Ketupat identik dengan hari Raya Idul Fitri. Seperti kurang afdol ketika merayakan hari kemenangan bersama keluarga tidak ada ketupat dan opor ayam. Tradisi turun temurun yang memang bukan wajib tapi sudah menjadi kebiasaan hampir di semua golongan masyarakat muslim Indonesia.
Ketupat janur kuning bagi masyarakat Jawa terbuat dari tiga bahan janur kuning, nasi dan santan. Janur kuning dari daun kelapa yang masih muda merupakan simbol tolak bala penangkal semua rintangan dan ancaman lahir batin. Beras yang merupakan bahan pangan pokok bagi masyarakat melambangkan kemakmuran dan ketahanan pangan. Sedangkan santan dalam bahasa Jawa santen filosofinya nyuwun pangapunten merupakan ungkapan permohonan maaf.
Ketupat atau kupat diartikan sebagai ngaku lepat dan laku papat. Ngaku lepat adalah saling mengakui kesalahan, saling bermaafan sehingga pada hari raya Idul Fitri semua akan kembali bersih suci.
Sedangkan laku papat karena ketupat yang berbentuk persegi empat merupakan empat kiblat limo pancer. Yaitu empat arah mata angin timur, barat, selatan dan utara di tengah adalah pancer yaitu Allah SWT, agar dimana pun kita berada selalu ingat kepada Allah.
Adanya momen sakral antara ketupat dan lebaran idul Fitri oleh para perajin ketupat dimanfaatkan menangkap peluang bisnis musiman membuat dan menjajakan selongsong ketupat janur. “Selain nguri uri tradisi kebudayaan para leluhur, memanfaatkan keterampilan menganyam selongsong ketupat dan menjemput rejeki lebaran” ungkap Anggit disela-sela menganyam Ketupat dan menjajakan dagangannya di pasar Piyungan, Bantul, Yogyakarta, Sabtu pagi 29 Maret 2025.
Anggit Rahmat usia 29 tahun warga Ngasem Ayu, Pathuk, Gunungkidul Yogyakarta, bersama puluhan perajin ketupat menggelar dagangan di pasar Piyungan. Bisnis musiman yang hanya dua hari selama setahun yaitu dua dan satu hari sebelum hari Raya Idul Fitri, kegiatan ini sudah di jalani beberapa tahun.
Dalam momen indah tahun ini dia ditemani sang istri yang cantik Sofia Putri (27 tahun) baru dinikahi dua tahun yang lalu. Sayangnya mereka belum dikaruniai putra. “Harapannya puasa Ramadhan dan lebaran kali ini Allah memberikan barokah menitipkan anak bagi kami,” doa Anggit diamini Sofia istrinya.
Dalam kesehariannya Anggit sendiri merupakan karyawan resto Bukit Bintang sedangkan istrinya Sofia merupakan karyawan toko matrial bangunan di Prambanan Klaten. Saat menggelar dagangan juga ditemani pak Tholib 54 tahun merupakan ayah dari Anggit.
Untuk berdagang dua hari dia menyiapkan 10 pelepah janur yang dibeli dari tetangganya 20 ribu satu pelepah . Sedangkan satu pelepah sendiri bisa dibikin menjadi 50 ketupat. Dijual dalam satu ikatan berisi sepuluh buah dengan harga kisaran 10 ribu sampai 15 ribu tergantung ukurannya.
“Kalo dihitung hitung hasilnya tidak besar. Tapi ini merupakan suatu ikhtiar yang harus dilakukan. Tentang hasil merupakan hak Allah,” ucap suami Sofia.
Dia berharap 10 pelepah janur bisa habis dibikin selongsong ketupat dan laku semua. Menurutnya musim lebaran tahun ini pedagang selongsong ketupat makin bertambah banyak dibanding tahun lalu. Jadi persaingan semakin ketat pada saat ekonomi pembeli semakin sulit.
“Namun semua mesti disyukuri karena Allah sudah mengatur rejeki masing masing hamba,” tambahnya.
Para pedagang tidak hanya menjual longsongan ketupat saja. Namun juga melayani bila ada yang menginginkan helai janur. Itu yang dilakukan Sri asal Klaten, Jawa Tengah.
” Mereka akan membuat ketupat sendiri. Mungkin untuk seru-seruan mengenang masa kecil,” ungkap Sri sambil melayani pembeli.
(Kusnadi KIM Berbah/nun)