bernasnews – Wid NS atau Widodo Noor Slamet adalah salah satu ilustrator komik Indonesia yang mewarisi banyak karya. Karya komik yang terkenal pada era tahun 1970-an antara lain Godam. Komik superhero Indonesia tersebut dicetak dalam bentuk buku, dan menjadi serbuan pembaca di berbagai tempat persewaan buku saat itu.
Keluarga Wid NS mengenang almarhum dengan mengadakan pertemuan doa bersama 20 tahun wafatnya komikus itu di Perum Bale Asri, Gamping, Sleman, DIY, Selasa (26/12/2023).
Lahir 17 September 1938, Wid NS telah menciptakan Godam dalam 15 seri dalam kurun waktu 1969-1980. Seri awal berjudul Memburu Doktor Setan, seri Godam Sang Kolektor, GAS, Bocah Atlantis, Panik, Setan, Bregota, dan komik seri ke-16 berjudul Ujian Buat Awang belum ia selesaikan hingga tamat, dan telah meninggal dunia tahun 2003.
Godam adalah tokoh rekaan atau fiksi ala Superman. Karakternya digambarkan seorang pemuda berwajah Asia yang tampan dengan kemampuannya dapat terbang dengan jubahnya. Tokoh tersebut berperan penolong, pembela kebenaran, dan melawan tindak kejahatan yang terjadi dalam masyarakat. Selaras dengan fungsi alat godam yang berasal dari palu besar dan gagang panjang sehingga mempunyai daya besar.
Karya komik Wid NS lainnya yaitu Aquanus, manusia bersisik yang dapat hidup di air ini diciptakan tahun 1968. Selain genre superhero, ia juga menciptakan buku komik horor atau misteri Anjing Setan de La Rosa, Pengantin Rumah Kubur (1973), Tangan Sunthi (1976). Buku komik yang berkaitan dengan sejarah dapat ditemui dalam karya Ken Arok, Merebut Kota Perjuangan (1983). Komik bergenre romantis antara lain Suzane (1971), Emas Tjinta Iblis, dan genre silat Perawan Gembel (1971), serial fantasi Bumi Terbalik, Torondholho, Amphibian.
Komik Pewaris Neraka dimuat di “Berita Nasional”
Komikus yang suka menuliskan nama pena Wida Nara Soma tersebut karya-karyanya juga dimuat di media massa mainstream koran maupun majalah. Komik Pewaris Neraka dimuat secara rutin setiap hari di Harian Berita Nasional, Seri Kroda: Penyihir dari Daksina, dan 9 Pintu Naga dimuat di harian Suara Pembaharuan. Sedangkan yang dimuat dalam majalah Ananda tahun 1980-an di antaranya: Azis, Nyi Ageng Serang, Ken Arok.
Komik karya Wid NS yang dimuat mingguan di majalah berbahasa Jawa Djaka Lodang yaitu Manten Cungkup dan komik dimuat dalam majalah Ganesha. Karya ilustrasi Wid NS banyak menghiasi sampul majalah Busos, isi majalah Bahana, Djaka Lodang. Sebagai ilustrator, ia pernah mendapat penghargaan Adi Karya IKAPI 2001 dan dari Institut Seni Indonesia.
Selain sebagai komikus, Wid NS mempunyai berbagai talenta: baik seni musik, seni patung, maupun seni teater. Ia membuat naskah drama keluarga di TVRI stasiun Yogyakarta, kostum, dan merias wajah saat aktif dalam komunitas teater STEMKA bersama Landung Simatupang. Melalui prakarsa Arswendo Atmowiloto, Wid NS bersama komikus Hasmi pernah membuat wayang potehi dan telah disiarkan di Indosiar.
Wid NS aktif berkarya sampai akhir hayat. Dalam keadaan sakit lambung akut, ia masih membuat komik yang dimuat setiap hari dalam harian MERAPI, Yogyakarta. Saat hari-hari terakhir, ia memanggil putra-putrinya dan mengatakan bahwa sudah tidak akan membuat komik lagi. Namun, di depan istri dan anak-anaknya Wid NS pandai membalut kepedihan dengan mengatakan akan melukis dan minta disediakan kanvas beserta stand-nya. Satu lukisan potret diri dan logo Godam serta latar belakang tokoh Aquanus berhasil dia selesaikan meski sambil berbaring. Masih berlepotan cat akrilik di tangan, Wid NS meninggal dunia tanggal 26 Desember 2003 saat jelang pembukaan pameran karya lukisnya dan beberapa koleksi karya komiknya di Rumah Budaya TEMBI, Bantul, Yogyakarta.
Tokoh legendaris ini meninggalkan istri Suradinah beserta putra-putri: Hayuning Dewi Drajati, Fajar Sungging Pramudito, Prasidhani Lintang Satiti, dan Anggara Purnamasidi. Karakter dan cerita Godam diteruskan putra kedua Fajar Sungging Pramudito dalam bentuk buku komik berjudul Godam Reborn diterbitkan tahun 2006.
B. Wahyu Agung SD dalam renungannya saat memimpin doa bersama mengenang 20 tahun wafat Wid NS di Perum Bale Asri, Gamping, Sleman, DIY, Selasa (25/12) mengatakan, “Saya sudah dianggap anak sendiri, dan sering diminta mengantarkan gambar ke penerbit Intan Pariwara atau koran Bernas, upahnya nonton bareng Mas Sungging.”
Menurut Agung, Wid NS adalah pribadi yang sederhana, sabar, dan murah hati. Selain produktif menggambar, ia mahir memainkan alat musik dan mempunyai kelompok keroncong bersama istrinya sebagai penyanyi. (Praba Pangripta/Redaksi MALIGU, Pegiat literasi multimedia)