BERNASNEWS.COM – Peringatan Hari Pahlawan, 10 November, di Museum Monumen Jogja Kembali (Monjali), Minggu (10/11/2019) pagi, berlangsung hikmat. Para peserta upacara yang merupakan karyawan/karyawati museum sejarah perjuangan tersebut rata-rata mengenakan pakaian mirip pejuangan ’45, sementara peserta lain seperti siswa/ siswi dari beberapa sekolah mengenakan seragam sekolah.

Dengan diiringi lagu-lagu perjuangan dengan instrumen musik biola dari Sangar Biola “Quinta” Yogyakarta, upacara bendera dengan inspektur upacara Yudi Pranowo, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pengelola Monumen Yogya Kembali (Monjali), berlangsung dalam suasana sangat hikmat. Ketika sang saka Merah Putih dikibarkan oleh petugas, instrumen lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan alat musik biola yang dimainkan 9 anak didik Sanggar Musik Biola “Quinta” dengan pemain utama, Goldy, anak yang baru duduk di kelas 4 SD, pun menggema. Goldy berdiri di lapik Monjali dan naik menggunakan alat climbing yang aman dari Tim Panjat Mapala UPN “Veteran” Yogyakarta.


“Suasananya sangat mengharukan, apalagi mendengarkan lagu-lagu perjuangan dengan instrumen musik biola dari anak-anak,” kata seorang peserta upacara kepada Bernasnews.com usai upacara berlangsung, Minggu pagi.
Nanang Dwinarto, Kabag Operasional Monjali, mengatakan, upacara dengan mengibarkan bendera raksasa di lapik Monumen, yang diiringi lagu Indonesia Raya menggunakan instrumen musik biola. Hal ini untuk membuat suasana hikmat agar peserta benar-benar merenungkan makna Hari Pahlawan sekaligus mengenang jasa-jasa para pahlaman yang telah gugur mengorbankan jiwa dan raga untuk berjuang meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan.

Yang menarik, menurit Nanang Dwinarto, pemain biola adalah Goldy, anak yang baru duduk di kelas 4 SD. Goldy merupakan pemain biola yang suka dengan acara adventure dan climbing. Menurut Nanang, sebagai sebuah museum sejarah, misi Monjali adalah memberi penghargaan dan rasa terima kasih atas jasa pahlawan yang telah gugur dalam merebut dan memperjuangkan kemerdekaan. Selain itu, sebagai media atau sarana untuk menggugah dan membangkitkan kembali semangat generasi muda terhadap nilai juang ‘45. (lip)