News  

Tanggulangi Inflasi, Gunungkidul Gandeng Kulon Progo Suplai Harian Cabai dan Kelapa

bernasnews – Meroketnya harga cabai dan kelapa di pasar-pasar tradisional Gunungkidul akhirnya mendorong pemerintah daerah bertindak cepat.

Demi menekan inflasi dan menjamin ketersediaan dua komoditas penting ini, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul resmi menjalin kerja sama dengan Pemkab Kulon Progo.

Langkah Cepat Redam Gejolak Harga

Kesepakatan tersebut diformalkan melalui penandatanganan perjanjian kerja sama (PKS) antara Dinas Perdagangan Gunungkidul dan Dinas Perdagangan Kulon Progo pada Jumat (25/7/2025).

Kerja sama ini mencakup suplai harian sebanyak 300 kilogram cabai dan 200 butir kelapa dari Kulon Progo untuk memenuhi kebutuhan pasar di Gunungkidul.

Kepala Dinas Perdagangan Gunungkidul, Kelik Yuniantoro, menyatakan langkah ini merupakan bentuk respons cepat untuk mencegah lonjakan harga yang kerap terjadi akibat kekosongan stok.

Melansir dari kabarjawa.com, menurutnya, cabai merupakan komoditas yang paling rentan terhadap inflasi karena sangat sensitif terhadap ketersediaan.

“Kami memastikan masyarakat Gunungkidul tidak lagi menghadapi gejolak harga yang tiba-tiba. Cabai ini komoditas paling sensitif. Jika pasokannya terganggu, harga langsung melonjak tajam dan dampaknya sangat dirasakan konsumen,” tegas Kelik.

Ia menambahkan bahwa seluruh jajaran Pemkab Gunungkidul dikerahkan agar proses distribusi berjalan lancar. Kelompok petani dan pedagang dari kedua daerah dilibatkan untuk mempercepat jalur pasokan dan menjaga efisiensi distribusi.

Krisis Suplai Cabai

Lonjakan harga cabai yang sempat menyentuh Rp90.000 per kilogram di sejumlah pasar Gunungkidul menjadi titik balik penting.

Situasi tersebut terpicu oleh kegagalan panen akibat cuaca ekstrem yang melanda wilayah sentra produksi cabai lokal. Hal ini memaksa pemerintah segera mencari jalur pasokan alternatif.

“Kami tak bisa menunggu musim panen lokal tiba sementara masyarakat menjerit. Kerja sama ini solusi cepat sekaligus jangka panjang,” ujar Kelik.

Melalui kolaborasi ini, Gunungkidul tidak hanya mendapatkan akses pasokan yang stabil, tetapi juga menjaga agar harga tetap terjangkau di tingkat konsumen. Di sisi lain, petani dan pedagang dari Kulon Progo memperoleh kepastian pasar bagi hasil panennya.

Kelik menilai kolaborasi ini merupakan bentuk nyata sinergi antardaerah yang bisa menjadi contoh penanganan inflasi secara strategis.

“Dengan kerja sama ini, Gunungkidul memiliki saluran distribusi yang pasti dan terkoordinasi. Kami menjamin ketersediaan, sekaligus mengendalikan harga agar tetap terjangkau,” jelasnya.

Lebih dari sekadar solusi darurat, kerja sama antara dua kabupaten ini merupakan skema jangka panjang. Pemkab Gunungkidul bahkan mempertimbangkan untuk memperluas jenis komoditas, menyesuaikan dengan kebutuhan dan fluktuasi harga pasar ke depan.

Tak hanya itu, pemerintah juga terus mendorong pola kemitraan yang kuat antara petani lokal dan pelaku usaha di sektor pangan strategis, khususnya cabai. Tujuannya adalah memastikan harga beli hasil panen tetap stabil, terutama ketika pasokan melimpah di musim panen.

“Kami tidak hanya mengandalkan suplai dari luar, tapi juga terus mendampingi petani lokal agar produktivitas mereka terjaga dan harga jualnya terlindungi,” ungkap Kelik.

Langkah ini menjadi bagian dari peran aktif Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID). Mereka berkomitmen menjaga stabilitas harga bahan pokok di tengah tekanan cuaca dan pasar.***(Eln)