bernasnews – ASITANTRA (Asosiasi Seni Pertunjukan Tradisi Nusantara) akan mementaskan pagelaran K’WARI (Ketoprak, Wayang dan Tari) dengan lakon “Misteri Bengawan Sore : Ampak-Ampak ing Panolan” di Ndalem Sekarwangi Resto, Bodeh, Ambarketawang, Gamping, Sleman, DIY, Jumat Kliwon (13/12/2024) pukul 19.33 WIB.
Pentas garapan Joko Santosa, Pimpinan Produksi Sigit Sugito dan Sutradara Nano Asmorodono ini melibatkan 42 orang pemain dan pengrawit sebanyak sembilan orang. Akan tampil sebagai bintang tamu adalah Yati Pesek, Yani Sapto Hoedojo, Dalijo Angkring, dan Pritt Timothy.
Sinopsis pentas K’WARI ini menceritakan Raden Pangesthi Kujana hatinya sangat murka, merasa haknya dibegal oleh Waliyul Amri yang memberikan takhta keprabon kepada Sujalma, sesama anak raja namun beda ibu. Ia merasa sangat dilangkahi ketika Waliyul Amri memilih Adipati Unus menggantikan ayahnya sebagai sultan.
Memang sistem monarki pada abad XV / XVI itu tidak berlaku paugeran sebagaimana di kerajaan-kerajaan Nuswantara dimana putera lelaki tertua praktis menjadi putera mahkota yang kemudian diproyeksikan menjadi pengampu kerajaan jika sewaktu-waktu sang raja lengser. Kerajaan waktu itu memiliki paugeran sendiri, bahwa, segala keputusan penting harus mendapat palilah dalam rapat Waliyul Amri.
Selalu ada yang mengerikan dalam relasi kita dengan kekuasaan, namun, pada saat yang sama senantiasa ada yang membuat kekuasaan bernilai justru dalam keringkihan manusia. Dalam relasi kuasa itulah, Raden Pangesthi dicegat oleh keponakannya sendiri, Raden Permada di tepi Bengawan Sore.
Merasa kalah digdaya, Raden Permada menghimpun puluhan tokoh sakti untuk mengeroyok pamannya, dan ujungnya bisa kita tebak : Raden Pangesthi terkapar bersimbah darah di senja yang memerah saga itu. Air di Bengawan Sore seolah mendidih.
Sejarah pun terulang. Sebagaimana dendam berbalas dendam terjadi pada zaman Ken Angrok, di kasultanan kala itu para pangeran rajin merawat kesumat. Surenggana, anak semata wayang Raden Pangesthi, merasa jauh lebih berhak untuk jumeneng ratu. Apalagi ayahnya membocorkan rahasia bahwa sesungguhnya darah yang mengalir di tubuhnya itu “waris” Bintoro sekaligus Panolan.
“Hanya demi orang-orang yang tidak memiliki harapan, maka kita diberi harapan,” itu kalimat Walter Benjamin. Dan Surenggana? Ksatria mandraguna temperamental itu punya banyak harapan. Maka darah tak henti-hentinya menetes di tlatah Nuswantara. Untuk mengetahui bagaimana kiprah Surenggana, apakah sang jawara berhasil menunaikan ambisinya, jawabannya ada di pagelaran K’WARI.
Pagelaran Misteri Bengawan Sore (Ampak-Ampak ing Panolan) adalah karya Joko Santosa, dengan Pimpinan Produksi : Sigit Sugito, Sekretaris Produksi : Anastasia Purwoputranto, Bendahara Produksi : Arya Aryanto, Supervisi : Bimo Wiwohatmo, Sutradara : Nano Asmorodono, Pengacara Adegan : Dwi Ayin dan Wijie.
Bintang Tamu : Yati Pesek, Yani Sapto Hoedojo, Dalijo Angkring, dan Pritt Timothy; Panelis Diskusi : Prof. Dr. Suminto A Sayuti dan Dr. Nur Iswantoro; Moderator : Nugroho Nurcahyo; MC : Devi; Sie Usaha Dana : Arum dan Rio Candra; Sie Undangan : Padmini ; Sie Konsumsi : Nunik dan Hapsari; Tim Artistik : Bambang Haryono dan Ki Mujar Sanksekerta; Penata Iringan : Fani; Efek : Eko; Penata tari: Isti paSri DIY; Sound, Lighting, Panggung, Genset : Asmaralaya Art Production; Chief Teknis : Hasfi Asmaralaya; Sie Kustum dan Make Up : Cici Masitoh; Stage Manager : Rengga Dian S; Reservasi Tiket : Arya dan Anastasia; Penerima Tamu : Sekarwangi Resto. (mar)