bernasnews – Dunia pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menunjukkan dinamika yang kontras pada Juli 2025. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) DIY, yang disampaikan oleh Plt Kepala BPS Ir. Herum Fajarwati, MM, memperlihatkan pertumbuhan signifikan wisatawan mancanegara (wisman), namun disertai penurunan kunjungan dari wisatawan nusantara (wisnus).
Kenaikan tajam kunjungan wisman terlihat dari laporan bertajuk Perkembangan Pariwisata DIY Juni 2025. Meski mengacu pada data Juni, laporan ini merefleksikan tren yang berlanjut hingga memasuki Juli, bulan yang biasanya menandai awal lonjakan musim liburan di DIY.
Wisatawan Mancanegara Meroket, Italia Jadi Kontributor Terbesar
Pada Juni 2025, tercatat 10.424 kunjungan wisatawan mancanegara ke DIY, meningkat 7,47 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini semakin mencolok jika dibandingkan dengan Juni tahun lalu, dengan lonjakan sebesar 28,15 persen.
Negara asal wisman yang mendominasi pertumbuhan adalah Italia, dengan peningkatan mencolok hingga 203,33 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Selain Italia, Amerika Serikat dan Singapura juga menunjukkan pertumbuhan positif masing-masing sebesar 32,45 persen dan 37,59 persen.
“Peningkatan dari negara-negara Eropa dan Amerika mengindikasikan pemulihan pariwisata global mulai merambat ke DIY,” kata Herum Fajarwati dikutip dari kabarjawa.com.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa secara kumulatif, total kunjungan wisman selama Januari hingga Juni 2025 justru menurun sebesar 15,53 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Herum menyebut kebijakan larangan studi tour di sejumlah provinsi sebagai salah satu faktor penghambat.
Wisatawan Nusantara Menurun, Sleman Masih Mendominasi
Di sisi lain, sektor wisatawan nusantara mengalami tekanan. Pada Juni 2025, tercatat 3.384.447 perjalanan wisnus ke wilayah DIY. Angka ini menurun 4,59 persen dibandingkan Mei 2025. Walau secara tahunan masih ada pertumbuhan sebesar 6,20 persen, penurunan secara bulanan menjadi sinyal perlambatan yang perlu dicermati.
Sleman tercatat sebagai kabupaten dengan kontribusi tertinggi, baik dari sisi asal maupun tujuan perjalanan. Sebanyak 1.080.908 perjalanan berasal dari Sleman, sementara 1.201.479 perjalanan menuju kabupaten tersebut.
Namun, satu-satunya wilayah yang menunjukkan pertumbuhan signifikan adalah Gunungkidul. Dibandingkan Juni 2024, kunjungan ke wilayah ini naik 31,31 persen.
“Gunungkidul berhasil menyedot antusiasme wisatawan lewat pengelolaan destinasi berbasis alam dan budaya,” jelas Herum.
Herum juga menyampaikan bahwa kondisi yang tidak seimbang antara pertumbuhan wisman dan penurunan wisnus perlu segera direspon dengan langkah strategis. “Kita tidak bisa hanya mengandalkan kuantitas,” ujarnya.
Menurutnya, sinergi antara pemerintah daerah, pelaku industri pariwisata, serta komunitas lokal menjadi krusial untuk mengembangkan destinasi yang lebih ramah, otentik, dan terjangkau. (Eln)