News  

Ruwahan Sastra di Bulan Purnama Bersama Melati Rinonce

Komunitas Melati Rinonce akan mengisi Sastra Bulan Purnama edisi 161 di Museum Sandi Kotabaru Yogyakarta, Sabtu 15/2/2025 pukul 15.00 WIB. (Foto : Dokumentasi)

bernasnews – Bulan Februari 2025 memasuki bulan ruwah, dalam kalender Jawa. Pada bulan ruwah, orang Jawa mengenang keluarganya yang sudah tiada, mengirim kembang ke makam misalnya. Artinya, imajinasi akan masa lalu tidak hilang. Relasi terhadap yang sudah meninggal masih dijaga.

Sastra Bulan Purnama (SBP) edisi 161, yang akan diselenggarakan di Museum Sandi, Jalan Faridan M Noto No 21, Kotabaru Yogyakarta, Sabtu (15/2) pukul 15.00 WIB masih dalam suasana ruwah. Oleh sebab itu, tajuk dari acara ‘Ruwahan Sastra Di Bulan Purnama’ yang akan menghadirkan komunitas Melati Rinonce, satu komunitas penulis perempuan yang pada bulan Februari 2025 genap berusia 3 tahun. Komunitas ini akan meluncurkan dua buku sastra Jawa, yakni geguritan dan cerkak.

Selain itu, Ketua Komunitas Melati Rinonce, Yanti S. Sastro Prayitono, sekaligus meluncurkan dua buku, yakni buku puisi berjudul ‘Jalinan Kisah di Rentang Waktu’, dan cerkak berjudul ‘Kembang Paesan’.

Jadi, ada empat buku sastra yang akan diluncurkan di SBP. Satu buku ditulis menggunakan bahasa Indonesia, dalam hal ini puisi. Tiga buku ditulis menggunakan bahasa Jawa, satu geguritan dan dua buku cerkak.

Puisi dan geguritan sesungguhnya sama, yang membedakan bahasa yang digunakan. Puisi ditulis menggunakan bahasa Indonesia, geguritan ditulis menggunakan bahasa Jawa. Anggota Komunitas Melati Rinonce dari Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Karena SBP menampilkan komunitas Melati Rinonce, maka tajuk acaranya menjadi ‘Melati Rinonce Ruwahan di Sastra Bulan Purnama’.

Selain pembacaan karya sastra anggota Melati Rinonce, akan ditembangkan geguritan oleh Yupi. Dia akan menggubah geguritan menjadi tembang. Ini merupakan bentuk lain dari yang dikenal sebagai lagu puisi. Tampil juga pembaca tamu, Prof.Dr. Harno Dwi Pranowo, guru besar dari Fakultas MIPA UGM yang akan membacakan geguritan.

Karena Yanti S.Sastro Prayitno, yang sehari-harinya mengajar di Departemen Kimia Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro, Semarang, meluncurkan dua buku, satu buku puisi dan satu buku cerkak, tentu ia akan membacakan karyanya, puisi dan geguritan.

Koordinator SBP Ons Untoro mengatakan, di tahun 2025 SBP diawali karya-karya sastra Jawa yang ditulis oleh para perempuan, dan bulan Februari ini, kembali Sastra Jawa mengisi SBP dan lagi-lagi perempuan penulis mengambil peran.

“Sastra Jawa memang perlu terus berinteraksi dengan sastra Indonesia. Karena sesungguhnya keduanya tidak bisa dipisahkan. Kalau sastra Jawa hanya bertemu dengan komunitasnya sendiri, dunianya amat kecil. Karena dunia sastra adalah dunia yang terpinggirkan,” ujar Ons Untoro.

Melati Rinonce pertama kali digagas oleh empat penulis: Windu Setyaningsih, Ninuk Retno Raras, Endang Wahyuningsih Danuri dan Sriyanti S. Sastroprayitno. Keempat penulis ini sebelumnya telah bertemu pada penulisan buku Geguritan Wanodya 1-3 (2017-2019) yang kemudian terhenti saat pandemi Covid-19. Dengan tujuan semula mempererat persaudaraan dengan terus melanjutkan kecintaan pada sastra Jawa, maka pada tgl 5 Februari 2022, resmi dibentuk paguyuban ini. Didukung pula oleh Sulis Bambang dan Suratmini, yang juga aktif sejak Wanodya 1 (2017). (*/mar)