bernasnews – Memiliki rumah bagi setiap insan dalam kehidupan adalah dambaan dan sekaligus perjuangan. Arti rumah bagi keluarga yaitu tempat berlindung, tempat pembinaan keluarga, tempat melakukan kegiatan. Rumah itu sangat penting dalam menopang keberlanjutan kehidupan seseorang, keluarga dan masyarakat. Oleh karenanya, seiring dengan bertambahnya penduduk, ada upaya dan perjuangan untuk mewujudkannya sebagai tempat tinggal, dan sebagainya.
Sebelum rumah atau perumahan mewujud, sebagaimana karya manusia umumnya, memerlukan perancangan. Demikian pula dalam hal perumahan. Seorang dosen arsitektur YE. Suharno berkarya buku bertajuk Perancangan Perumahan (Penerbit Mitra Mekar Berkarya, 2024). Buku ber-ISBN 978 – 623 – 5531 – 27 – 4 ini berisi 13 bab dengan tebal buku 246 halaman.
Ketiga belas bab itu adalah : Pendahuluan, Aspek fisik dan non fisik pada perumahan, Pembangunan perumahan terkait program Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), Tipologi dan kartakteristik perumahan, Lingkungan perumahan dan komponennya, Kebijakan pembangunan perumahan, Kriteria lokasi pembangunan perumahan dan biaya pembangunan perumahan.
Selanjutnya kualitas perumahan dan tertib dalam membangun, Tata guna lahan perumahan, Proses pengadaan perumahan dan permasalahan umum perumahamn, Peremajaan dan perbaikan permukiman kumuh, Perancangan rumah sehat, Permukiman marjinal. Buku disertai daftar pustaka dan lampiran.
Program KOTAKU
Dalam Peraturan Menteri PUPR Nomor 15 Tahun 2015 disebutkan bahwa penyelenggaraan perumahan di perkotaan kota juga terkait dengan pengembangan kawasan permukiman di perkotaan yaitu dengan strategi Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dimana Kota Yogyakarta menjadi salah satu dari 30 kota di Indonesia yang menjadi prioritas penyelenggaraan perumahan tanpa kumuh.
Penjabaran atas tujuan Program KOTAKU adalah memperbaiki akses masyarakat terhadap infrastruktur permukiman yang sesuai dengan delapan indikator. Diantaranya adalah bangunan gedung atau rumah yang perlu diidentifikasi yaitu kondisi dinding dan atau atap dalam kondisi rusak yang dapat membahayakan penghuninya, bahan dinding atau atap mudah rusak, lantai dari semen/keramik yang sudah rusak, tidak memiliki MCK dan luas lantai kurang dari 7,2 m2/orang (Permensos No 20/2017), penghawaan dan pencahayaan yang kurang.
Kota Yogyakarta memiliki area kumuh total seluas 114,7 Ha yang meliputi 146 lokasi di 12 kecamatan (kemantren) dengan kategori kumuh ringan.
Tentang rumah sehat, penulis menyampaikan persyaratannya yakni memenuhi kebutuhan fisiologis, memenuhi kebutuhan psikologis, terhindari terhadap kecelakaan, serta terlindung penularan penyakit dan pencemaran.
Rumah yang layak dan sehat antara lain bangunan rumah harus memenuhi rasa nyaman, sehat, kuat dan tahan lama, rasa aman. Pekarangannya harus memenuhi sehat lingkungan, artinya tidak terdapat tumpukan sampah dan genangan air kotor di sekitar rumah. Selain itu, dapat dimanfaatkan dan dinikmati, dalam arti ditanami pohon peneduh, tanaman obat keluarga/tanaman yang daoat dikonsumi. Prinsip rumah sehat adalah memenuhi syarat kesehatan dan rumah harus memenuhi rasa nyaman.
Menurut penulis YE. Suharno, buku Perancangan Perumahan ini diperuntukkan bagi mahasiswa Program Studi Arsitektur dan pemerhati di bidang arsitektur. Buku ini sebagai informasi atau bahan melatih dan mengasah kemampuan dalam memahami, menganalisa dan mengaplikasikan teori-teori perumahan dan permukiman. (mar)