BERNASNEWS.COM — Beksan Lawung Ageng tari karya Sultan Hamengku Buwono I yang menggambarkan kegagahan dan keprawiraan prajurit yang sedang berlatih perang adu ketangkasan bermain tombak yang ditarikan oleh para abdi dalem dari Kawedanan Hageng Punokawan (KHP) Kridha Mardawa Keraton Yogyakarta, Minggu (22/9/2019), sungguh memukau dan membuat kekaguman penonton yang memadati plaza Monumen SO 1 Maret, Yogyakarta.
Pementasan Beksan Lawung Ageng tersebut adalah bagian dari perhelatan seni Jogja International Street Performance (JISP) 2019 yang digelar selama tiga hari, tanggal 21 – 23 September 2019, di ruang-ruang publik pedestrian Jalan Malioboro, Yogyakarta. Mulai dari depan Gedung DPRD DIY hingga di Titik 0 Kilometer dan halaman Monumen Serangan Oemoem (SO) 1 Maret, Yogyakarta.
Kepala Dinas Pariwisata DIY, Singgih Raharja, SH, MEd, bersama Staf Tenaga Ahli Kemenpar RI, Minggu (22/9/2019), membuka event JISP 2019, di Monumen SO 1 Maret, Yogyakarta. (Tedy Kartyadi/ Bernasnews.com)
Esti Eka Astuti selaku Tenaga Ahli Kementrian Pariwisata Bidang Management Calender of Event, menjelaskan, bahwa perhelatan seni JISP yang telah masuk usia ke 10 tahun ini, baru pada tahun 2019 bisa masuk dalam calender of event Wonderful Indonesia. Penentuan sebuah event dapat masuk sebagai event Wonderful Indonesia dilakukan oleh para kurator dengan ketentuan dan kriteria yang cukup ketat.
Pagelaran Beksan Lawung Ageng oleh KHP Kridha Mardawa Kraotn Yogyakarta, ikut memeriahkan JISP 2019, Minggu (22/9/2019). Foto: Tedy Kartyadi/ Bernasnews.com
“Cakupannya kriteria event yang dilaksanakan merupakan seni dan budaya, mengangkat nilai konten kultur, ada nilai komersialnya, serta diselenggarakan secara konsisten. Juga dikaitkan dengan kegiatan kepariwisataan dengan sebagai goal-nya meningkatkan kunjungan wisatawan. Untuk itu pemerintah akan memberikan dukungan promosi di media dan juga dukungan berupa material,” jelas Esti Eka Astuti.
Sementara itu, sambutan Wakil Gubernur DIY Paku Alam X yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pariwisata DIY Singgih Raharjo, SH, MEd, mengatakan, menyampaikan apresiasi dan menyambut baik digelarnya JISP 2019. Sekaligus mensuport karena kegiatan yang merangkul dan melibatkan seniman-seniman dari berbagai negara, antaralain Jepang, Korea Selatan, Philipina, Malaysia, Kamboja dan Singapore.
Pagelaran Didik Nini Thowok bersama teman, menarikan tarian legenda Pek Cing We, karya Didik tahun 2004 dalam event JISP 2019. (Tedy Kartydi/ Bernasnews.com)
“ Iklim berkesenian di Yogyakarta tumbuh dengan pesat dan kekayaan budaya terawat dengan baik. Sehingga dapat menjadikan ajang kesenian alternatif yang memberikan ruang bagi para seniman, baik seni kontenporer maupun tradsional untuk bebas menunjukan kreatitifitasnya. JISP 2019 dapat menjadikan ruang silatuhrahmi antar budaya antar bangsa dan skaligus mampu memberikan kontribusi dalam atraksi wisata budaya di DIY,” kata Singgih Raharjo.
Penampilan Rina Takahasi dari Jepang dalam event JISP 2019, Minggu (22/9/2019). (Tedy Kartaydi/ Bernasnews.com)
Lebih lanjut, Singgih menjelaskan, kapasitas Yogyakarta selama ini telah dikenal sebagai kota budaya, beragam kesenian dan kebudayaan seara rutin digelar. Selain sebagai upaya melestarikan juga mampu untuk mendongkrak pariwisata yang berbasis budaya.
“Hal itu membuktikan Yogyakarta sebagai etalase seni Indonesia, dimana keaneka ragaman budaya Nusantara dari Sabang sampai Meruke, bahkan manca manca negara hidup dalam harmoni dan penuh toleransi. Sehingga menegaskan Yogyakarta sebagai daerah istimewa dibanding daerah lainnya,”pungkasnya. (ted)