bernasnews – Kader pos pelayanan terpadu (Posyandu) melayani masyarakat dengan berbekal pengabdian ikhlas tanpa menerima imbalan. Seperti juga yang yang dilakukan Posyandu Anggrek di Padukuhan Rejosari, Jogotirto, Kapanewon Berbah, Kabupaten Sleman, DIY. Kader itu mengadakan kegiatan pelayanan bertempat di rumah dukuh Rejosari, Selasa (14/1/2025). Pelayanan kesehatan kali ini ditujukan bagi warga kampung Kerten RT 6 dan 7 RW 16.
Dukuh Rejosari M Dalis Kurniawan merasa bangga dan bersyukur karena masih ada kader Posyandu yang dengan rela meluangkan waktu di sela kesibukan sebagai ibu rumah tangga untuk pelayan kesehatan masyarakat. Kegiatan pelayanan Posyandu Angrek Padukuhan Rejosari dilaksanakan setiap bulan sekali pada tanggal 14.
Dirinya merasa beruntung kehadiran kader Posyandu sangat membantu ketugasannya sebagai dukuh. Bila tidak ada kegiatan yang mendesak dan penting dirinya membersamai kegiatan Posyandu Anggrek.
“Untuk sedikit meringankan beban operasional Posyandu Anggrek, saat temu warga padukuhan Rejosari membuat kesepakatan memberikan sumbangan dari masing-masing RT 25 ribu rupiah setiap bulannya. Sumbangan tersebut sudah berjalan kurang lebih setengah tahun,” tambah Dalis.
Ketua Posyandu Anggrek Yantini mengemukakan, kader Posyandu merupakan relawan sebagai mitra kepanjangan tangan Puskesmas Berbah. Dalam melakukan pelayanan, kader Posyandu mendapatkan pelatihan dan arahan dari petugas kesehatan Puskesmas Berbah.
“Meski tidak mendapatkan imbalan namun dilandasi dengan niat iklhas mengabdi, hingga saat ini sembilan orang kader Posyandu Anggrek tetap melakukan pelayanan kesehatan sesuai arahan dari petugas Puskesmas Berbah” Jelas Yanti.
Kesembilan kader Posyandu Anggrek teridiri dari Umi Nasihah (istri dukuh Rejosari) sebagai penasehat, ketua Yantini, sekretaris Nuning Rahayu, bendahara Dwi Nur Astuti, sedang anggota kader Widi Widaningsih, Mia Fitriani, Supriyani, Ria Haryati, dan Rima Islani.
Diperoleh keterangan, Padukuhan Rejosari terdiri dari tiga kampung yakni Rejosari, Jogomangsan dan Kerten. Karena keterbatasan tenaga kader dan sukarnya mencari kander tambahan maka setiap pelayanan hanya dapat melayani satu kampung.
“Jadi satu kampung hanya tiga bulan sekali mendapatkan pelayanan Posyandu. Posyandu yang sekarang berbeda dengan Posyandu pada masa lalu. Kini pelayanan Posyandu secara terintegrasi dan lebih menyeluruh. Awalnya pelayanan Posyandu hanya diperuntukkan bagi ibu hamil, balita dan ibu menyusui. Namun sekarang melalui program Posyandu Integrasi Layanan Primer (ILP) cakupan pelayanan kesehatan lebih luas meliputi ibu hamil , balita hingga lansia,” kata Yanti.
Menurut dia, dengan cakupan pelayanan yang lebih luas biaya operasional juga bertambah. Meski ada bantuan dari pemerintah Kalurahan, warga dan dukuh secara pribadi namun dirasa belum maksimal. Biaya operasional meliputi penyediaan buku alat tulis serta pemberian asupan gizi balita secara gratis, juga sekedar snack bagi ibu hamil dan lansia yang hadir.
Menurut Rima Islani, kader yang bertugas melakukan skrening didampingi kader lain, sebagai bentuk pelayanan kepada orang lansia dan lansia dilakukan skrening kesehatan penyakit tidak menular. Skrening tersebut meliputi cek tekanan darah, gula darah, asam urat dan koleslerol.
“Semua pelayanan saat Posyandu gratis karena peralatan dari Puskesmas Berbah. Adapun batasan yang masuk ora lansia adalah usia 45 hingga 59 tahun. Sedangkan usia 60 tahun ke atas merupakan lansia,” tambah Rima.
Sedangkan kader Widi Widaningsih yang melakukan pendataan balita menjelaskan, pendataan balita meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala semua di lakukan pendataan berkala. “Dengan melakukan pendataan berkala bisa mengetahui secara dini bila balita mengalami stunting,” kata dia.
Salah seorang lansia Surono (63) warga Kampung Kerten merasakan manfaat adanya pelayanan Posyandu lansia karena dirinya dapat cek up secara gratis dan tidak jauh dari rumah. “Harapannya waktu pelayanan Posyandu bisa ditambah, supaya tidak menunggu lama,” kata dia berharap. (nun/Kusnadi KIM Berbah, Sleman)