News  

Haka Astana : Perlunya Komunikasi yang Beretika

Ketua Pengurus PMI Kota Yogyakarta Haka Astana (baju seragam PMI) bersama rekan alumni SMA Negeri di Yogyakarta, di kantor PMI Kota Yogyakarta, belum lama ini. (Foto : Humas PMI Kota Yogyakarta).

bernasnews – Setiap orang perlu memiliki pengalaman srawung, bertemu, atau silaturahmi dengan keluarga atau sesama. Dalam pertemuan itu diharapkan dapat mempererat tali persaudaraan atau hubungan baik dengan sanak keluarga maupun sesama manusia.

Selain mengunjungi seseorang, pengalaman dikunjungi orang dalam rangka keperluan tertentu, kiranya juga perlu kita miliki. Dengan demikian, acara saling berkunjung antarkeluarga, teman atau sahabat akan memberikan manfaat yang positif.

Penulis bersyukur memiliki dua pengalaman tersebut. Yakni pernah dikunjungi orang atau sahabat, dan lebih sering melakukan kunjungan ke berbagai pihak. Kunjungan ada yang non formal, semi formal dan formal. Semuanya memiliki dinamika dan kesan tersendiri.

Salah satu pengalaman menarik dan berkesan penulis adalah ketika mengantar saudara berkunjung ke kantor Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Yogyakarta, Jalan Tegalgendu 25, Kotagede, Yogyakarta, beberapa waktu yang lalu. Saudara saya itu bermaksud menemui Haka Astana, yang merupakan seniornya sesama alumni sebuah SMA Negeri di Yogyakarta dan saat ini menjabat sebagai pengurus lembaga kemanusiaan itu.

Kami diterima oleh tuan rumah dengan ramah dan sekaligus menerima tiga wawasan bermakna yang disampaikan secara menarik. Ketiga hal itu adalah tentang etik komunikasi, tugas pokok PMI dan humor segar keseharian. Selain bicara tentang almamater dan kegiatan tahunannya, tiga hal yang dapat diibaratkan sebagai “kultum” atau kuliah tujuh menit itu bermanfaat bagi para tamu.

Tuan rumah yang bernama lengkap Inspektur Jenderal Polisi (Purnawirawan) Drs. R.M. Haka Astana, MW, S.H. pada kesempatan itu menyampaikan tentang etik komunikasi “Esem Bupati, Semu Mantri, Dupak Bujang”.

Dia menyampaikan syarat dasar komunikasi secara teori adalah adanya komunikator, komunikan, pesan, media dan umpan balik. Sedangkan secara praktek terdiri dari komunikator, komunikan, pesan, media langsung atau tidak, norma atau aturan dan umpan balik.

Dalam bahasa dan budaya Jawa, Esem Bupati atau isyarat bupati yang merupakan level tinggi, hanya diperlukan isyarat saja untuk dapat membuat seseorang mengerti atas hal yang mau disampaikan. Kemudian Semu Mantri atau senyuman mantri untuk memberikan pemahaman kepada level menengah cukup dengan senyuman saja.

Sedangkan level paling rendah, Dupak Bujang atau menendang bujang (kuli), untuk memberikan pemahamannya perlu diberikan penjelasan sedetil mungkin sampai yang bersangkutan mengerti. Kasarnya sampai didupak atau ditendang.

Haka Astana mengatakan pula, inti manajemen adalah kepemimpinan, inti kepemimpinan adalah pengambilan keputusan. Dan inti pengambilan keputusan adalah komunikasi. Maka betapa pentingnya komunikasi dalam manajemen, kepemimpinan dan pengambilan keputusan itu. Asas kepemimpinan Ki Hadjar Dewantoro yang dapat kirta laksanakan adalah Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani.

Pada kesempatan ini, purnawirawan bintang dua polisi ini tidak lupa menjelaskan perihal kepalangmerahan sebagai salah satu wahana pengabdian kemanusiaannya setelah purna tugas. Secara garis besar dia menjelaskan tentang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga PMI.

“Penyelenggaraan Kepalangmerahan yang dilaksanakan oleh PMI berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan, kesamaan, kenetralan, kemandirian, kesukarelaan, kesatuan dan kesemestaan,” kata Haka Astana yang kemudian melanjutkan dengan aneka guyon segar dan membuat para tamu di siang hari itu bersuka cita. (Anto Margono, Pegiat Literasi)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *