bernasnews – Ikatan Pemuda Penggerak Desa (IPDA) menggelar acara “Buka Bersama dan Ngaji Desa” dengan tema “Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Membangun Ekonomi Lokal yang Berkelanjutan” di Art Gallery Saptohoedojo, Jalan Adisucipto Km.9, Maguwoharjo, Sleman, Yoyakarta, Sabtu (15/3/2025). Acara ini dihadiri sejumlah narasumber dan tamu undangan.
Acara dibuka dengan sambutan dari Ketua Umum IPDA Arifin K, Wardani, S.Sos., M.A. yang mengucapkan terima kasih kepada para tamu undangan serta memperkenalkan para narasumber. Visi IPDA adalah memberikan dukungan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan moto “Perkuat Pusat, Perbanyak Cabang”. Sambutan berikutnya diberikan oleh tuan rumah, Yani Saptohoedojo, yang berharap agar IPDA mampu mengimplementasikan visinya dengan baik di masa mendatang.
Pada kesempatan ini, Prof. Ir. Panut Mulyono, D. Eng., IPU, ASEAN Eng., yang pernah menjabat sebagai Rektor UGM periode 2017-2022, menyampaikan bahwa desa merupakan pilar utama dalam pembangunan bangsa. Menyadari bahwa 70% penduduk Indonesia tinggal di desa, maka pengelolaan sumber daya alam seperti tempat rekreasi akan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.
“Untuk desa yang tidak memiliki sumber daya alam, solusi yang ditawarkan adalah pengembangan produk UMKM berkualitas yang dapat menjadi sumber pendapatan. Cincin berlian untuk kekasih, cukup sekian dan terima kasih,” kata dia.
IPDA dalam kesempatan ini menyoroti berbagai tantangan dalam pemberdayaan desa, termasuk kurangnya SDM yang mampu menggerakkan potensi lokal. Salah satu program utama IPDA adalah memperkuat UMKM desa agar mampu memasarkan produknya ke berbagai daerah, termasuk melalui digitalisasi.
Dewan Pengarah IPDA Joko Kanigoro mengemukakan, desa seharusnya dapat menjadi solusi bagi krisis pangan, namun senyatanya masih banyak desa belum mampu menjadi lumbung pangan. Salah satu penyebabnya adalah menurunnya minat petani dalam bercocok tanam akibat harga jual hasil bumi yang rendah serta harga pupuk yang tidak terkendali. Oleh karena itu, dia menghimbau agar potensi desa tetap dipertahankan dan dioptimalkan demi kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam sesi diskusi, Dewan Pakar IPDA dr. Puspita Wijayanti, MMRS. membahas isu stunting, yaitu gangguan pertumbuhan akibat kekurangan gizi kronis. Menurutnya, stunting dapat mempengaruhi kualitas generasi mendatang karena berpengaruh pada kecerdasan dan kesehatan anak. Stunting dapat dicegah sejak 1.000 hari pertama kehidupan, sejak ibu mengandung hingga anak berusia dua tahun. Faktor lain yang turut berkontribusi adalah kurangnya pola hidup bersih dan ketersediaan fasilitas kesehatan di desa yang masih kurang memadai.
Joko Kanigoro menambahkan bahwa kesiapan seseorang saat akan menikah, termasuk kesiapan finansial, juga mempengaruhi risiko stunting. Jika orang tua tidak siap secara ekonomi, anak yang lahir berisiko mengalami gizi buruk. Oleh karena itu, pembangunan desa yang berkelanjutan juga harus memperhatikan aspek kesehatan masyarakat.
Diskusi juga menghadirkan Dewan Pengarah IPDA Supriyanto yang membahas tentang “Strategi Pemberdayaan Masyarakat Desa dalam Membangun Ekobnomi Lokal”. Acara dilanjutkan dengan penyerahan SK dan cinderamata. Setelah sesi tanya jawab, acara ini pun ditutup dengan doa bersama, menandai berakhirnya diskusi yang penuh wawasan mengenai pembangunan desa yang berkelanjutan. (mar/Elias Eke, HELENA MENULIS Bantul DIY)