bernasnews – Warga Padukuhan Legundi bersama Resan Gunungkidul melakukan kegiatan penanaman pohon di telaga Luwenglor Padu KKN n padukuhan Legian kalurahan Girimulyo, Kapanewon Panggang, kabupaten Gunungkidul pada hari Minggu (3/3/2025).
Turut hadir dalam kegiatan menanam dan merawat pohon di sekitar area pinggir telaga Lewenglor lurah Girimulyo Sunu Raharjo, dukuh Legundi Ari Sakti, ketua Resan Gunungkidul Edy Supadmo,tokoh masyarakat Girimulyo Suryanto, Ketua Karang Taruna Nawa Manunggal Rahmad Salim, perwakilan Yayasan Mitsui Sumitomo lG Gunawan,dari REL SEL HBL Agus Pras dan Taufik Hidayat, relawan mahasiswa UGM UNY serta masyarakat pedukuhan Legundi.
Lurah desa Girimulyo Sunu Raharjo mengucapkan selamat datang dan terimakasih kepada semua yang terlibat dalam kegiatan penanaman pohon di sekitar telaga Luwenglor. Awalnya di Girimulyo terdapat enam telaga namun sekarang tinggal tiga yang masih aktif bisa menampung air hujan pada musim kemarau dan bisa dipergunakan untuk kebutuhan kehidupan masyarakat. Ketiga telaga adalah Luwenglor di padukuhan Legundi, Jurangjero di Wintaos dan telaga Pringsurat.
“Sedangkan tiga telaga yang lain sudah mati tidak bisa menampung air hujan. Sekarang alih fungsi dipergunakan sebagai lahan pertanian oleh warga” ucap lurah Girimulyo.
Salah satu keuntungan bahwa telaga Luwenglor berada pada lokasi tanah milik Desa bukan milik warga.
“Jadi pengelolaan area sekitar untuk menjaga kelestarian fungsi telaga bisa lebih aman. Karena relatif lebih bebas dari konflik kepentingan warga,” tambahnya.
Ketua Karang Taruna Nawa Manunggal Rahmad Salim menyampaikan kondisi telaga masih mampu menampung air dalam kondisi tanpa hujan. Telaga Luwenglor dibagi menjadi dua zona.
“Yang pertama untuk mandi, mencuci pakaian, mencuci alat rumat perabot rumah tangga. Zona kedua dipergunakan untuk memandikan ternak,” jelas Rahmad.
Dari Rumah Ekoliterasi Lestari Hangrukti Bumi Lestari (REL HBL) Agus Pras menyampaikan bahwa menurut pengamatannya kondisi telaga Luwenglor cukup baik.masih bisa menampung air hujan dalam waktu yang lama. Sementara ini dipergunakan untuk pemenuhan kehidupan warga serta sebagai tempat rekreasi.
Sekitaran telaga terdapat beberapa pohon besar berupa jenis Ficus, asam Jawa. Nyamplung , Keben dll, yang terjaga keberadaan.
“Setidaknya ada ga dua indukan pohon Abar di sebelah timur telaga Luwenglor,” ungkap Agus
Menurut Agus Pras Pohon Abar, alias Tunggu/Petunggu, alias Kapilo (Ficus saxophilla) tumbuh di pinggiran telaga Luwenglor.
Setidaknya ada dua indukan besar pohon Abar. Satu pohon berdaun rimbun saat ini sedang berbuah lebat. Buahnya mirip Beringin (Ficus benjamina), bergerombol-gerombol di pangkal daun. Buah muda berwarna hijau, kemudian menguning, dan menjadi merah kecoklatan saat matang. Daunnya sekilas mirip daun pohon Bodhi (Ficus religiosa),
hanya lebih eliptik dan ujung daunnya tidak sepanjang daun Bodhi. Satu pohon Abar besar yang lain baru selesai rontok daun, dan sedang menumbuhkan tunas-tunas daun barunya. Tunas tunas daun mudanya yang tumbuh di ujung-ujung ranting, berwarna hijau muda kekuningan, transparan saat terkena sinar matahari. Cantik. Satu pohon Abar masih remaja, tingginya masih sekitar 3-4 meter, tumbuh beberapa meter di sebelah indukan pertama. Satu anakan nampak tumbuh di rengkahan dinding talut, dan satu lagi diantara batu batu di pinggir telaga.
“Mungkin bisa ditemukan beberapa anakan lagi kalau di-observasi lebih teliti,” ucap Agus
Buah-buah yang matang tersebar di tanah, berserakan di tanah disekitar pohon induknya, akan tetapi tidak terlihat anakan Abar yang mengecambah dari biji/buahnya. Mungkin pola persebaran Abar ini mirip Beringin atau Bodhi (Ficus religiosa), dimana buah yang matang dan fertil dimakan burung, dan biji bijinya menyebar melalui kotoran burung, mengecambah di celah celah batuan, retakan tembok, dahan dahan pohon dan lainnya. Atau bisa jadi biji biji kering yang fertile tertiup angin, jatuh dan mengecambah di tempat tempat tersebut. Atau mungkin biji biji Abar tidak ada yang fertile, karena tidak ada serangga penyerbuknya, seperti Ficus Bulu atau Ficus ‘Ketapang Biola’. Dalam hal ini, penyebaran Abar dilakukan melalui anakan yang tumbuh di akarnya. “Perbanyakan ficus oleh manusia dapat dilakukan dengan cangkok atau setek”.
Pada kesempatan ini Agus menyampaikan salah satu program REL HBL adalah Nandur Tuk Memetri Tuk (NTMT).
Pada acara nandur nandur, bersama dengan Mitsui Sumitomo IG membantu menyumbangkan bibit buah dan Ficus sebagai tanaman konservasi sumber air.
“Sebuah upaya kecil untuk bumi, menjaga agar tetap layak huni bagi semua. Menanam pohon, adalah menanam kesadaran pada diri kita sendiri. Menanam pohon adalah menanam cinta pada bumi” pungkas Agus. (*/nun)