News  

Sudah Baca Buku Apa Hari Ini?

Anak-anak sedang membaca buku bersama. (Foto : Repro nehrumemorial.org)

bernasnews – Sebuah tulisan, perkataan, pemandangan, peristiwa, dan pengalaman pribadi tentu memiliki pesan. Ada pesan (dari komunikator) yang biasa, namun ada pesan yang bermakna. Sebenarnya, sejauh mana pesan itu bermakna, tergantung kita sebagai komunikan dalam menerima dan memaknai pesan itu. Harapannya, pesan itu berdampak dan mampu menggerakkan ke arah yang lebih baik.

Sudah baca buku apa hari apa? Sebuah pertanyaan dan sekaligus ajakan bagi kita atau siapapun yang mau belajar dan berkarya. Syarat awalnya adalah mau dan kemudian terbiasa membaca. Upaya untuk mendorong atau mendongkrak sadar membaca sudah dilaksanakan secara global, nasional dan lokal.

Secara global ada Hari Baca Sedunia pada 23 April, ada Hari Baca Nasional atau Hari Buku Nasional pada 17 Mei, ada Gerakan Literasi Nasional (dengan anakan Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Keluarga, dan Gerakan Literasi Masyarakat), pernah ada even Gerakan Indonesia Membaca (GIM) di Yogyakarta 4-7 Mei 2017, dan seterusnya.

Apakah dorongan itu semua sudah membuahkan hasil? Jawaban positifnya sudah, meski harus diakui belum terlalu signifikan. Namun yang penting selalu ada individu dan komunitas yang berjuang untuk diri sendiri dan untuk sesama bahwa betapa pentingnya sadar membaca bagi setiap insan pembelajar.

Sebuah komunitas literasi Tim Kerja Komunikasi Sosial Lingkungan Santa Helena, Paroki Gereja Santo Yakobus Bantul, DIY bernama HELENA MENULIS. Dalam komunitas ini, peserta diarahkan narasumber untuk senang membaca buku dan media sebagai dasar pengembangan diri dan membantu menemukan ide untuk menulis.

Theresia Dewi Haryanti mendapat tugas membaca buku “Awal Cinta Buku” (2020). Praktisi pendidikan ini menulis begini : Membaca Buku. Uffff….medengarnya saja saya sudah tidak tertarik. Bosan, Itu yang selalu terlintas dalam pikiran saya. Sejak kecil saya memang tidak terbiasa untuk membaca. Hanya buku-buku tertentu saja yang saya baca, itupun hanya buku tipis. Membaca buku-buku tebal hanya membuat saya pusing.

Padahal ayahku dulu pernah bilang, “Membaca membuatmu belajar, mencintai membuatmu memahami.” Dalam hal ini adalah mencintai buku, bagaimana kita bisa mencintai buku itu kalau kita tidak membacanya.

Buku adalah sumber ilmu. Dengan membaca buku, maka kita akan mendapatkan ilmu. Para ilmuwan, tokoh-tokoh bersejarah, dan orang-orang berpengaruh yang pernah ada di dunia merupakan penikmat buku. Mereka pun dikenal dengan kutu buku dan dikenal senang membaca. Membaca buku telah menjadi kebiasaan dan gaya hidup mereka. Tak heran mereka pun memiliki wawasan yang luas dan tergolong orang-orang yang cerdas.

Buku “Awal Cinta Buku” karya KPB (Komunitas Peresensi Buku) ini menceritakan bagaimana awal para penulis mencintai buku. Kumpulan pengalaman inspiratif yang sangat menyentuh hati. Banyak sekali persoalan yang mereka hadapi dalam memupuk rasa cinta terhadap buku. Mulai dari membaca majalah anak-anak, novel atau bahkan hanya potongan kertas pembungkus tempe. Di manapun dan kapanpun selalu luangkan waktu untuk membaca walau hanya 5 – 30 menit.

Terbiasa membaca buku juga membuat seseorang mampu mengetahui dan memahami kehidupan sosial di dalam suatu masyarakat. Sehingga ketika berkunjung ke suatu tempat atau bergabung di lingkungan tersebut, kita tahu bagaimana cara bersikap dan menempatkan diri dan dapat menghormati adat dan kebudayaan mereka. Mari biasakan sejak dini untuk anak-anak gemar membaca agar mereka tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan berwawasan luas. Demikian Dewi Haryanti.

Sugiyanto menulis, buku “Seandainya Saya Penulis” (Y.B. Margantoro dan Bambang Arinto, 2015) membahas tentang bagaimana cara menulis yang baik dan benar, ada unsur teori, praktek, dan contoh-contoh tulisan. Dalam sekapur sirih penulis buku ini memantik pembaca untuk terlibat dalam pergolakan pikirannya dengan berbagai pertanyaan. Apakah setiap pembaca buku tips menjadi penulis, pasti menjadi penulis di kemudian hari? Apakah sering menulis dapat dikatakan menjadi penulis? Apakah menulis itu gampang atau sulit? Apakah menulis itu dapat langsung atau butuh proses? Apakah menulis itu perlu?

Seseorang menulis atau tidak menulis idealnya harus memiliki alasan dan tujuan. Untuk mendorong pembaca mengambil keputusan yang tepat penulis mengajukan pertanyaan pemicu dan ajakan. Kalau sudah terbiasa membaca, mengapa tidak dilanjutkan dengan menulis? Kalau belum terbiasa membaca mengapa tidak dicoba memulai? Kata memulai melakukan sesuatu adalah lokomotif untuk menarik gerbong karya bisa berjalan.

Kekurangan dalam buku ini adalah ada beberapa penggalan kata, salah ketik atau spasi yang tidak pas dan juga ada halaman yang terbali. Contohnya di halaman 7 dan 8, ini nampaknya sepele tapi membuat pembaca menjadi tidak nyaman.

Kelebihan buku ini antara lain adalah Memberikan tuntunan bagaimana cara memulai menulis, Memberikan motivasi dan semangat untuk memulai menulis, Memberikan pengaruh positif untuk konsistensi dan pantang menyerah.

Buku ini sangat baik dibaca oleh semua orang yang ingin menulis baik itu tulisan Fakta, tulisan Opini, maupun tulisan Fiksi. Karena dalam buku ini pembaca akan mendapatkan motivasi, semangat, konsistensi dan dibimbing bagaimana caranya memulai menulis dan diberikan juga contoh-contoh tulisan sebagai referensi.

“Menulis Buku? Kamu Pasti Bisa” (Editor YBM, 2012) adalah buku yang diresensi oleh Hery Kristiawan. Menurut dia, ini adalah sebuah buku yang sangat unik yakni tentang pengalaman anak sekolah dasar di SD Masehi Sibolangit, Sumatera Utara. Sekolah tersebut pertama kali dikenal sebagai Sekolah Batak Doesoen Ngikutken Bijbel. Yang mana telah melahirkan beberapa alumni sukses menjadi tokoh terkenal.

Sekolah tersebut waktu itu memiliki murid berjumlah 210 orang meliputi kelas 1 sampai dengan kelas 6, letak geografis SD Sibolangit berada di wilayah Kabupaten Karo, dan daerah ini memiliki tipografi alam yang berbukit-bukit yang memiliki pemandangan yang cukup indah dan berhawa sejuk. Kawasan ini merupakan Bumi Perkemahan yang populer Sibolangit dan pernah menjadi tuan rumah Jambore Nasional Gerakan Pramuka Indonesia pada tahun 1977.

Penulis mengajak para siswa dari kelas 1 sampai kelas 6 untuk berbagi pengalaman saat pertama kali mengenal buku. Mereka memberikan jawaban dan opini beraneka macam sesuai dengan pengalaman mereka masing-masing. Kejujuran pendapat mereka sangat luar biasa, seperti pada karya siswa kelas 2 yang menyatakan perpustakaan adalah bagian penting dari sekolah untuk menambah wawasan siswa dan dalam kegiatan belajar mengajar. Rata-rata murid SD Sibolangit mendapat buku pertama kali dari orang tua di rumah, dengan cerita anak-anak tentang kebaikan. Buku ini pun mengajak para siswa untuk bercerita ulang tentang buku favorit mereka oleh penulis.

Tidak hanya murid SD Sibolangit saja yang memberikan apresiasi kecintaan mereka terhadap almamater tercinta, seperti yang dilakukan oleh Pt. Em. Prof. dr KRT Lukas Meliala SpKj, SpS(K) mendirikan sebuah perpustakaan di sekolah dasar Masehi Sekolah Batak Doesoen di Sibolangit, lokasi perpustakaan didirikan seluas 3,5 x 7,5 meter yang terletak di samping depan dari bangunan dua buah lokal yang masih darurat. Bangunan terdiri dari dinding batu, atas seng, plafon asbes, lantai keramik dan jendela 4 buah. Beliau adalah murid sekolah ini pada tahun 1948 sampai dengan 1957, dan sekarang beliau telah menjadi seorang Profesor di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Buku yang sangat luar biasa dari seorang penulis yang luar biasa pula, melihat sebuah opini dari anak SD, dan mengajarkan kepada kita bahwa membaca menulis merupakan modal utama untuk sukses di masa depan. Bangsa yang besar adalah bangsa yang tidak hanya suka membaca, tetapi juga gemar menulis. Membaca membuka wawasan dan memperkaya pengetahuan, sementara menulis mengasah kemampuan berpikir kritis serta mengabadikan gagasan untuk generasi mendatang.

Dengan membaca, masyarakat dapat memahami sejarah, ilmu pengetahuan, dan perkembangan dunia, sedangkan dengan menulis, mereka dapat berkontribusi dalam menyebarkan ilmu serta menciptakan inovasi baru. Kebiasaan membaca dan menulis menciptakan budaya literasi yang kuat, yang menjadi fondasi bagi kemajuan suatu bangsa. Bangsa yang aktif dalam membaca dan menulis akan menghasilkan individu yang cerdas, kreatif, serta mampu membawa negaranya menuju peradaban yang lebih maju dan berdaya saing tinggi.

Elias Eke menulis, buku “Menulis itu Nafas Wartawan” (1998) karya Y.B. Margantoro mengajak pembaca untuk memahami esensi menulis dalam profesi kewartawanan. Melalui sembilan bab yang komprehensif(luas, menyeluruh, teliti dan meliputi banyak hal), dia membagikan pengalamannya sebagai wartawan yang produktif dan berdedikasi.

Bab-bab dalam buku ini mencakup berbagai jenis tulisan, mulai dari Tulisan Lepas yang memberikan kebebasan dalam berekspresi, Tulisan di Bernas yang menunjukkan gaya penulisan khas media massa, hingga Tulisan di Luar Bernas yang mengeksplorasi peluang menulis di berbagai platform.

Buku ini juga memuat Tulisan Juara Lomba Tingkat Nasional, membuktikan bahwa kemampuan menulis dapat membawa pengakuan di tingkat nasional. Tak hanya itu, penulis menyisipkan karya sastra berupa Cerpen dan Resensi Buku, memperlihatkan fleksibilitas seorang wartawan dalam berbagai segmen penulisan.

Bagian Aneka Ceramah mengungkapkan pemikiran dan pengalaman pribadi penulis dalam berbagai forum, sedangkan Profil memberikan wawasan dalam menggambarkan sosok secara mendalam. Foto-foto pendukung menambah kekayaan visual yang memperkuat narasi dalam buku ini.

Melalui buku ini, penulis tidak hanya membagikan teknik menulis yang efektif, tetapi juga menggugah kesadaran bahwa menulis adalah nafas hidup bagi seorang wartawan. Buku ini menjadi bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin mengasah keterampilan menulis dan memahami jiwa seorang jurnalis sejati.

Buku “Mahir Berjunalistik” karya : Z. Bambang Darmadi, Y.B. Margantoro, dan Budi Sutedjo Dharma Oetomo dibaca oleh Margaretha Saventi WK. Menurut dia, jurnalisme adalah bagian dari komunikasi, setiap manusia bahkan lembaga memerlukan komunikasi. Buku ini sangat cocok bagi para pelajar, mahasiswa, dosen, tenaga pendidik, pelaku bisnis, pengambil kebijakan. Jurnalistik berguna dalam penyampaian penyampaian informasi agar mudah dimengerti. sehingga pesan yang hendak disampaikan dapat diterima dengan benar.

Penulis buku ini merupakan wartawan, dosen, konsultan dan praktisi bisnis. Tentu saja pengalaman mereka di dunia jurnalisme sudah tidak diragukan lagi. Di dalam buku ini kita akan mengetahui bagaimana tentang jurnalistik dan dunia wartawan, misalnya reportase, dan cara menulis berita. Sedangkan buku ini bagi pelaku usaha, jurnalistik diperlukan sebagai alat publikasi. Maka jurnalistik yang baik perlu di usahakan. Isi buku ini juga membahas dalam membangun citra organisasi dengan menulis di media masa, press release, dan menulis opini. Buku ini sangat membantu, terutama bagi pemula atau yang belum terbiasa di dunia menulis.

Di dalam buku ini disajikan juga tentang perkembangan zaman, perkembangan internet. Jurnalistik juga mengalami perkembangan, dengan alat bantu dan pengelolaannya mengalami perubahan secara modern. (mar)