bernasnews.com — Pertunjukan tentang sejarah dapat menjadi media alternatif pembelajaran sejarah bagi generasi muda sehingga tertanam jiwa-jiwa nasionalisme untuk mencintai bangsanya. Demikian disampaikan oleh Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Ir. Aman Yuriadijaya, M.M, dalam acara pegelaran Jogja Historical Orchestra.
Kegiatan bertema ‘Semangat Juang 1949 Mataram Menang’, diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, 29 Juli 2022, di Regol Barat Kepatihan Jalan Malioboro, Yogyakarta. Berupa kolaborasi musik orchestra gamelan dan wayang dalam satu kemasan pertunjukan, dengan didukung tampilan animasi grafis.
“Jogja Historical Orchestra menjadi refleksi yang menggambarkan perjuangan Jogja secara kontekstual namun tetap selaras dengan perkembangan zaman. Hal ini terlihat dari kolaborasi yang ditampilkan para insan seni dalam menyajikan sebuah pertunjukan yang menarik bagi generasi milineal lewat sebuah perpaduan orchestra, wayang dan gamelan,” beber Aman.
Pihaknya berharap melalui Selaras Juang Mataram Menang, generasi milineal dapat memaknai serta menyadari kebutuhan bangsanya dengan meneladani perjuangan para pendahulunya.

Pagelaran musikal ini dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah Jogja Kembali. Pertunjukan ini sekaligus media refleksi bagi generasi muda dalam meneladani perjuangan pahlawan dalam menegakan kedaulatan negeri ini.
Sementara itu, Fani Rickiansyah selaku pimpinan produksi acara ini menjelaskan, bahwa kolaborasi ini diharapkan dapat menarik minat generasi milineal untuk mengenal kebudayaan dan sejarah bangsa khususnya Yogyakarta.
“Lewat kolaborasi sejarah dan seni, seniman tidak hanya berperan sebagai agen rekreasi melainkan juga sebagai agen edukasi yang turut andil dalam membentuk karakter generasi muda yang peduli terhadap sejarah bangsanya,” harap Fani.
Acara pegelaran ini diawali dari penampilan seniman Malioboro yang kemudian dilanjutkan acara puncak yaitu kolaborasi pertunjukan orchestra gamelan dan pentas wayang sejarah. Selaras Juang 1949 digambarkan dalam sebuah lakon wayang yang merepresentasikan adegan peristiwa Agresi Militer Belanda II, Serangan Umum 01 Maret dan Jogja Kembali dengan diiringi alunan gamelan.
Sedangkan sajian puisi berjudul ‘Ibu Pertiwi’ seakan merekonstruksi perjalanan bangsa Indonsia hingga dapat berdaulat seperti saat ini. Juga lagu perjuangan seperti Sepasang Mata Bola dan Gugur Bunga ciptaan Ismail Marzuki diperdendangkan. Gelora semangat perjuangan juga terasa, ketika lagu Maju Tak Gentar dinyanyikan secara apik dibalut dengan iringan music orchestra. (nun/ ted)