bernasnews – Kegiatan Evaluasi Modul dan Pengimbasan Hasil TOT atau Pelatihan Guru Utama Revitalisasi Bahasa Daerah yang diselenggarakan Balai Bahasa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dinilai positif dan memberikan manfaat bagi sekolah melalui guru dan siswa didik. Selain itu, kegiatan ini menunjukkan adanya sinergitas yang baik antara Balai Bahasa DIY dengan Dinas Kebudayaan DIY.
Hal tersebut mengemuka dari tiga guru yang diwawancarai bernasnews secara terpisah pada acara itu di Hotel Grand Rohan Yogyakarta, Selasa (24/9/2024). Mereka adalah Supriyadi, S.Fil. (guru M.Ts Binaul Ummah, Bawuran, Plered, Bantul; Kelas Macapat); Heny, S.Pd. (guru SMP Negeri 1 Nglipar, Gunungkidul; Kelas Maca Gurit); dan Jayadi, S.Pd.(guru MI Al Kautsar Mlati, Sleman; Kelas Musikalisasi Gurit).
Kegiatan berlangsung selama dua hari, Senin dan Selasa. Pada hari pertama Senin (23/9) disampaikan pemaparan materi oleh empat narasumber. Kegiatan dibuka oleh Kepala Balai Bahasa DIY Dra. Dwi Pratiwi, M.Pd.
Pemateri evaluasi adalah Prof. Dr. Endang Nurhayati, M.Hum. dan Dr. Arsanti Wulandari, M.Hum. (Penyusunan Pedoman Pembakuan Kata dan Istilah Bahasa Jawa), serta Dr. Daru Winarti, M.Hum dan Drs. Dhanu Priyoprabowo (Penyusunan Revisi Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin yang Disempurnakan).
Pada hari kedua kegiatan ini, Selasa (24/9), diadakan diskusi kelas dengan materi berbeda. Kelas Macapat dipandu pemateri Suyati, S.Pd., Kelas Musikalisasi Gurit oleh Nurjanah, S.Pd., Kelas Maos Cerkak oleh Hilma Oktaviasa, S.Pd., Kelas Geguritan oleh Windarti, kelas Maos Aksara Jawa dan Alih Aksara Jawa oleh AS Sartini dan Fathul Anshori, S.Pd.
Setiap materi diberikan kisi-kisi dengan arahan yang sama yakni pemaparan materi bersangkutan. Kemudian memandu diskusi dengan tema apakah evaluasi materi TOT yang dibahas dapat diimbaskan dengan baik, apakah pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah telah mendukung kegiatan bersangkutan yang diadakan oleh Dinas Kebudayaan atau Balai Bahasa, bagaimana solusinya, serta perumusan rencana tindak lanjut.
Menambah kapasitas guru dan siswa
Supriyadi, S.Fil. (52) mengemukakan, kegiatan Evaluasi Modul dan Pengimbahasan Hasil TOT ini bermanfaat yakni menambah kapasitas guru dan siswa didik. Selain itu, kegiatan ini juga menunjukkan adanya sinergitas yang baik antara Balai Bahasa DIY dan Dinas Kebudayaan DIY dalam upaya pengembangan bahasa dan sastra Jawa.
Menurut guru Bahasa Jawa sejak tahun 2008 ini, mengajarkan Macapat kepada siswa didik secara umum tidak mudah. Minat atau ketertarikan siswa sebenarnya ada, namun tetap saja ada siswa yang memang tidak berbakat. Solusinya adalah membiasakan siswa banyak latihan macapat.
“Saya tekankan kepada siswa bahwa belajar tentang budaya dan agama itu tidak terpisah. Itu satu kesatuan untuk menemukan jati diri seseorang. Maka belajar macapat itu menarik dan penting,” kata pendidik yang aktif dalam berbagai kegiatan sastra dan budaya Jawa ini.
Heny, S.Pd. mengatakan perlunya terobosan baru atau inovatif dalam pengajaran sastra dan budaya Jawa kepada siswa didik di era sekarang. Sebagai contoh, dia membersamai siswanya yang dibimbing mahasiswa UGM Yogyakartaa yang mengenalkan program Augmented Reality atau AR. Program ini adalah teknologi yang memperoleh penggabungan secara real-time terhadap digital konten yang dibuat oleh komputer dengan dunia nyata.
“Dengan program ini, pembelajaran maca gurit jadi menarik,” kata dia.
Sebagai guru PKWU dan Bahasa Jawa di sekolahnya, Heny juga aktif dalam kegiatan sastra dan budaya Jawa, antara lain pernah tampil di sebuah acara budaya di TVRI Yogyakarta, pentas membaca geguritan di Wonosari, dan sebagainya.
Secara terpisah, Jayadi, S.Pd. (47) berharap, ada pengimbasan TOT yang berkelanjutan dan dimonitoring. Para guru tetap memperoleh pendampingan dalam proses belajar mengajar. Selain itu, program ini perlu terus dievaluasi agar memberikan hasil yang semakin baik.
“Belajar tentang geguritan melalui musikalisasi gurit memberikan manfaat keseimbangan otak kita. Otak kiri untuk memperoleh rasa senang, dan otak kanan untuk berpikir,” kata dia. (mar)