% yoy.
Piutang Lembaga Pembiayaan Terus Naik, Fintech Menanjak
OJK mencatat piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan mencapai Rp501,83 triliun, tumbuh 1,96% yoy. Industri pinjaman online (Pindar) melonjak signifikan. Outstanding pembiayaan per Juni 2025 mencapai Rp83,52 triliun, naik 25,06% yoy, dengan rasio TWP90 membaik ke 2,85%.
Sementara itu, pembiayaan BNPL oleh perusahaan pembiayaan mencatat lonjakan 56,26% yoy menjadi Rp8,56 triliun.
Di sektor aset keuangan digital, OJK melaporkan peningkatan signifikan. Aset kripto yang diperdagangkan mencapai 1.181 jenis, dengan jumlah konsumen melonjak ke 15,85 juta. OJK mengizinkan 23 entitas dalam ekosistem kripto dan terus mengawasi melalui regulatory sandbox.
OJK juga mencatat lonjakan transaksi pada agregator jasa keuangan (PAJK) mencapai Rp12,57 triliun ytd, dan permintaan skor kredit melalui PKA sudah menembus 108 juta hit. Ini mencerminkan pemanfaatan teknologi yang semakin luas di sektor jasa keuangan.
OJK Gencarkan Literasi dan Edukasi Keuangan: 144 Juta Peserta Terlibat
M. Ismail Riyadi menegaskan komitmen OJK terhadap peningkatan literasi dan inklusi keuangan. Sejak Januari hingga Juli 2025, OJK telah menjangkau lebih dari 144 juta peserta melalui berbagai program edukasi.
Platform digital Sikapi Uangmu menayangkan 191 konten yang sudah ditonton lebih dari 1,2 juta kali. OJK juga menggencarkan program “Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR)” dan menyasar lebih dari 538 ribu siswa di Jakarta dan Denpasar.
OJK tak tinggal diam menghadapi ancaman keuangan ilegal. OJK sudah menutup 1.556 entitas pinjol ilegal dan 284 entitas investasi ilegal sepanjang 2025.
Melalui Indonesia Anti Scam Center (IASC), OJK menerima 204.011 laporan penipuan dengan total kerugian publik mencapai Rp4,1 triliun. Dari jumlah itu, OJK dan Kemenkominfo telah memblokir 66.271 rekening pelaku kejahatan keuangan.
OJK menjatuhkan sanksi administratif hingga denda total Rp19,4 miliar kepada 33 pelaku di sektor pasar modal sepanjang 2025. Di sektor PVML, OJK menindak 117 lembaga, termasuk perusahaan pembiayaan dan pinjaman daring.
OJK juga mencabut izin usaha PT BPR Dwicahaya Nusantara dan PT Dana Mandiri Sejahtera karena melanggar tata kelola dan ketentuan ekuitas.