bernasnews – Mengawali perayaan 104 Tahun SD Marsudirini Yogyakarta, sekolah mengadakan pertemuan Parenting dengan tema Cara Cerdas Mendampingi Gen-Z dan Gen-Alpha di audiotorium Fransiskus Asisi, Sabtu (8/6/2024). Pembicara Parenting adalah Dr. Pramudianto, PCC, fasilitator leadership development Program Kemendikbudristek, profesional Coach dan Dosen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
Sebelum parenting, ditampilkan penampilan pantomin oleh Mario Ragil Wicaksana dan Maria Lakeisha Cantika Kurniadi siswa kelas 5 SD Marsudirini Yogyakarta, juara 1 FLSN 2024 tingkat Kemantren Gondomanan yang akan maju ke babak Propinsi. Selanjutnya, parenting dibuka oleh F.X. Oktaf Laudensius, S.Si. selaku kepala sekolah. Parenting dihadiri oleh 77 orang yang terdiri dari Kepala Sekolah TK, Guru TK, orang tua TK, orang tua SD, para guru, dan juga guru sekolah minggu.
Pramudianto mengemukakan, ketika menyekolahkan anak di tingkat dasar, kemampuan seperti Agni dibutuhkan. Kemampuan tampil dan berani menyampaikan tata kalimat yang tertata, dengan intonasi yang baik di depan orang banyak seperti yang ditampilkan Agni.
Siswa kelas 3 SD Marsudirini Yogyakarta Monica Nirwasita Agnimaya Sarosa atau Agni, bersama Th. Yeti Murniningsih, S.Pd. menjadi pemandu Parenting. Agni saat ini sebagai duta Cinema (Children Engaging and Moving in Action) dalam Forum Anak Kota Yogyakarta (FAKTA) yang diselenggarakan oleh kantor Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta
Pramudianto mengatakan, karakteristik Generasi Z, yaitu pertama Generasi Tech Savvy, yang tumbuh di era teknologi sedang berkembang pesat, internet, medsos, dan berbagai aplikasi online. Kedua, creative, artinya berkecimpung dalam dunia teknologi dan startup. Ketiga, open minded, terbiasa menerima perbedaan. Keempat, The Communaholic, cepat dalam urusan menyebarkan informasi dan mencari solusi. Kelima The Undefined ID, gemar berkekspresi untuk menemukan jati diri. Keenam, self Proclaimed, mudah menjustifikasi diri sehingga menghambat kemajuan, manja, mudah tertekan, stress, dan FOMO.
“Sudah diumumkan secara internasional, Indonesia sedang mengalami krisis unemploye, Indonesia sedang krisis bahwa generasi Z tingkat penganggurannya tinggi. Yang kedua perusahaan berpikir ulang mempekerjakan generasi Z, karena tidak sesuai dengan ekspetasi yang diharapkan perusahaan,” tambah dia.
F.X. Oktaf Laudensius, S.Si. kepada ke benasnews mengemukakan, peserta parenting Ny Rina bertanya mengenai putranya yang begitu aktif dan energi anaknya berbanding tiga orang. Misalnya dalam satu permainan putranya belum capek, anak lain sudah capek. “Bagaimana mengarahkan anak saya ini dengan aktivitas dan energi yang dia punya? Bagaimana cara mendampingi dan bagaimana supaya tidak mencederai orang lain atau temannya?” tanya dia.
Menjawab hal tersebut Pramudianto mengatakan, orang tua harus menginformasikan kepada sekolah jika putra-putrinya cukup aktif agar sekolah tahu, dan pendampingannya baik sehingga tidak mencederai teman-temannya. Yang kedua, jika putra putri di TK atau SD, dia memberi contoh yang telah dilakukan, tembok rumah dilapisi dengan triplek atau white board untuk menulis. Bila dilakuklan sepuang sekolah hingga sore hari, tentu dapat menghabiskan energi anak.
“Selanjutnya saya mengajak anak saya untuk bermain di masyarakat sekitar, sehingga dia punya interaksi dengan lingkungan dan menghabiskan energi untuk kegiatan,” tambah dia.
Sebagai penutup, Pramudianto mengingatkan kembali dan mengajak kita para orang tua harus memiliki investasi bagi putra putri kita, yaitu waktu. Jika kita orang tua punya waktu sejak dini untuk putra putri kita, nanti saat menginjak SMP, SMA, Perguruan tinggi dan seterusnya, kita orang tua sudah merasakan kemandirian putra putri kita. (*/mar)