News  

Empat Penyair Yogyakarta Siap Tampil di Sastra Bulan Purnama ke-162

Dari kiri ke kanan : Dedet Setiadi, Cahyaningrum Dewajati, Umi Kulsum dan Syam Candra akan tampil di SBP ke-162.. (Foto : Istimewa)

bernasnews – Bulan puasa tahun 2025, Sastra Bulan Purnama (SBP) memasuki edisi 162. Kali ini, empat penyair Yogyakarta siap mengisi SBP sekaligus untuk acara ngabuburit sastra. Agenda pembacaan puisi, lagu puisi dan buka puasa bersama ini akan diselenggarakan di Museum Sandi, Jalan Faridan M Noto No. 21, Kotabaru, Yogyakarta, Sabtu (15/3/2025) pukul 15.30 WIB. 

Empat penyair yang akan tampil ialah Cahyaningrum Dewajati, yang sehari-harinya pengajar di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya UGM; Dedet Setiadi, penyair yang sehari-harinya sebagai penyedia pasir dan batu; Syam Chandra, yang memiliki usaha produksi bakmi khusus mie ayam; dan Umi Kulsum, guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 2 Bantul.

Keempat penyair ini telah banyak menulis puisi dan beberapa buku puisinya telah diterbitkan. Selain akan dibacakan oleh penyairnya sendiri, puisi-puisi mereka akan dibacakan oleh para pembaca puisi, yang sudah sering membacakan puisi di SBP. 

Mereka yang akan membacakan puisi ialah Agus Suprihono, seorang peulis sastra Jawa; Anes Prabu, seorang penyair muda dan aktor tetater; Deni Angga Meuz Prazt. seorang perupa; Nunung Rieta, pemain teater; Ratih Alsaira, seorang perupa; Sri Surya Widati, Bupati Bantul periode 2010-2015, Ketua IKWI DIY; Tosa Santosa, organiser Fashionshow dan Wahjudi Djaya, pengajar dan penulis.

Dedet Setiadi, sejak SMA tahun 1980-an sudah tinggal di Yogyakarta, namun sehari-harinya tinggal di Ngluwar, Magelang. Aktivitas sehari-harinya dilakukan di Yogyakarta.

“Meski secara formal-administratif saya tinggal di Ngluwar, Magelang, tetapi aktivitas sehari-hari yang saya lakukan di wilayah Yogyakarta, sehingga saya lebih banyak berinteraksi dengan kawan-kawan di sini, dan oleh kawan-kawan di Yogyakarta saya dianggap sebagai orang Yogyakarta,” ujar Dedet Setiadi. 

Selain dibacakan, Doni Onfire, seorang penggesek biola akan menggubah puisi Dedet dan Umi Kulsum menjadi lagu. Doni memang sudah sering tampil di SBP, dan selalu menggubah puisi menjadi lagu “Sudah lama saya tidak tampil di Sastra Bulan Purnama, penampilan saya di tahun 2025 dan pas bulan puasa ini, sekaligus untuk bertemu kawan-kawan yang setia dengan sastra,” kata Doni Onfire.

Di Yogyakarta ada banyak penyair. Penyair yang usianya sudah di atas 70 tahun, sampai penyair muda, yang usianya masih 20an tahun atau 30an tahun. Keempat penyair ini, usianya di tengah, antara 60an tahun dan 50an tahun.

“Saya ini sesungguhnya masih muda, atau setidaknya merasa masih muda, meski sudah mempunyai cucu,” ujar Dedet Setiadi dam Syam Chandra bersamaan sambil tertawa.

Koordinator SBP Ons Untoro mengatakan, keempat penyair ini sampai sekarang masih terus menulis puisi, meskipun tahu, puisi tidak dapat menghasilkan uang. Karena keempatnya tidak hidup dari puisi, masing-masing memiliki pekerjaan untuk menopang hidupnya.

“Menulis puisi memang tidak untuk mencari uang, kalaupun sekali waktu bisa dapat uang dari puisi, anggap saja sebagai rejeki. Yang lebih penting, sebagai penyair terus menulis puisi untuk membahagiakan dirinya dan orang lain,” kata dia. (*/mar)