bernasnews.com – Gerakan Literasi Keluarga (GLK) menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan keluarga khususnya maupun Gerakan Literasi Nasional (GLN) umumya. Literasi keluarga tidak hanya diwujudkan dengan membaca dan menulis, namun juga dalam bentuk lain yang bermakna. Harapannya, dari literasi keluarga dapat menjadi kecakapan hidup. Salah satunya adalah dengan kegiatan melukis atau menggambar.
Banyak cara untuk memberikan hiasan dinding di rumah. Ada orang yang memasang foto-foto keluarga, aneka lukisan atau hiasan lainnya. Untuk hiasan lukisan, kebanyakan lukisan karya orang lain atau dari membeli. Dari yang harganya relatif murah sampai mahal. Namun ada juga keluarga yang menghiasi dinding rumahnya dengan karya lukis sendiri.

Salah satu keluarga yang menghiasi dinding rumah dengan karya lukis sendiri adalah Agnes YM, ibu dari dua anak puteri dan putera. Yang sulung kelas tiga sekolah dasar dan yang bungsu siswa taman kanak-kanak. Mereka tinggal di kota Purwokerto, Jawa Tengah.
“Ya kami sengaja memasang lukisan karya sendiri. Karya saya dan karya puteri sulung. Selain untuk menghargai karya sendiri, juga lebih hemat daripada kalau harus membeli karya orang lain. Suami saya senang melihat karya isteri dan anaknya,” kata ibu muda kepada bernasnews.com di kediamannya, Purwokerto, Senin (28/3/2022).

Sarjana ilmu komunikasi di sebuah perguruan tinggi swasta di Yogyakarta ini mengatakan, awalnya ketika anak-anaknya masih usia bawah lima tahun (balita), seperti anak kecil umumnya, mereka suka corat-coret di tembok. Mau melarang bagaimana, mau tidak dilarang bagaimana. Jalan keluarnya adalah memberi mereka kertas-kertas gambar untuk ditempelkan di dinding. Selain itu, karya lukisan dari sekolah yang sudah diberi nilai oleh guru juga ditempelkan di dinding.
“Anak-anak suka sekali karyanya tertempel di dinding. Selain lebih rapi, juga ada unsur pendidikan, penghargaan dan melatih mereka untuk disiplin,” kata ibu yang rajin memberikan kesempatan anaknya untuk ikut lomba melukis.
Menurut dia, aktif ikut lomba melukis di masa kanak-kanak itu penting dan akan menjadi warisan memori di masa mendatang. Soal menang atau kalah itu tidak masalah. Yang penting ikut lomba dan bergaul dengan sesame anak kecil.
“Saya dan adik perempuan saya juga punya pengalaman serupa ketika masih kecil di Yogyakarta. Kami sering diikutkan lomba melukis oleh ayah dan ibu kami. Sesekali menang, dapat trofi dan hadiah lain. Tapi lebih banyak kalahnya. Yang penting ikut dan senang..….” kata Agnes sambal tertawa renyah.

Melukis di iPad
Menyesuaikan dengan teknologi, kini Agnes lebih sering melukis menggunakan gadget tablet iPad. Ada kemudahan teknologi, namun juga ada tantangannya. Yang pasti dia tidak perlu berlepotan dengan cat air lagi.
“Awalnya saya mencoba melukis bunga-bunga dan wajah anak-anak kami. Ketika saya unggah melalui instagram, ada rekan yang tertarik dan minta dibuatkan picture family. Semula hanya disampaikan ucapan terima kasih. Tapi kemudian ada yang bersedia memberi uang. Wah ada rejekinya nih….,” kata dia wajah berbinar-binar.
Kini melalui instagram agnesmikh, Agnes yang memberikan catatan dirinya sebagai “seorang ibu yang hobi menggambar”, sudah mengantongi ratusan postingan, pengikut dan mengikuti. Menu yang disajikan antara lain birthday, brand, picture family.
“Ya sebagai ibu rumah tangga yang membantu kedinasan suami, saya sudah cukup sibuk. Apalagi anak-anak masih duduk di pendidikan dasar. Tapi setiap orang memiliki me time ya. Untuk saya, me time itu terutama menggambar. Saya alokasikan waktu luang dengan menggambar di iPad, saat suami tugas atau anak-anak sudah tidur,” kata Agnes YM yang hobi kuliner dan traveling. (mar)