BERNASNEWS.COM – Ratusan musisi DIY mengaku kecewa karena hingga saat ini mereka belum mendapat bantuan apapun dari Pemda DIY maupun dari pemda kabupaten/kota se-DIY. Padahal melalui Rvv Musik Production yang dipimpin Yanes Kelen, mereka sudah diminta untuk mendaftar dan didata bahkan diminta mengumpulkan KTP, namun sampai saat ini belum ada tanda-tanda bantuan akan diberikan.
“Semua musisi DIY kecewa berat sama pemda. Karena ketika meminta bantuan, kami justru diminta membuat karya secara daring dulu agar bisa mendapatkan bantuan. Mana mungkin kami bisa berkarya dalam kondisi yang tidak mendukung seperti sekarang. Ekonomi keluarga hancur harus disuruh buat karya, mana mungkin bisa menghasilkan karya yang bagus. Buat makan saja sulit. Semua barang keluarga, juga alat-alat musik banyak yang sudah dijual cuma buat makan. Bayangkan saja dari akhir Pebruari Maret, April, Mei hingga sekarang bulan Juni tidak punya pemasukan. Setiap hari cuma pengeluaran, lama-lama ya habis semua,” kata Yanes Kelen, Pimpinan Rvv Musik Production, kepada Bernasnews.com, Minggu (14/6/2020).

Menurut Yanes Kelen yang mengaku mewakili 600 musisi yang sudah terdaftar dan sangat membutuhkan bantuan, kekecewaan memuncak setelah pada Jumat (12/6/2020), mereka bertemu pejabat yang membidangi seni dan bantuan Covd-19 mewakili Gubernur DIY di Kepatihan. Dalam pertemuan itu, para musisi diminta membuat karya bertema Covd-19 secara daring agar pemerintah bisa membantu lewat Dinas Kebudayaan DIY.
(Baca juga : Putra Flores Timur Ciptakan Lagu Indah Anti Virus Corona untuk Amal)
Yanes Kelen mengaku program daring itu bagus, namun dalam kondisi seperti sekarang hal itu sangat sulit dliakukan/diwujudkan dan tidak semua musisi akan tercover bantuan lewat program ini karena keadaan sangat tidak mendukung. Artinya kalau pada saat ini harus membuat karya yang bertemakan Covid-19 tidak mungkin bisa berkarya karena keadaan tidak mendukung.
Menurut Yanes Kelen, program ini the next boleh, namun untuk saat ini bukan jawaban untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi dan dialami para musisi. “Teman-teman cuma ingin diperhatikan saat ini bisa buat makan dan minum sudah cukup. Kalau keadaan sudah kondusif tidak akan mungkin mengharapkan bantuan dari pemerintah,” kata pria asal Flores Timur, NTT ini.
Aksi amal mandiri
Menurut Yanes Kelen, untuk menggalang dana guna membantu musisi yang mengalami kesulitan, RVV Musik Production mengadakan Aksi Amal Mandiri Covid-19 secara live di facebook. Dari aksi itu terkumpul dana Rp 900 ribu dan dibagikan dalam bentuk masker untuk warga di sekitar dan sisanya buat biaya rekaman lagu Covid-19 berjudul Asa di Balik Corona. Namun, dana tersebut hanya untuk biaya proses rekaman audio, sementara untuk membuat video klip menggunakan uang pribadi dari hasil gadai anting istrinya.
(Baca juga : RVV Musik Production Giat Beraksi Peduli Musisi Terdampak Covid-19)
Selanjutnya setelah lagu jadi sama video klipnya, ia membuat proposal cari bantuan, terutama buat teman-teman musisi seperjuangan di Malioboro dan sekitarnya ke Partai Golkar DIY dan dapat bantuan sembako 70 paket dan uang saku. Namun karena masih banyak musisi yang belum dapat bantuan, kemudian mereka mencari lagi dan dapat bantuan dari Subardi dari Partai Nasdem DIY sebanyak 110 paket sembako.
Karena masih banyak musisi dan penyanyi di DIY yang belum mendapat bantuan, maka dengan niat tulus untuk membantu, ia bersama sejumlah musisi bergerak mendata dan setelah data terkumpul, lalu mereka mengajukan proposal kepada walikota dan bupati se-DIY.
“Prosesnya begitu lama karena maklum banyak proposal tapi kami bersabar dan terus memonitor sampai dimana proses proposal. Ada saja jawaban seperti mohon bersabar, data-datanya baru diverifikasi agar tepat sasaran. Namun, sampai sekarang belum satu pun yang terealisasi,” kata Yanes Kelen menceritakan panjang lebar proses pendataan musisi hingga pengajuan proposal permohonan bantuan namun sampai sekarang hasilnya nihil.
Yanes Kelen mencatat fakta di lapangan bahwa di kampung-kampung jika ada bantuan dari pihak lembaga/organisasi swasta para musisi tidak pernah diperhatikan karena banyak yang menganggap musisi mampu. Padahal kalau tdak pentas seperti selama masa pandemi Covid-19, jelas para musisi tidak punya pemasukan, apalagi dalam waktu berbulan-bulan seperti ini kondisi mereka semakin terpuruk.
“Padahal jika ada bencana alam lainnya, musisi paling depan menggalang dana bantuan kemanusiaan, namun saat Covid-19 ini, seakan kami paling belakang dan tidak diperhitungkan untuk dapat bantuan. Apakah pemerintah bisa melihat fakta ini? Apakah membuka mata soal nasib teman-teman musisi yang semakin terpuruk ini?” tanya Yanes Kelen menggugah nurani pemerintah daerah sambil mengacungkan jempol kepada Gandung Pardiman (Golkar) dan Subadrdi (Nasdem) yang telah membantu teman-teman musisi-musisi DIY. (lip)