bernasnews – Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor pariwisata Kabupaten Bantul hingga akhir Mei 2025 baru mencapai Rp11,6 miliar. Capaian tersebut baru sekitar 23,73 persen dari target tahunan sebesar Rp49 miliar dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul.
Menurut Kasi Promosi, Data dan Informasi Dinas Pariwisata Bantul, Markus Purnomo Adi atau yang akrab disapa Ipung, capaian ini masih jauh dari harapan.
Ia menyebutkan, meskipun tren kunjungan wisata tetap stabil, Bantul masih menghadapi sejumlah tantangan yang membuat capaian PAD belum optimal.
Penyebab PAD Bantul Belum Capai Target
Ipung menyoroti salah satu penyebab utama belum tercapainya target PAD adalah minimnya pengembangan obyek wisata baru di Bantul. Hal ini berbanding terbalik dengan Kabupaten Gunungkidul yang terus menggeliat dengan munculnya destinasi-destinasi baru dan kreatif.
“Kita akui, pengembangan destinasi di Bantul belum secepat daerah tetangga seperti Gunungkidul. Di sana tiap tahun ada obyek baru, sementara kita masih mengandalkan yang lama,” ujarnya.
Ia menambahkan, saat ini Bantul masih bergantung pada destinasi populer seperti Pantai Parangtritis, Gumuk Pasir, dan Puncak Becici. Sementara itu, daya tarik wisatawan masa kini makin dinamis dan menginginkan pengalaman baru yang unik dan instagramable.
Secara umum, obyek wisata di Bantul masih cukup diminati, tapi memerlukan sentuhan inovasi dan pembaruan dari sisi atraksi maupun infrastruktur. Beberapa lokasi bahkan mulai mengalami kejenuhan karena kurangnya pembaruan konsep dan fasilitas pendukung.
“Kalau dari sisi jumlah kunjungan masih lumayan, tapi kita perlu evaluasi dari sisi kualitas layanan, kebersihan, hingga penataan kawasan wisata,” kata Ipung.
Ia juga mendorong kolaborasi antara pemerintah desa, pelaku usaha, dan komunitas lokal untuk menciptakan daya tarik wisata berbasis potensi lokal yang lebih segar dan relevan dengan tren saat ini.
PAD Pariwisata Bantul
Sepanjang bulan Mei 2025 saja, jumlah kunjungan wisatawan atau piknikers mencapai 173.957 orang. Dari jumlah tersebut, PAD yang berhasil terhimpun sebesar Rp2.518.951.500.
Sementara itu, secara kumulatif sejak Januari hingga Mei 2025, total kunjungan wisata ke Bantul tercatat sebanyak 803.334 orang dengan total PAD senilai Rp11.628.848.000.
Angka ini masih berada di bawah ekspektasi dan hanya menyumbang 23,73 persen dari target PAD sektor pariwisata tahun 2025 sebesar Rp49 miliar.
Untuk mengejar kekurangan capaian PAD, Dinas Pariwisata Bantul berencana melakukan sejumlah langkah strategis. Mulai dari intensifikasi promosi digital, pembenahan fasilitas di obyek wisata eksisting, hingga mendorong lahirnya destinasi wisata baru berbasis desa wisata dan kearifan lokal.
“Harapannya, semester kedua tahun ini bisa terjadi lonjakan kunjungan, apalagi kita akan masuk musim liburan sekolah dan akhir tahun. Tapi tentu harus dibarengi dengan peningkatan kualitas destinasi,” ungkap Ipung optimis.
Dinas Pariwisata juga akan menggandeng pelaku industri kreatif, travel agent, dan media sosial influencer untuk memperluas promosi destinasi Bantul, termasuk wisatawan domestik luar Jawa dan mancanegara.
Dengan capaian PAD sektor pariwisata yang masih di bawah seperempat target, Bantul berhadapan pada tantangan besar untuk berinovasi dan berbenah.
Tanpa upaya serius memperbarui daya tarik wisata dan memperkuat promosi, bukan tidak mungkin Bantul akan semakin tertinggal dari kabupaten lain seperti Gunungkidul yang terus agresif dalam mengembangkan sektor pariwisata mereka.
Namun, dengan potensi alam dan budaya melimpah, Bantul masih memiliki peluang besar untuk bangkit dan menjadi destinasi unggulan di DIY. Kuncinya terletak pada kolaborasi, kreativitas, dan komitmen dalam membangun pariwisata yang berkelanjutan dan berdaya saing. (ef linangkung)