bernasnews – Pemerintah Kota Yogyakarta tak mau tinggal diam menghadapi persoalan stunting. Dalam upaya mempercepat penurunan angka stunting, Pemkot kini menggandeng dunia usaha dan korporasi untuk turun tangan langsung membantu masyarakat yang rentan.
Berdasarkan data Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (DPPKB) Kota Yogyakarta, setidaknya terdapat 613 balita, 24 calon pengantin (catin), 111 ibu hamil, dan 41 ibu pasca persalinan yang membutuhkan pemberian makanan tambahan (PMT) bergizi untuk mencegah stunting.
Kepala DPPKB Kota Yogyakarta, Evi Dewi Ariningsih, mengatakan bahwa program pencegahan stunting tidak bisa berjalan maksimal tanpa peran serta sektor swasta. Pemerintah pun mengajak korporasi dan perusahaan swasta untuk bergabung dalam gerakan bersama mencegah stunting.
“Kami ajak para pelaku usaha untuk ikut terlibat dalam penanganan stunting, terutama melalui Corporate Social Responsibility (CSR),” ujar Evi, Melansir dari kabarjawa.com, pada Senin (22/7/2025).
Langkah ini menjadi salah satu strategi memperluas cakupan bantuan makanan bergizi secara berkelanjutan, khususnya untuk kelompok-kelompok rentan.
Pemkot menekankan pentingnya intervensi gizi spesifik, terutama pada periode seribu hari pertama kehidupan. Itu sebabnya, ibu hamil, ibu pasca bersalin, hingga calon pengantin menjadi sasaran utama program ini selain balita yang masuk kategori rawan stunting.
“Kami berikan PMT seperti makanan tinggi protein, susu, dan vitamin kepada kelompok prioritas. Tapi tidak cukup hanya dengan bantuan dari APBD, maka sinergi semua pihak sangat penting,” tegas Evi.
Selain pemberian PMT, Pemkot juga rutin melakukan pendampingan, edukasi gizi, pemantauan tumbuh kembang anak, serta pembinaan kepada keluarga berisiko stunting. DPPKB bekerja sama dengan kader, puskesmas, serta dinas terkait untuk menjangkau seluruh kelurahan di Kota Yogyakarta.
Di sisi lain, keterlibatan perusahaan juga akan menyasar keluarga yang belum terjangkau bantuan reguler dari pemerintah. Harapannya, tidak ada lagi anak-anak Kota Yogyakarta yang tumbuh dalam kondisi kekurangan gizi kronis.
“Kita butuh gotong royong, tidak bisa mengandalkan satu sektor saja. Dengan kolaborasi ini, kami optimis angka stunting bisa terus ditekan,” tutup Evi.***(Eln)