BERNASNEWS-COM –Pemindahan para PKL Malioboro ke Gedung Teras Malioboro ternyata sudah direncanakan sejak lama. Bahkan menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X), ia sudah menunggu sejak 18 tahun lalu untuk pemindahan para PKL dari Malioboro.
“Aku wes ngenteni 18 tahun (aku sudah menunggu 18 tahun). Jadi ra mung mundur 3 tahun, aku wes ngenteni 18 tahun (Jadi bukan hanya mundur 3 tahun, aku sudah menanti 18 tahun),” kata Sri Sultan HB X usai Rakordal di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Selasa (25/1/2022).
Pada Rabu 26 Januari 2022, Gubernur DIY Sultan HB X meresmikan Gedung Teras Malioboro untuk menampung 1.832 PKL yang berada di sepanjang Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulyo (Jalan P Mangkubumi). Dengan diresmikannya gedung tersebut maka para PKL segera dipindah ke tempat tersebut.
Menurut Sultan HB X yang dikutip Bernasnews.com dari Humas Pemda DIY, Rabu 26 Januari 2022, relokasi para PKL Malioboro dimaksudkan untuk mengembangkan sistem jaringan pejalan kaki yang berkualitas di kawasan pedestrian dan membuka aksesibilitas Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulya sebagai pusat pelayanan kota.
Karena itu, Sultan HB X berharap relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulya Kota Yogyakarta segera dilakukan dan tidak boleh ditunda-tunda lagi.
Sementara Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti mengatakan, sampai saat ini ada sekitar 1.800 PKL yang berjualan di sepanjang Jalan Malioboro dan Jalan Margo Mulya. Menuut data Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, sebanyak 99 persen dari total PKL yang sudah menyetujui keputusan untuk relokasi.
Dikatakan, selain sebagai upaya revitalisasi, relokasi PKL juga diharapkan bisa memberikan jaminan bagi para PKL, di antaranya legalitas lokasi usaha, perubahan status informal menjadi formal, program pembinaan hingga promosi melalui kerja sama dengan pemerintah.
Sementara Ketua Paguyuban PKL Tri Dharma Rudiyarto mengatakan bahwa sosialisasi konsep besar relokasi PKL sudah dimulai dari tahun 2014, bahkan sebelum munculnya kawasan pedestrian di sisi timur Malioboro.
Menurut Rudiyarto, pada dasarnya para PKL bisa menerima pemindahan tersebut. Mereka berharap relokasi dilakukan terhadap semua pedagang tanpa terkecuali dan lokasi sebelumnya tidak digunakan oleh pedagang-pedagang baru, pemilik toko atau pemodal besar. Tempat relokasi juga diharapkan memiliki kelayakan usaha, daya tampung, mampu menunjang keberlanjutan usaha dan didukung promosi oleh pemerintah, sehingga kegiatan ekonomi bisa tetap berlanjut, bahkan meningkat lebih baik.
“Mudah-mudahan ini semua untuk kebaikan kita dan agar kita bisa lebih baik mengenai legalitas, kepastian usaha dan sebagainya,” kata Rudiyarto yang dikutip Bernasnews.com dari laman resmi Pemda DIY.
Rudiyarto mengatakan bahwa dengan jumlah PKL yang besar, ia berharap relokasi dapat mewujudkan lapak dan usaha yang lebih baik, sehingga mampu mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan di Malioboro.
Sementara Ketua Paguyuban PKL Pelmani Slamet Santoso mengatakan bahwa anggota paguyubannya juga cukup memahami dan bisa menerima untuk berpindah ke tempat yang lebih terjamin legalitasnya. “Kami berharap pemerintah melalui dinas-dinas terkait, ada suatu sinergi supaya di tempat yang baru kami bisa mendapat kunjungan banyak wisatawan yang masuk ke Jogja dengan cara memberikan promosi-promosi atau memasarkan kepada wisatawan,” kata Slamet. (lip)