News  

Komunitas GUSDURian dan Komunitas Lintas Iman Refleksi Puasa Sampah

Dialog refleksi puasa sampah di Griya GUSDURian, Jalan Sorowajan, Banguntapan, Bantul, DIY, Jumat 28/2/2025. (Foto: Praba Pangripta)

bernasnews – Komunitas GUSDURian Jogja bersama 50 komunitas lintas iman mengadakan diskusi dan ngobrol santai (kongkow) refleksi puasa sampah di Griya Gusdurian, Jalan Sorowajan, Banguntapan, Bantul, DIY, Jumat 28/2/2025.

Narasumber yang memberikan paparan yaitu pejabat dari Kalurahan Banguntapan, Sutik Mantoro dan pengasuh pondok pesantren asrama kreatif Bil Qolam, Muyassarotul Hafidzoh. Hadir dalam acara tersebut jemaat atau umat dari komunitas: Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, Konghucu, dan Penghayat Kepercayaan.

“Ada sekitar 22 ton sampah per hari di Kalurahan Banguntapan dan lebih banyak lagi saat hari besar Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal,” kata Direktur Badan Usaha Kalurahan (BUKAL) Banguntapan, Sutik Mantoro.

Meski sudah tersedia Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) dan Rumah Pilah Sampah (RPS), namun, lanjut dia, perlu kesadaran dan edukasi mengelola sampah bagi semua pihak dimulai dari keluarga. Etos memayu hayuning bawana perlu untuk menjaga bumi yang indah dibuat bersama-sama sesama penghuni bumi agar lebih indah.

Menurut Muyassarotul Hafidzoh, meski tersedia lahan pengelolaan yang luas dan alat modern senilai Rp 24 miliar, menjadi tidak berarti bila budaya pilah sampah belum terbentuk. Ia mengusulkan edukasi masalah lingkungan dapat terakomodir dalam kurikulum pendidikan. Selain limbah organik, anorganik, botol, plastik, limbah bahan berbahaya beracun (B3) memerlukan penanganan khusus.

“Literasi tentang lingkungan perlu lebih detail dan konkrit, tidak cuma sekadar jargon membuang sampah pada tempatnya,” kata dia saat sharing yang dipandu oleh moderator Akasa Ayustin.

Melalui ngobrol santai, para peserta memberikan pengalaman mereka masing-masing yang pernah dilakukan di komunitas dalam mengatasi masalah sampah. Bulan Ramadhan menjadi momentum untuk menumbuhkan kesadaran kolektif sebagai praktik dalam keberagaman secara spiritual. (Praba Pangripta, Umat Paroki Gereja Gamping Sleman, DIY)