bernasnews— Di tengah geliat pariwisata berbasis desa yang terus tumbuh di DIY, Pasar Kebon Empring hadir sebagai destinasi alternatif .
Pasar ini terletak di Padukuhan Bintaran Wetan, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul. Destinasi wisata ini menawarkan suasana asri, kuliner tradisional, serta nilai-nilai kearifan lokal yang kental.
Kapan Beroperasi?
Beroperasi setiap Sabtu dan Minggu pagi, pasar ini berdiri di tepi Kali Belik, berlatar hamparan kebun bambu yang rindang dan suara gemericik air sungai.
Suasana ini menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan lokal maupun luar daerah yang ingin rehat sejenak dari hiruk-pikuk kota.
Keunikan Pasar Kebon Empring
Pengunjung akan menemukan beragam jajanan tradisional, seperti cenil, thiwul, jadah, pecel, dan aneka gorengan yang tersaji langsung.
Menariknya, semua transaksi di pasar ini menggunakan koin kayu sebagai alat tukar, menambah pengalaman unik sekaligus mendukung gerakan ramah lingkungan.
“Kami ingin mengenalkan kembali makanan tradisional dan suasana ndeso yang alami. Pasar ini dikelola swadaya oleh masyarakat, tujuannya untuk pemberdayaan ekonomi warga sekaligus pelestarian budaya,” ujar salah satu pengelola pasar, Titik Ni Luh.
Selain kuliner, pasar ini juga memiliki wahana bermain anak, pertunjukan musik akustik rakyat, serta spot-spot foto instagramable berbasis alam seperti jembatan dan kursi dari kayu bekas.
Bahkan, pengunjung bisa merasakan sensasi menikmati makanan dengan kaki terendam aliran air.
Pasar Kebon Empring juga berupaya menerapkan prinsip ekowisata, yakni wisata yang bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Tidak ada penggunaan plastik sekali pakai di area pasar, lalu tim khusus dari warga memilah dan mengelola sampah.
“Parkirnya pun tidak ditarif. Sukarela saja seikhlasnya pengunjung,” tambahnya.
Pemerintah Kalurahan Srimulyo menyambut baik keberadaan pasar ini. Lurah Srimulyo, Wajiran, menyatakan bahwa keberadaan pasar ini mampu menjadi pengungkit ekonomi desa sekaligus membentuk ekosistem pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan.
“Pasar ini bukan sekadar tempat jualan, tapi juga ruang interaksi sosial, pendidikan budaya, dan penguatan identitas lokal,” ujarnya.
Dengan kombinasi antara kelezatan kuliner ndeso, keindahan alam, serta semangat gotong royong warga, Pasar Kebon Empring telah menjadi simbol kebangkitan wisata desa yang berdaya dan bermartabat di wilayah timur Yogyakarta. (ef linangkung)