News  

Eco Enzyme Nusantara Kulon Progo DIY Beri Penghargaan bagi 21 Omah Eco Enzyme

Penganugerahan penghargaan oleh Komunitas Eco Enzyme Nusantara Kulon Progo bagi Pengelola Omah Eco Enzyme berkenaan HPSN 2025. (Foto : Humas Eco Enzyme Nusantara Kulon Progo)

bernasnews – Memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2025 yang jatuh pada tanggal 21 Februari, Komunitas Eco Enzyme Nusantara Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta menganugerahi penghargaan kepada 21 penanggung jawab dan pengelola Omah Eco Enzyme yang tersebar di 12 Kapanewon di Kabupaten Kulon Progo. Acara dilaksanakan di Aula Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Kulon Progo, Sabtu (22/2).

Selain para pengelola Omah Eco Enzyme, penghargaan juga diberikan kepada sejumlah pengurus Eco Enzyme Nusantara Kabupaten Kulon Progo yang aktif dalam menjalankan program edukasi lingkungan dan berkontribusi bagi pelestarian alam. Melalui penghargaan ini, diharapkan semangat para relawan dalam mengedukasi masyarakat mengenai pengelolaan sampah organik dan pemanfaatan eco enzyme semakin meningkat.

HPSN yang mulai diperingati sejak tahun 2006 ini sebagai respon atas tragedi longsornya TPA Leuwihgajah, Cimahi, Jawa Barat di tahun 2005. Tragedi ledakan yang dipicu oleh konsentrasi gas methan dari dalam tumpukan sampah itu menelan korban 157 jiwa dan mengubur dua desa, Kampung Cilimus dan Kampung Pojok, yang berjarak 1 kilometer dari TPA Leuwigajah. Melalui peringatan ini diharapkan masyarakat semakin peduli dan berperan aktif dalam pengelolaan sampah sehingga tercipta lingkungan bersih dan sehat.

MANFAAT ECO ENZYME UNTUK LINGKUNGAN
Eco enzyme merupakan cairan serba guna hasil fermentasi sampah organik yang diperkenalkan oleh Dr. Rosukon Poompanvong dari Thailand. Selama lebih dari 35 tahun, Dr. Rosukon meneliti dan mengembangkan metode pembuatan eco enzyme yang bermanfaat untuk menyehatkan tanah, menjernihkan air, dan membersihkan udara. Selain itu, cairan ini juga berkontribusi bagi kesehatan manusia serta mendukung praktik pertanian organik.

Ketua Eco Enzyme Nusantara Kabupaten Kulon Progo Atiek Mariati mengungkapkan, semakin banyak petani di Kulon Progo yang beralih ke sistem pertanian organik dengan memanfaatkan eco enzyme sebagai campuran pupuk. “Eco enzyme mampu memperbaiki unsur hara tanah, sehingga tanaman dapat tumbuh lebih sehat dan produktif,” kata dia.

Sejak dikenal luas di Kulon Progo pada 2020, eco enzyme tidak hanya memberi manfaat bagi masyarakat, tetapi juga membantu pemerintah dalam mengatasi permasalahan sampah. Melalui edukasi yang dilakukan relawan, masyarakat diajak untuk bertanggung jawab atas sampahnya sendiri dengan cara mengolah sampah organik menjadi eco enzyme, sehingga sampah organik tidak perlu dibuang ke TPA.

Pada 2021, Komunitas Eco Enzyme Nusantara Kabupaten Kulon Progo bekerja sama dengan DLH Kabupaten Kulon Progo melakukan uji coba penyemprotan cairan eco enzyme di TPA Banyuroto. Hasilnya, dalam waktu kurang dari 10 menit, bau sampah berkurang secara signifikan. Namun, penyemprotan ini perlu dilakukan secara rutin selama tumpukan sampah masih ada. Oleh karena itu, edukasi kepada masyarakat untuk mengolah sampah organik di rumah menjadi langkah yang lebih efektif dalam mengurangi beban TPA.

Dalam kesempatan itu, Atiek Mariati juga mengusulkan agar pemerintah memisahkan jadwal pengangkutan dan truk yang digunakan untuk mengangkut sampah organik dan anorganik. Dengan sistem pemisahan ini, sampah organik dapat lebih mudah diolah, sehingga tidak bercampur dengan sampah anorganik yang sulit terurai.

Selain edukasi pengolahan sampah organik, relawan juga memberikan edukasi untuk hidup selaras alam, menghindari plastik sekali pakai, memilih moda transportasi yang minim jejak karbon dan minim bahan bakar tak terbarukan. Termasuk bagaimana memilih rantai distribusi makanan yang pendek, menanam sayur sendiri, berbelanja di pasar tradisional, serta memilih produk yang minim kemasan (curah). Menghindari membeli produk fast-fashion, dan memberi nilai lebih pada barang bekas (upcycling) agar memiliki usia pakai lebih lama sehingga tidak cepat berakhir di TPA.

Hal lain yang digaungkan relawan adalah kesadaran untuk mengonsumsi pangan lokal yang organik demi kesehatan diri dan bumi. Melalui gaya hidup yang lebih ramah lingkungan ini, diharapkan masyarakat dapat berkontribusi dalam mengurangi jumlah sampah yang berakhir di TPA serta menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan bersih. (mar/Atiek Mariati, Ketua Komunitas Eco Enzyme Nusantara Kulon Progo)