bernasnews – Bertujuan mempromosikan peran membaca, penerbitan, dan hak cipta, UNESCO menetapkan tanggal 23 April sejak tahun 1995. Penetapan dalam Konferensi Umum badan dunia yang memiliki program kerja di bidang Pendidikan, Ilmu Alam dan ilmu Sosial, Kebudayaan, serta Komunikasi dan Informasi itu sebagai Hari Buku Sedunia. Kalangan perbukuan khususnya dan warga dunia umumnya diajak untuk mengakui pentingnya buku sebagai penghubung antara masa lalu dan masa depan, jembatan antargenerasi, dan lintas budaya.
Penetapan tanggal 23 April sebagai Hari Buku Sedunia karena secara simbolis dalam dunia sastra merupakan tanggal wafatnya beberapa penulis terkemuka seperti William Shakespeare, Miguel de Carventes, dan Inca Garcilssdo de la Vega. Sastra dan buku memang tidak dapat dipisahkan. Seorang sastrawan pada umumnya adalah pembaca buku dan sekaligus juga penulis yang baik.
Dalam satu tahun, UNESCO dan organisasi internasional yang mewakili tiga sektor utama industri buku yakni penerbit, penjual buku, dan perpustakaan memilih Ibu Kota Buku Dunia atau World Book Capital. Kota-kota yang ditetapkan oleh UNESCO itu wajib mempromosikan buku dan membaca bagi semua usia dan kelompok, di dalam dan lintas batas negara, dan menyelenggarakan program kegiatan sepanjang tahun. Direktur Jenderal UNESCO Audrey Azoulay menetapkan Rio de Janeiro (Brazil) sebagai Ibu Kota Buku Dunia pasda 2025.
Buku dan dunia juga tidak dapat dipisahkan. Membaca buku, kata orang bijak, laksana membuka jendela dunia. Karena dengan banyak membaca dan menerima asupan pengetahuan dari buku, seorang pembaca buku juga sekaligus merupakan warga dunia. Penulis buku “Jadilah Warga Dunia – Temukan 56 Cara Mewujudkannya” Eileen Rachman (2015) memastikan “Cermat Membaca” sebagai salah satu dari cara itu. Artinya, dengan membaca kita dapat menjadi warga dunia.
Sebagaimana telah disinggung di atas, bahwa buku merupakan penghubung antargenerasi, bagi penulis hal ini sangat nyata dirasakan. Meski dalam jumlah terbatas, penulis saat berposisi sebagai cucu memperoleh beberapa bacaan berupa koran, majalah dan buku dari kakek almarhum. Demikian pula saat berposisi sebagai anak, memperoleh sarana yang sama dari ayah almarhum. Bahkan lebih banyak. Kini, pada posisi sebagai ayah dan kakek, penulis juga mewariskan buku-buku kepada anak dan cucu.
Kebiasaan membaca koran dan majalah di saat remaja dapat membantu saya ke profesi sebagai penulis dan wartawan media massa di kemudian hari. Tentu awalnya juga dibantu melalui proses belajar di majalah paroki gereja dan majalah sekolah saat studi di sekolah menengah atas (SMA). Namun modal yang harus kita miliki sendiri harus ada yakni MOTIVASI. Semakin kuat motivasi untuk mau belajar dan maju akan semakin mendorong kuat dalam proses menuju sukses.
Bagaimana dengan buku? Sama saja. Produk budaya unik yang terdiri dari lembar-lembar kertas bertulis, bergambar dan dicetak itu bukan saja memberikan pengetahuan dan wawasan, namun juga dapat “menyihir” imajinasi penulis. Lebih dahsyat lagi, ada rentetan etape yang dapat dilalui dengan baik yakni dari pembaca buku, lalu peresensi buku, dan akhirnya penulis buku.
Bahkan karunia Tuhan tidak berhenti di sini. Penulis memperoleh kesempatan memiliki sebuah lembaga penerbitan buku berkat kebersamaan dengan keluarga dan sahabat yang sadar buku/media Melalui sarana ini, penulis dapat belajar, berkarya dan sekaligus berbagi kepada banyak orang. Saat semakin banyak oang mau dan mampu membaca & menulis, hati ini terasa bahagia. Harapannya, semoga setiap insan yang kian literat dapat mengembangkan diri dan mewujudkan kondisi bersama yang lebih baik.
Momentum Hari Buku Sedunia 23 April adalah saat yang tepat untuk kembali ke buku, Senangilah atau cintailah buku maka buku akan ganti menyukai kita. Buku akan mengubah diri kita : kepribadian, karakter, pengetahuan, wawasan, relasi dan akses, dan pada akhirnya masa depan kita. Buku memang bukan segala-galanya bagi kehidupan kita, namun segala-galanya dalam kehidupan ini dapat dimulai dengan buku, belajar dan menjadi manusia pembelajar.
Setiap langkah, tindakan atau gerakan pasti memiliki empat unsur yang tidak terpisahkan yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Ada SWOT analysis di sini, yakni Strengths, Weaknesses, Opportunities dan Threats. Ke empat unsur itu dapat saling berbalik posisi. Hanya orang bijak, mau belajar dan tekun melangkah yang dapat mensyukuuri dan menikmati kekuatan dan peluang yang dimiliki, serta memperbaiki kelemahan dan ancaman yang ada.
Selamat Hari Buku Sedunia 2025. Saatnya kita mencintai buku sebagai sahabat yang baik. Semoga dunia perbukuan dan literasi di Indonesia semakin baik. (Y.B. Margantoro, Wartawan dan Penulis di Yogyakarta).